Jika Hidup Harus Membentuk Makna
Muhammad Imam Muttaqiin 16 Maret 2025Pengabdian. Memiliki kata dasar 'abdikan'. Sedangkan 'abdikan' memiliki kata dasar 'abdi' yang berarti hamba atau pelayan. Sehingga kata dasar yang paling mendasar dari 'pengabdian' adalah 'abdi'. Sebuah kata sakral bagi mereka yang memilih jalan hidup untuk melakukan kerja-kerja sosial. Sebuah kata yang tidak hanya melekat erat namun juga menuntut makna bagi pelakunya.
Banyak hal dipertimbangkan. Banyak peluang dilewatkan. Banyak kenyamanan dikorbankan. Banyak kemudahan ditinggalkan. Hanya sekadar untuk menyalurkan apa yang mereka sebut 'panggilan jiwa'. Menyambut haru pelita-pelita kecil untuk mereka nyalakan meskipun terkadang justru pelita mereka sendiri dalam keadaan rawan. Karena bagi mereka menyalakan pelita orang lain adalah cara memastikan pelita yang ada pada mereka tetap terjaga. Membantu orang lain adalah membantu diri mereka dan menyembuhkan orang lain juga berarti menyembuhkan diri mereka.
Mereka itu adalah kami.
Menjadi Pengajar Muda bagi kami adalah sebuah pilihan yang mudah namun tidak mudah. Mudah karena dalam lubuk hati kami 'suara-suara' itu memanggil dan menuntut dipenuhi keinginannya. Suara-suara yang terus menggema. Suara-suara yang menjadikan Pengajar Muda adalah pilihan yang layak dipilih tanpa berpikir kali kedua. Di sisi lain begitu banyak kenyamanan yang selama ini kami jalani harus digantikan dengan keterbatasan yang ada di daerah penempatan.
Perjalanan berjam-jam melalui perairan hanya sekadar untuk berkumpul kami lalui dengan penuh kesabaran. Kesulitan dalam mengakses bahan media pembelajaran menjadikan kami terus bergerak mencari bahan pengganti di sekeliling kami. Senyum ramah dan kebaikan dalam keterbatasan yang ditunjukkan penduduk asli terserap oleh kami, menjadikan kami lebih lembut dalam berinteraksi. Daerah lingkungan sosial tempat kami mengabdi kebanyakan memiliki aliran listrik yang terbatas, sulitnya air, akses jalan yang rusak, dan jaringan komunikasi yang hidup mati hidup mati namun mampu mengajarkan kami lebih berempati. Akhirnya kami menyadari, keterbatasan ini mengajarkan kami arti kesabaran, kreativitas, keluwesan, toleransi, dan empati. Setidaknya itu yang mampu tertulis di sini.
Keterbatasan-keterbatasan inilah yang akhirnya mengungkap sisi lain dari diri kami. Membuka topeng realitas kehidupan rakyat Indonesia di pelosok-pelosok negeri menjadikan kami lebih mawas diri. Hidup kami terlampau enak selama ini jika dibandingkan wajah-wajah orang yang kami jumpai. Kami jadi mengerti, jauh-jauh kami diterbangkan di sini bukan untuk mengintervensi namun justru kami yang diintervensi. Kami dipaksa mendobraki batasan-batasan kami untuk terus bertumbuh dan bertumbuh. Menempa kami menjadi calon pemimpin yang berwawasan global dan mengerti dinamika akar rumput di negeri sendiri.
Jika hidup harus membentuk makna maka kami sedang menapaki anak tangganya. Jika hidup harus membentuk makna maka kami sedang mencobanya. Jika hidup harus membentuk makna maka kami telah mengorbankan apa yang kami punya. Jika hidup harus membentuk makna maka menjadi Pengajar Muda adalah jalan yang kami pilih untuk menjawabnya.
Purnama ke enam di bumi 3A.
Maybrat, 16 Maret 2025
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda