Lima Tipe Ojek Tambora (Sebuah Analisis ngaco Ojek Tambora)

morinta Rosandini 16 Desember 2012

 

Ojek oooh ojek

Ojek, siapa yang tak kenal dengan jasa transportasi yang satu ini. Sudah berjuta-juta tahun jasa ini digunakan oleh masyarakat luas (aaah lebay), karena keberadaannya sangat membantu hajat hidup orang banyak. Selain karena praktis, ojek juga menawarkan sejuta kemudahan, mudah naik, mudah duduk, mudah turun, mudah nyalip, mudah sampai, mudah bayar, hingga mudah masuk angin, bagi para pengendaranya. Tak dikota tak didesa semua cinta ojek, semua pecandu ojek, ojek sudah menjadi moda nomor satu di hati masyarakat kaum kepepet. Kepepet sampai tujuan dengan cepat. Ojek memang penolong disaat-saat getir. Aaah entah mengapa hati ini telah terpincut dengan jasa sebuah ojek, padahal dulu, sewaktu saya masih menjadi warga Bandung nan budiman, jelas-jelas saya adalah penggemar nomor satu angkutan kota, alias angkot. Hampir setengah tahun di negeri orang membuat kecenderungan akan penggunaan transportasi bisa berubah drastis. Setelah coba saya anlisis lebih dalam, dan merenungkannya dalam hati, hingga seluruh raga ikut bergetar getir, akhirnya saya mengasumsikan bahwa ada kemungkinan ini semua berawal dari sini....dari sebuah tempat bernama Tambora.

Tambora oooh tambora

Sebuah kecamatan besar di ujung barat Bima, jauh dari peradaban kota. Kebanyakan orang di kota Bima pun banyak yang belum pernah menginjakkan kaki di tanah Tambora, “Jauh”,  begitu kata mereka. Kecamatan ini begitu unik, wilayanya dikepung oleh kabupaten lain, kabupaten tetangga, kabupaten Dompu. Sehingga untuk menuju kota Kabupatennya, dou Tambora (orang Tambora) harus menyebrangi kanupaten Dompu terlebih dahulu, mau tidak mau. Bila ditilik dari lama perjalanannya, dari kota Bima dibutuhkan waktu kurang lebih tujuh hingga delapan jam perjanalan menggunakan bus kecil menuju kecamatan Tambora. Bergantung pada kondisi jalan, dan kondisi ban mobil. Bisa lebih atau bisa kurang.

Di kecamatan Tambora sendiri, kondisi jalannya tidak terlalu bagus untuk dilewati mobil, sehingga motor sudah menjadi moda utama pada setiap perjalanan dinas warga kecamatan Tambora. Di awal kedatangan saya di kecamatan ini, saya sangat takjub dengan keahlian para ojekers Tambora. Medan Tambora yang menanjak, bepasir, berbatu, bahkan licin dan berlumpur di kala hujan, membuat saya selalu berkata: “Yakin dah, pembalap motor gunung paling jago sedunia pun bakal kalah kalau tanding sama ojekers Tambora.” Keyakinan saya ini mencuat seiring berbagai bukti yang saya temukan dilapangan, semakin sering saya naik ojek, semakin saya takjub dengan keahlian mereka dan semakin saya melupakan angkot sebagai angkutan kecintaan saya saat di Bandung dulu.

Sulit memang membalas jasa seseorang, tidak hanya cukup dengan sepeser dua peser uang. Oleh karena itu di hari Ojek Sedunia ini (emang ada?, yah anggap aja ada), saya mempersembahkan sebuah analisa ojek Tambora. Sebuah pengklasifikasian ojek berdasarkan karakteristik sang pemegang stang motor, alias sang tukang ojeknya. Analisis ini dilakukan selama kurang lebih enam bulan, dari awal saya ditempatkan hingga kini saat berakhirnya semester ganjil.

Berikut klasifikasi Ojek Tambora berdasarkan sang tukang Ojek:

1.       Memang ojek

Yap, Ojek yang pertama saya bahas tentu saja Ojek yang asli, the trully Ojek. Ojek yang satu ini memang resmi menamai diri mereka tukang Ojek, biasanya mereka mangkal dibeberapa tempat ramai. Di Tambora sendiri ojek dengan status ‘memang ojek’ ini jarang ditemukan, hanya ada di beberapa tempat khusus yang memang jasa ojek sangat dibutuhkan, di tempat pemberhentian bus akhir dan di pasar terutama. Sedangkan di kota Bima, ojek yang memang ojek bahkan sudah ada yang mendirikan perkumpulannya alias komunitasnya sendiri. (Hasil ngobrol santay dengan abang ojek di kota Bima).

Profesi ojek di Tambora sebenarnya sangat menjanjikan, karena medan Tambora banyak yang hanya bisa dilewati oleh motor, karena banyak jembatan rusak dan jalan mendaki ke gunung, sehingga warga disana bergantung akan kehadiran ojek. Namun hingga saat ini belum ada organisasi resmi yang membina profesi ini di Tambora. Tapi perlukah? Hanya abang ojek lah yang bisa menjawabnya secara utuh. Sampai saat ini biarlah abang ojek yang ‘memang ojek’ ini mencari nafkah dengan tentram di sudut-sudut Tambora. Mungkin bagi mereka status tidak lah penting, yang penting bisa cari rezeki dengan halal dan membawa ke rumah untuk keluarga tercinta.

2.       Adrenalizer Ojek – ojek muda penuh gejolak

Ojek yang satu ini cukup unik, saya sebut adrenalizer ojek karena siapapun yang menggunakan jasa ojeknya dijamin pompaan adrenalin sekujur tubuh anda langsung bereaksi cepat. Karena apa? Karena kecepatan motor yang dia bawa lari. Saya berikan keterangan tambahan di atas bahwa ojek ini adalah ojek muda penuh gejolak, yap, hal tersebut dikarenakan abang ojek adrenalizer ini tidak lain dan tidak bukan para pengojek muda. Mereka memacu motornya dengan kecepatan aduhai amboi cepatnya.

Pernah dua kali saya mendapati ojek dengan jenis ini, seorang pemuda keturunan Lombok. Perjalanan yang seharusnya ditempuh memakan waktu sekitar 30 menit, dengan menggunakan jasanya saya dapat tiba hanya dengan waktu 15 menit saja!. Bayangkan saudara-saudara!. Saya bisa menghemat waktu 15 menit  pleus-pleus resiko terjerembab dari motor kapanpun dimanapun. Luar biasa dahsyat memang ojek nan satu ini, jalan berbatu, menanjak dan berpasir dia hantam dengan kecepatan sekitar 60 km/jam, membuat jantung penumpangnya berdegup kencang tak menentu seperti saat mau dilamar orang (sotoy banget dah saya). Haha...

Keberadaan ojek ini akan sangat menguntungkan bila anda dalam kondisi sedang terlmbat saat mengejar bus yang akan berangkat. Namun akan sangat mengerikan ketika anda adalah termasuk orang yang mudah masuk angin, karena kondisi di kursi penumpang akan sangat bergejolak, baik turun, kanan kiri, angin berhembus dimana-mana. Bila anda membuka mulut sedikit maka akan terasa bibir anda bergoyang-goyang bagaikan ikan koi kelaparan.

Saran saya saat menemukan abang ojek sejenis ini, jujurlah pada diri sendiri dan jujurlah pada abang ojeknya, kalau memang tidak mau dibawa lari cepat-cepat, lebih baik bilang saja. “Bang jangan ngebut, saya masih mau hidup”. Dengan senang hati sang abang akan menurunkan kecepatan larinya.

Namun pada dasarnya, saya sangat salut pada abang ojek adrenalizer ini, kemampuan mengojek nya tak usah diragukan lagi, negbut dalam kondisi jalan yang rusak merupakan sebuah potensi luar biasa dan keahlian yang harus dilestarikan.

3.       Mendadak ojek

Ojek lainnya adalah tipikal Mendadak Ojek. Heey kenapa harus mendadak?. Tidak lain dan tidak buka dikarenakan abang ojek yang satu ini, sebenarnya bukanlah tukang ojek resmi, namun sangat dinanti-nanti keberadaanya. Beradasarkan beberapa pengalaman mencari ojek di desa, ojek inilah yang sering saya temukan, karena memang pada dasarnya tidak ada warga desa yang bekerja sebagai tukang ojek resmi, apalagi punya lisensi ojek nasional (emang ada?), terkadang SIM, plat nomor, spion bahkan lampu motor pun tak ada. Memang betul di desa saya tidak ada ojek resmi, hal tersebut dikarenakan 80% warganya bekerja sebagai petani dan nelayan, sehingga mengantar orang dengan menggunakan motor adalah pekerjaan sampingan bagi mereka, asalkan ada motor dan punya keahlian mengendarai motor sudah cukup bisa jadi ojek.

Ojek Tambora adalah ojek dengan harga diri tinggi, tidak ada ojek yang menawarkan jasanya, yang ada penumpangnya yang mengejar-ngejar ojek tersebut. Mantabh kan!. Oleh karena itu ojek tipe ini merupakan tipikal ojek terbanyak di Tambora. Di saat sedang santai-santai duduk di atas paruga (semacam saung) desa, ada orang yang butuh jasa ojek, ketika memang tidak ada kerjaan dan motor nganggur maka siapapun dapat menjadi ojek dadakan. Selesai pulang dari ladang, ada orang yang butuh tumpangan, maka ketika sudah tidak ada urusan lagi, siapapun dapat menjadi ojek dadakan. Pagi-pagi baru bangun, ada orang yang mengetuk pintu rumah, untuk diminta mengantar ke desa lain, siapapun bisa menjadi ojek dadakan.

Tipikal ojek ini selalu percaya bahwa rezeki akan selalu ada dimanapun kapanpun. Bisa juga kita sebut sebagai ojek by request. Ojek berharga diri tinggi.

4.       Ojek Gratis

Tipe ojek ini baik bagi siapapun yang memiliki mental gratisan. Hahaha....Ojek ini tidak selamanya dapat ditemukan. Hubungan persaudaraan dan pertemenan yang kuatlah yang membuat keberadaan ojek ini muncul ke ranah Tambora. Jikalau anda memiliki koneksi pertemanan yang luas, maka akan memudahkan anda pergi kemana saja ketika berada di Tambora. Asalkan tujuan dan keinginan sejalan, maka bekerjalah sebuah proses simbiosis mutualisme didalamnya.

Namun sebagai penumpang yang baik dan budiman, segratis-gratisnya tumpangan ada baiknya kita memberikan sesajen yang setimpal untuk orang yang telah membantu kita, dengan mentraktir semangkuk bakso atau patungan beli bensin, insyaAllah akan memperkuat ikatan simbiosis mutualisme yang sudah terjalin.

5.       Ojek Multitasking

Oke... tipikal ojek satu ini adalah ojek yang luar biasa, dari namanya juga sudah menggambarkan betapa hebatya si abang ojek ini. Ojek satu ini dalam sebuah perjalanan dengan kondisi yang ekstrim pula, dia dapat melakukan beberapa hal. Pernah saya menumpangi ojek satu ini saat menuju desa tetangga. Di perjalanan mendaki, berbatu dan berkelok dengan santaynya abang ojek mengangkat telepon dari seseorang nun jauh disana, kemudian berbincang-bincang. Saya yang berada di kursi penumpang ketar-ketir karena melihat aksi sang abang ojek, menyetir motornya dengan menggunakan satu tangan saja!. Ooooh Ya Rabbi, saya masih pengen hidup, hati ini berbisik. Namun dengan kepercayaan penuh pada si abng ojek, saya meneguhkan hati, ini akan baik-baik saja. Lagipula laju sang motor berjalan dengan semestinya dan baik-baik saja pikir saya. Ternyata memang benar, semua (Alhamdulillah) baik-baik saja. Sekali lagi....luar biasa si abang.

Yap, demikianlah analisis ngaco ojek Tambora yang coba saya teliti selama enam bulan, lantaran ojek merupakan moda utama selama saya bertugas di Tambora. Sampai kapanpun ojek akan tetap menjadi transportasi unggulan di Tambora, selama kondisi jalan masih sama, selama jembatan masih belum diperbaiki dan selama abang-abang ojek masih bersedia berbagi kursinya untuk berjalan bersama menapaki bumi Tambora.

Saya tertarik untuk menuliskannya dan membaginya dengan semua teman-teman di seluruh pelosok dunia. Sebuah usaha untuk memperkenalkan Tambora dari sisi lain. Ayo datang ke Tambora! Bahkan ojek pun akan sangat menarik disini!.

Semoga bermanfaat, dan mohon tidak terlalu diambil ke dalam hati, karena ini murni analisis ngaco, bukan berdasarkan teori dasar disiplin ilmu manapun. Terimakasih :D.

VISIT TAMBORA 2015!

Bima, 16 Desember 2012 


Cerita Lainnya

Lihat Semua