#9 - Mereka bersahabat dengan gulita.

Michael Laurent Salim 3 April 2014

Ini merupakan salah satu tulisan yang saya buat, ketika awal memasuki Kampung Pikpik, tulisan yang sudah lama tertimbun oleh banyak memori lainnya. Namun ketika saya melihat-lihat kembali catatan tulisan yang ada, maka saya rasa tulisan ini cukup menarik untuk dibagikan.

Beberapa minggu di tempat tinggal baru, saya menemukan banyak hal menarik. Salah satunya, ketika memperhatikan anak-anak beraktivitas ketika malam datang dan lampu tidak menyala. Tidak menyala? Ya, tidak menyala. Kampung Pikpik tidak memiliki sambungan listrik dari PLN, sehingga untuk penerangan lampu di waktu malam, harus memanfaat mesin diesel atau biasa anak-anak menyebutnya motor lampu. Namun itu tidak berarti bahwa lampu akan selalu menyala setiap malam, karena menyala atau tidaknya motor lampu tergantung dari ada tidaknya anak-anak yang berkeliling kampung dari rumah ke rumah untuk menagih uang sumbangan untuk membeli minyak. Sekiranyapun ada anak yang berkeliling kampung, tetapi itu juga masih harus melihat apakah tiap-tiap rumah ada cukup uang sore itu untuk diberikan. Dan jika dua kondisi tersebut telah terpenuhi, maka tetap harus dilihat kembali ketersediaan stok solar di warung. Karena seringkali anak-anak sudah berkeliling kampung dan memiliki cukup uang untuk membeli beberapa liter solar, yang harganya sudah cukup melambung, namun ternyata kosong. Maka gulita pun menyelimuti kampung malam itu.

Dengan kondisi tersebut maka sangat lumrah untuk mendapati lampu kampung tidak menyala selama beberapa malam dan kampung menjadi gelap gulita. Gelap gulita yang seringkali menjadi momok menakutkan bagi banyak anak-anak di kota sana, dimana listrik sudah menjadi hal wajib dalam keseharian mereka. Banyak anak-anak di kota-kota besar dicekam oleh ketakutan dan kekhawatiran akan gelap gulita, sesungguhnya seringkali ketakutan-ketakutan itu muncul dari orang tua mereka sendiri yang secara kurang bijaksana, menakut-nakuti anak-anak mereka pada kegelapan sehingga pikiran-pikiran serta imajinasi pun terbentuk untuk menakuti-nakuti pribadi sang anak.

Lalu bagaimana dengan mereka di sini, ketika kegelapan dan pekat malam itu tiba? Ternyata anak-anak menikmatinya, mereka bersahabat dengannya. Tidak melihatnya sebagai sebuah persoalan. Saya telah melihat bagaimana anak-anak belajar dan mengerjakan tugas di bawah penerangan seadanya dari kaleng lentera minyak tanah kecil, bagaimana mereka menari-nari dan tertawa melihat bayangan mereka sendiri dari lampu petromak, atau ketika mereka memasak makan malam di dalam penerangan lilin. Itu semua di lakukan oleh mereka yang masih berusia SD tanpa ada kesulitan.

Kemudian bagaimana kalau keadaan di tukar antara mereka di kota dengan mereka yang di sini? Saya dapat menjamin, bahwa anak-anak yang sudah terbiasa dengan kegelapan ini tidak akan terlalu kesulitan bila gelap itu tak kunjung datang lagi, mereka tidak gelapan menghadapi terang dan nyala lampu yang menghampiri. Namun bagaimana dengan mereka yang ada di kota sana dan harus kehilangan terang lampu dan pencahyaan selama beberapa waktu, tentu mereka akan gelapan, mengeluh, bahkan menangis ketakutan.

Mungkin begitulah seharusnya kita menjalani hari-hari ini, jangan terlalu berkeluh kesah dengan “kegelapan” hidup bahkan yang pekat sekalipun. Ketika masa-masa itu datang, alangkah baiknya jika kita bisa menikmati dan bersahabat dengan kegelapan, kepekatan, dan mungkin kegetiran yang ada. Ketika kita mampu mengubah itu semua menjadi arena kita untuk tertawa dan menikmatinya. Maka kita pun tidak akan gelapan dengan kehidupan cerah yang menghampiri kelak. Tetapi jika kita hanya merasakan terang dan cerahnya kehidupan saja, maka ketika kegelapan hidup itu menghampiri, kita akan segera canggung dan gelagapan kemudian mulai membangun imajinasi-imajinasi tak berdasar di dalam benak kita akan kegagalan serta persoalan yang tak kunjung berakhir. O ya satu rahasia kecil, ketika segala sesuatunya menjadi gelap gulita justru itulah waktu yang paling tepat untuk memandang langit menatap betapa indahnya kerlip bintang di atas sana. Jadi mari bersahabat kegelapan yang menghampiri :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua