info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Rambut Keriting

Monika Yeshika Harahap 20 Mei 2014

Ternyata, tidak di rumah, tidak di Papua, tidak di Sangir ini lagi-lagi saya pun harus berhadapan dengan isu mengenai rambut saya yang keriting, juga kribo.

Sebagian besar penduduk di Pulau Para ini saya yakin adalah orang yang memiliki rambut keriting. Hanya saja, banyak dari mereka yang sudah meluruskannya dengan peralatan dan obat masa kini. Mereka tidak lagi akrab dengan rambut keriting, mereka bahkan lebih bangga dengan rambut lurus mereka. Meskipun rambut lurus mereka tidak alami dan berumur pendek, mereka tetap bangga.

Maka, ketika saya datang dengan keadaan rambut yang bisa dikatakan acak-acakan, pendapat yang bermunculan pun beragam, khususnya dari murid-murid saya di sekolah. Mereka juga sering berpendapat dan bertanya sebaiknya saya meluruskan rambut saya saja seperti yang dilakukan oleh banyak orang di pulau ini.

Mereka berpikir saya yang datang dari kota nun jauh di sana adalah pemuja rambut lurus seperti mereka. Masalahnya, ada beberapa anak yang menyarankan saya untuk meluruskan rambut saya adalah sesama kribo dan orang tua mereka juga begitu. (Biasanya saya hanya bisa geleng-geleng kepala)

Beberapa waktu yang lalu, saat pulang sekolah sambil berjalan menuju rumah, beberapa murid saya bercerita bahwa dulu mereka terkejut juga melihat saya datang dengan rambut keriting. (Mungkin karena terpaksa, mereka bilang waktu itu saya tetap saja cantik).

Kalau di sini rambut keriting dikenal dengan sebutan ‘caplang’ (yang dulu selalu saya anggap mereka sedang mengaitkan dengan produk minyak). Semakin waktu berjalan, saya pun sudah mendapatkan sebutan sebagai ‘Ibu Guru Caplang’, dan semua itu datang dari murid-murid saya. (Bisa jadi mereka sudah menganggap saya bukan guru lagi)

Akan tetapi, ketika mereka memanggil saya dengan sebutan itu saya sebenarnya tidak marah. Saya senang. Saya senang karena bagi saya itu menjadi bukti kedekatan saya dengan mereka yang sudah hampir tidak ada batas. (Yang kadang-kadang bisa jadi bumerang juga)

Maka dari itu, saya juga heran mengapa permasalahan hidup saya tidak jauh-jauh dari masalah rambut saya yang keriting dan kribo ini.

Lebih dari semua itu saya berpikir bahwa rambut saya juga yang telah menyelamatkan saya. Dengan rambut saya yang begini saya jadi semakin dekat dengan mereka. (lagi-lagi, yang kapanpun bisa jadi bumerang), tapi mengasyikkan!!

‘Ibu caplang... Ibu caplang...’ terdengar sayup-sayup ketika mereka memanggil saya dengan penuh rasa sayang maupun ketika mereka sedang marah.

17.04.2014


Cerita Lainnya

Lihat Semua