“Kicauan” Akhir Masa Penugasan

Muhammad Ulil Amri 23 Mei 2013

Ada kutipan percakapan menarik dalam film the bucket list. Percakapan antara dua orang yang divonis hidupnya tidak akan lama lagi oleh dokter karena suatu penyakit. Edward Perriman cole dan Carter. Ketika mereka bercakap-cakap di atas piramida mesir, carter membuka obrolan dengan kepercayaan orang Mesir tentang kematian. Carter berkisah bahwa ketika seseorang tercarabut roh dari raganya, maka dewa akan memberikan dua pertanyaan yang menentukan masuk tidaknya roh tersebut ke dalam surga. Pertanyaan pertama “Have you found joy in your life?”. Bisa yes, atau no. Jika roh tersebut menjawab yes, maka diajukan pertanyaan kedua. “Have your life brought joy to others?”. Pertanyaaan yang mungkin bagi sebagian orang sulit dijawab.

Di luar kepercayaan orang mesir tersebut, bagi saya dua pertanyaan tersebut membuat saya termenung. Sudahkan saya menemukan kebahagiaan dalam hidupku ini? kebahagiaan. Ya, kebahagiaan menurut sebagian orang diukur dengan seberapa banyak uang dan modal yang dipunyai. Sebagian lagi mengatakan kebahagiaan hanya ada dalam mimpi. Sebagian lain yang (mungkin diiyakan oleh banyak orang) bahwa kebahagiaan itu berasal dari hati yang ikhlas menjalani kehidupan ini dengan baik.

Namun bagi saya, kebahagiaan itu simpel. Membuat orang lain bahagia merupakan kebahagiaan. Mampu menyelesaikan tugas merupakan kebahagiaan. Makan bersama dengan anak-anak merupakan kebahagiaan. Melihat anak didik bisa membaca merupakan kebahagiaan. Melihat anak didik berani memimpin barisan apel merupakan kebahagiaan. Mendapatkan sapaan “selamat pagi pak guru” pada pagi hari merupakan kebahagiaan. Mendengar celoteh anak yang lucu di kelas merupakan kebahagiaan. Anak-anak menggandeng tangan saya ketika turun dari kapal merupakan kebahagiaan. Ya, saya selalu merasakan kebahagiaan di sini, di pulau yang sebentar lagi akan saya tinggalkan.

Pertanyaan kedua, sudahkah hidupku ini membawa kebahagiaan bagi orang lain? Ini yang sulit dijawab. Sudah belum? Barangkali lebih mudah mengidentifikasi apakah diri kita bahagia atau tidak. Namun untuk mengidentifikasi apakah kehidupan kita membawa kebahagiaan bagi orang lain itu bukan perkara yang mudah. Setidaknya itu yang saya rasakan. Apalagi setiap karakter selalu unik dan berbeda. Membahagiakan orang lain itu belum tentu dengan membantunya dari kesulitan, membuat orang lain tertawa, membuat orang lain nyaman. Bukan. Bahkan terkadang perlakuan yang menurut kita dan orang lain membahagiakan, belum tentu secara obyektif memang membuat bahagia. Jadi, saya tidak tahu apakah hidup kita ini membuat orang lain bahagia atau tidak, yang pasti setiap orang harus berbuat kebaikan kepada setiap orang. Ya, berbuat baik belum tentu membahagiakan, dan hal yang bahagia belum tentu baik.

Sudah hampir satu tahun saya di daerah penempatan saya sebagai pengajar muda. Semoga apa yang saya lakukan ini merupakan langkah yang membawa kebahagiaan kehidupan  untuk siapa saja.

 

Tahuna, 23 Mei 2013


Cerita Lainnya

Lihat Semua