info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Metode Gunung Merapi

Muh Asnoer Laagu 11 Desember 2011

Seorang pengajar muda harus bisa menjadi role model sekaligus pemberi inspirasi terhadap lingkungan sekitarnya, khususnya kepada anak – anak dan masyarakat pada umumnya. Secara umum, untuk menghasilkan seorang pengajar muda, ada tiga tahap yang dilakukan oleh indonesia mengajar yaitu proses rekruitment, proses training, dan proses deployment. Pada proses rekruitment, diseleksi sarjana – sarjana lulusan terbaik dan mempunyai pengalaman organisasi yang baik, proses rekruitment  ini melalui 3 tahap yaitu tahap, yaitu tahap pengisian esay yang dilakukan melalui internet yang dimaksudkan untuk mengenal calon pengajar muda lebih dekat, lalu tahap direct assesment yaitu tahap dimana pihak indonesia mengajar bertatap muka langsung dengan calon pengajar muda yang telah lolos pada tahap pengisisan esay, selanjutnya adalah tahap medical check up yaitu calon pengajar muda yang telah lolos tes direct assesment diperiksa kesehatannya apakah layak untuk menjadi seorang pengajar muda. Pada proses seleksi calon pengajar muda angkatan ketiga diikuti lebih dari 5000 sarjana – sarjana dari berbagai universitas dan berhak untuk maju ke seleksi direct assessment itu sekitar 150 orang, namun dari jumlah tersebut yang berhasil lolos sampai tahap terakhir itu berjumlah 47 orang.

Dari proses rekruitment tersebut, yang berhasil memilih 47 orang calon pengajar muda kemudian di training secara intensif selama 7 minggu dengan berbagai materi – materi yang akan menunjang kegiatan mereka pada saat proses deployment. Setelah proses training selesai, proses deployment pun akan dihadapi oleh seorang pengajar muda selama setahun. Diproses deployment inilah pengajar muda akan dihadapkan pada persoalan – persoalan yang mungkin belum pernah mereka hadapi sebelumnya, mulai dari strategi beradaptasi dengan lingkungan baru, sampai pada teknik – teknik mengajar pada anak – anak yang berbeda latar belakang budaya dengan pengajar muda. Nilai – nilai ketulusan akan sangat terlihat pada proses deployment, dimana seorang pengajar muda sebenarnya belajar tentang kehidupan sosial yang baru, berada dalam keluarga baru, dan harus bisa mengatasi masalah – masalah yang terjadi walaupun hanya seorang diri.

Metode gunung merapi sangatlah pantas untuk digunakan bagi seorang pengajar muda pada masa – masa pertama deployment, dimana metode gunung merapi merupakan metode yang sering saya analogikan kepada teman – teman semasa training pada saat deployment nanti, kebalikan dari metode gunung merapi adalah metode coca-cola. Metode gunung merapi merupakan suatu metode yang dianalogikan sebagai sebuah gunung, dimana saya mengangambil contoh yaitu gunung merapi. Awalnya gunung merapi terlihat sangat damai, tidak ada aktifitas apapun yang dilakukan oleh gunung tersebut, namun didalam gunung itu terjadi banyak aktifitas yang suatu saat bisa memancar keluar, seperti magma, dan lain sebagainya. Disinilah analogi metode gunung merapi itu, ketika seorang pengajar muda akan melaksanakan proses deployment, rata – rata dengan semangat yang menggebu – gebu, ingin melakukan suatu perubahan dalam waktu yang singkat namun ketika dihadapkan oleh lingkungan sosial yang tidak sesuai dengan capaian dambaan mereka, semangat tersebut langsung hilang.

Seorang pengajar muda yang menggunakan metode gunung merapi pada awal kedatangannya di daerah penempatan itu yang pertama kali dilakukan adalah observasi dulu terhadap kondisi dan adat istiadat masyarakat sekitar, kemudian dengan pendekatan yang lebih intens kepada masyarakat, dan stekholder lainnya. Dari pendekatan tersebut, maka munculah strategi yang harus digunakan dalam proses merubah pola pikir masyarakat sekitar terutama masalah pendidikan dan strategi tersebut tidak menganggu adat istiadat ataupun kearifan lokal yang ada di dalam masyarakat. Dengan kata lain metode gunung merapi adalah metode yang mempunyai prinsip sedikit – sedikit maka akan menjadi bukit, dengan analogi gunung merapi kegiatan yang dilakukan oleh pengajar muda itu tidak melanggar nilai – nilai yang ada dalam lingkungan tersebut. Sedangkan metode coca-cola merupakan metode ejakulasi dini, karena seorang pengajar muda pada saat deployment awalnya sangat mengebu – gebu untuk melakukan perubahan pada masyarakat namun kurangnya observasi yang dilakukan dan dengan langkah yang sangat terburu – buru tanpa memandang adat istiadat yang berlaku didalam masyarakat tersebut dan tidak sesuai dengan capaian dambaan yang sering dituliskan pada saat training akhirnya semangat mereka pada saat deployment pun redup seperti minuman coca –cola yang dikocok lalu dibuka penutupnya, menyembur kencang namun turun perlahan.

Metode gunung merapi sendiri memakan waktu yang cukup lama, namun efek yang ditimbulkannya juga akan sangat membekas bahkan mungkin tidak akan mungkin untuk dilupakan, sedangkan metode coca-cola hanya butuh waktu yang singkat namun efek yang ditimbulkannya juga relatif sangat singkat. Sesuatu yang instan maka akan berakhir secara instan pula, cobalah makan mie instan pasti beberapa saat kemudian perut kita akan merasa lapar. Seorang pengajar muda pada saat deployment pasti akan merasakan kedua metode tersebut, tinggal pengajar muda itu sendiri bagaimana memilih metode yang cocok untuk dia tempatkan di daerah penempatannya masing – masing. Wahai para pengajar muda “warnailah duniamu sesuai dengan warnamu sendiri, karena akan datang sebuah generasi yang akan menggantikanmu dan membuat warna mereka sendiri”


Cerita Lainnya

Lihat Semua