Sekodi, Ujung Pulau Bengkalis

Muh Asnoer Laagu 4 Desember 2011

Sekodi, begitu mendengar kata tersebut yang terlintas di pikiran saya adalah sesuatu yang berjumlah 20, jika selusin itu adalah 12 maka sekodi itu adalah 20. Sekodi merupakan sebuah desa di ujung pulau bengkalis dimana saya sebagai seorang pengajar muda akan ditempatkan selama setahun untuk memberi inspirasi di desa tersebut, yang menurut cerita masyarakat sekitar awal terbentuknya desa tersebut karena beberapa orang sedang menggali parit di sebuah hutan pinggir laut dan menemukan 20 helai daun sehingga mereka menamakan daerah tersebut sekodi.

Bagaimanapun asal – muasal desa ini, hal yang paling penting adalah di desa inilah saya akan menempuh S2 kehidupan saya selama setahun penuh. Sebelum menginjakan kaki di desa sekodi, terlebih dahulu kami 10 pengajar muda yang ditempatkan di kabupaten bengkalis di istirahatkan di kota bengkalis sebelum menempuh perjalanan ke desa penempatan masing – masing.

Hal pertama yang terlintas dipikiran saya saat menginjakkan kaki di kota bengkalis adalah rasa takjub tentang kebersihan dan kemegahan bangunan – bangunan pemerintahan, namun ketika saya berangkat ke desa penempatan saya yaitu sekodi yang berjarak sekitar 60 km dari kota bengkalis yang terbesit didalam pikiran saya adalah "wow" sangat kontras dengan apa yang saya liat di ibukota kabupaten bengkalis, dimana dikota bengkalis sendiri terlihat sebagai salah satu kota yang maju, bersih, dan bangunan – bangunan pemerintahannya yang luar biasa megah namun ketika saya berada dipinggiran Bengkalis, hal kontras sangatlah terasa karena di pinggiran desa tersebut khususnya desa sekodi sangatlah tertinggal dibalik gemerlapnya kota bengkalis, padahal kabupaten bengkalis merupakan salah satu kabupaten terkaya di indonesia.

Jangankan sinyal handphone jaringan listrik saja belum sempat dinikmati oleh masyarakat desa sekodi, untuk listrik sendiri mereka menggunakan generator yang hanya bisa dinikmati pada jam 06.00 - 09.00 itupun dengan jumlah beban yang terbatas.

Untuk bisa mencapai desa sekodi, jangan berharap akan disuguhi oleh jalanan yang rata, karena sepanjang perjalanan dari kota bengkalis menuju desa sekodi kami disuguhi oleh gelombang pasang surut jalanan yang berlubang, sempit, berdebu, dan genangan air yang menimbulkan kubangan yang sangat dalam, sehingga mobil yang membawa saya ke desa sekodi sempat macet selama 30 menit karena merasakan ganasnya kubangan lumpur jalanan yang sangat dalam.

Jika melihat kekayaan yang dimiliki oleh kabupaten bengkalis sangatlah tidak mungkin untuk melihat jalanan yang rusak, ataupun jaringan listrik yang belum masuk ke desa – desa, namun itulah yang terjadi ketika pusat kota dipenuhi oleh bangunan – bangunan yang megah dengan jalanan yang rata, maka dipelosok – pelosok pulau ini jangankan untuk mendapatkan aliran listrik, menikmati jalanan yang nyaman saja merupakan hal yang sangat mustahil, sehingga ada lelucon dari masyarakat sekitar bahwa bengkalis itu adalah daerah paling kaya karena dijalanan saja bisa tumbuh besi dan mata air pun bisa muncul, jika musim hujan jalanan menjadi danau, jika musim kemarau jalanan menjadi perkebunan besi.

Namun hal tersebut bukanlah suatu penghalang bagi seorang pengajar muda, karena masih banyak daerah – daerah terpencil lainnya diindonesia yang bernasib sama dengan sekodi. Hal penting yang harus kita lakukan adalah bagaimana agar anak – anak yang berada di pelosok negeri yang sulit untuk dijangkau dari pusat kota bisa menikmati pendidikan yang berkualitas layaknya pendidikan yang didapatkan oleh anak – anak diperkotaan.

Sehingga pemerataan pendidikan bisa dinikmati oleh anak – anak di pelosok negeri, dan saya yakin bahwa anak – anak dari pelosok tersebut merupakan mutiara – mutiara yang belum ditemukan, mereka butuh sosok yang bisa memberikan inspirasi dan semangat dalam kegiatan belajar. Lebih baik menyalakan lilin agar bisa menerangi kegelapan dibandingkan menghujat sesuatu yang belum jelas arah dan tujuannya, karena sesuatu yang bermanfaat itu lebih bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang belum jelas.

Nilai seseorang tidak ditentukan oleh harta, pangkat, ataupun gelar yang dimiliki akan tetapi nilai seseorang ditentukan oleh seberapa besar manfaatnya terhadap orang lain.

Hal tersebutlah yang mendorong saya untuk bergabung menjadi pengajar muda, jika beberapa teman lain memutuskan untuk menjadi pengajar muda karena beberapa hal namun bagi saya pribadi hanya satu kalimat sederhana yang membuat saya berkewajiban untuk menjadi pengajar muda.


Cerita Lainnya

Lihat Semua