Malam Kudus

Monika Yeshika Harahap 25 Desember 2013

Natal tahun ini akan saya lewati dengan nuansa yang lebih berbeda lagi. Berada sendirian di antara kerabat baru di Pulau Para Lelle, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara merayakan Natal telah menjadi sebuah tradisi. 

Merayakan Natal di Pulau Para yang telah menjadi rumah ketiga saya ini memang lumayan berbeda dibandingkan ketika saya masih kuliah di Jogja. Kebiasaan baru dan tradisi baru menjadi penanda diri yang semestinya tidak lagi sepenuhnya sama seperti di masa lalu.

Perayaan Natal di Pulau Para ini dipenuhi dengan musik gempita yang akan berdentang sampai pagi. Sebelum jatuh pada tanggal 25 Desember, saya sudah sibuk mengikuti ibadah pra-Natal yang dirayakan oleh kelompok pelayanan dan rayon. Di Pulau ini ada sepuluh kelompok pelayanan, dan tiga rayon pelayanan.

Ibadah pra-Natal yang sudah menjadi kebiasaan mereka dirayakan secara berbeda-beda berdasarkan kelompok laki-laki, perempuan, maupun pemuda. Jadi, bisa diperkirakan jumlah ibadah yang saya hadiri.

Selain itu, dalam setiap pelayanan ibadah pra-Natal, hampir semua kelompok menyediakan makanan dalam jumlah yang massal. Biasanya mereka menyediakan hidangan makan malam yang super enak. Mulai dari daging babi, ayam, anjing, pastinya ikan, sayuran, kue-kue, sampai puding dengan berbagai cita rasa. Biasanya setiap kelompok memiliki menu andalan sendiri. Berbahagialah saya yang mengikuti ibadah pra-Natal ini. (Terlihat jelas memang orientasi saya ya?)

Setelah melaksanakan ibadah dan makan malam, biasanya mereka masih punya acara sendiri. Seperti kebiasaan orang Sangir yang menyukai genre musik disko dan juga hobi karaoke sampai pagi, maka mereka akan melanjutkan acara tersebut. Agak sial memang ketika perayaan itu berada di dekat rumah tempat saya tinggal.

Untungnya, setelah kurang lebih enam bulan saya berada di pulau ini saya sudah terbiasa dan ternyata bisa juga tidur lelap meskipun telinga saya disibukkan untuk mendengar bunyi musik maupun suara mereka.

Nah, saat-saat seperti ini juga mereka akan mengeluarkan minuman andalan orang Sangir, yaitu Cap Tikus. Sebenarnya dikatakan Cap Tikus bukan karena bahannya dari daging tikus, tapi karena proses pembuatannya yang dilakukan di hutan dan katanya mereka tidak menemukan merek yang pas untuk minuman yang kadar alkoholnya tinggi ini. Kalau di orang Batak dikenal dengan nama Tuak. Walaupun bahan dasarnya sama-sama buah aren, bedanya, Cap Tikus ini sangat bening.

Selama berjam-jam bahkan sampai pagi mereka akan berjoget sepuasnya di halaman diiringi oleh musik-musik disko ala Sangir dan juga pastinya berkaraoke dengan diiringi organ tunggal. Saya memang sudah terbiasa dengan hal ini.

Sunyi Senyap

Malam kudus

Sunyi senyap

Dunia terlelap

Hanya dua yang jaga terus,

Ayah Bunda mesra dan kudus

Anak tidur tenang, Anak tidur tenang.

Lirik di atas adalah sepenggal lirik lagi ‘Malam Kudus’ yang pasti akan selalu dinyanyikan dan terdengar dalam bulan Desember. Sebenarnya, saya ingin benar-benar berada dalam suasana seperti yang disebutkan dalam lirik lagu itu. Saat malam merayakan Natal yang sunyi. Kesunyian yang semoga bisa membawa ke dalam khidmat yang bisa dirasakan sampai ke dalam batin.

Bukan saya tidak setuju dengan tradisi ini, hanya saja saya memang tidak bisa menikmati suasana yang gegap-gempita seperti ini. Bisa dibayangkan tidak dalam suasana musik yang sedemikian meriah di sini, di pojok sana ada dua sosok yang sedang menunggui anak yang baru lahir di sebuah kandang binatang. Sangat bertolak belakang.

Saya tidak tahu apakah Natal kali ini akan benar-benar saya rayakan dengan kebiasaan saya sendiri atau membaur dengan kebiasaan baru yang memang tidak bisa saya nikmati. Di sini, di pulau ini yang telah menjadi rumah saya juga saya tidak akan menemukan malam yang sunyi untuk memaknai kelahiran seorang anak ke dunia di kandang binatang. 

Ingin rasanya menjadi peserta dalam rombongan yang menjenguk bayi itu di dalam kandang binatang. Kalau tidak menjadi gembala, mungkin menjadi kawanan ternak juga tidak apa-apa.

Malam Kudus

Sunyi senyap

Kabar baik menggegap

Bala sorga menyanyikannya

Kaum gembala menyaksikannya

Lahir Raja Shalom.. Lahir Raja Shalom

 

Di tengah suasana meriah dan gegap-gempita ini semoga para Malaikat juga tetap melagukan nyanyian suka cita. Dan tidak lupa juga saya berharap semoga Damai Natal ini melingkupi seluruh hati umat manusia.

Damai di Hati. Damai di Bumi.

 

Dalamsuasanamusikdisko 15.12.2013

22.08 WITA

M & M


Cerita Lainnya

Lihat Semua