Aku dan Kambing-kambing Itu

Metias Kurnia Dita 19 Juli 2012

Kamis, 21 Juni sore hari...

 

Sore yang damai. Sore itu aku melihat ibu angkatku sedang melakukan suatu aktivitas yang belakangan aku tahu bahwa aktivitas itu selalu dilakukannya setiap sore hari. Aktivitas apa itu? Jawabannya adalah aktivitas “memberi makan kambing”. Saat waktu makan tiba, ibu membuatkan adonan berupa nasi dicampur bekatul untuk menu kambing-kambing kesayangan beliau. Saat hidangan sudah siap, segera ibu membuka pintu pagar rumah. Seketika itu, berbondong-bondong masuklah belasan ekor kambing ke halaman rumah.

Kambing-kambing tersebut tidak berkandang, tidak pula mempunyai atap untuk berteduh. Sehari-hari, mereka dibiarkan begitu saja berkeliaran di jalan-jalan dan kebun-kebun.Ternyata memang begitulah cara warga di kampung kami memelihara kambing mereka. Dan sekarang pun aku sudah mulai terbiasa melihat gerombolan kambing yang selalu kujumpai di setiap sudut kampung. Bahkan, bisa jadi jumlah kambing-kambing itu melebihi jumlah penduduk kampung kami.

Sekitar 3 hari kemudian,

Seperti biasa, sore itu ibu masih mengerjakan aktivitas rutinnya. Jika sedang tidak ada kegiatan, aku sempatkan untuk melihat aktivitas beliau itu. Kali itu, sambil memperhatikan kambing-kambingnya makan, ibu dengan bangga bercerita bahwa waktu acara pisah sambut Pengajar Muda di kecamatan pekan lalu, ibu merelakan 1 ekor kambingnya untuk disembelih sebagai menu bagi tamu undangan. Dan di akhir pembicaraan ibu berkata, “Nanti awal puasa kita potong satu lagi. Setiap awal puasa kita pasti potong kambing”. Yeah, beginilah rasanya menjadi PM yang tinggal bersama juragan kambing. hihihi.. 

Senin, 25 Juni

Petang hari, menjelang maghrib. Saat sayup-sayup terdengar suara adzan, bergegas aku menutup pintu rumah panggung kami. Saat pintu hampir tertutup, mataku menangkap suatu keganjilan. Aku melihat ada sesuatu yang bergerak-gerak di atas motor kakak angkatku yang terparkir di luar pagar rumah kami. Aku menajamkan fokus mataku. Wow! Ternyata itu adalah kambing yang sedang duduk manis di atas jok motor kakak angkatku! Segera saja aku menyambar kamera dan mengabadikan kejadian unik sore itu. “Iraiiiiiiiii, kambing pun mau naik motor!”

Beberapa hari setelah itu...

Tengah malam aku tiba-tiba terbangun karena panggilan alam, yaitu ke toilet. Malam itu sudah sangat sepi, hampir tak terdengar tanda-tanda kehidupan. Aku memberanikan diri melangkah ke toilet. Saat panggilan sudah kutunaikan, tiba-tiba aku mendengar ada suara seperti laki-laki yang sedang menangis. Aku kaget setengah mati. Aku takut tapi penasaran ingin tahu suara apa itu. Karena terlalu penasaran, aku panjat bak mandi dan melalui ventilasi aku ingin melihat apa yang terjadi di balik dinding kamar mandi. Aku coba mengedarkan pandangan, namun mataku tak menangkap apapun, hanya gelap. Aku akhirnya kembali ke kamar membawa rasa takut yang bercampur penasaran.

Dua atau tiga hari setelah peristiwa itu, aku mendengar suara yang sama itu keluar dari seekor kambing yang sedang ibu beri makan. Ahaha,,,, ternyata kemarin itu hanya suara kambing. “Ibu, kenapa suara kambing itu menjadi seperti itu?”. Ibu menjawab, “mungkin dia sedang batuk”. Oooo... ternyata kambing pun menderita batuk ya...

Selasa, 17 Juli

Hari itu sekolahku sedang ada akreditasi. Oleh karena itu, aku harus tinggal di sekolah lebih lama. Jam 4 sore proses akreditasi baru selesai. Aku cepat-cepat pulang ingin segera istirahat dan mempersiapkan materi les untuk malam harinya. Sesampainya di rumah, saat melihat tempat tidur, aku berencana hanya akan melemaskan kaki sebentar saja. Namun, karena terlalu capek, aku tertidur pulas.

Nah, saat aku tertidur itu, ibu dan bapak angkatku ternyata pergi ke sawah. Mereka hanya menutup pintu pagar dan tidak menutup pintu rumah karena aku ada di rumah. Setelah Bapak dan ibu berangkat, ada seorang anak yang datang membawa makanan dari tetangga yang sedang punya hajatan. Si anak katanya sudah mengetuk pintu rumah kami. Akan tetapi, aku sama sekali tidak mendengarnya karena terlalu pulas tidur. Ceritanya, si anak tadi langsung membawa masuk makanan itu karena pintu rumah kami terbuka. Setelah meletakkannya di lantai, anak itu langsung pulang tanpa menutup pintu pagar. Beberapa saat kemudian, masuklah 3 ekor kambing ke rumah kami. Saat itu pun aku masih tertidur pulas. Setengah jam kemudian ibu dan bapak pulang. Terjadilah sebuah keributan. Ibu sambil sedikit berteriak menggiring kambing-kambing itu dari dalam rumah. Kambing-kambing itu berlarian di dalam rumah panggung kami sehingga menimbulkan suara hentakan kaki di atas papan yang cukup keras. Saat itulah aku terbangun dan baru meyadari apa yang sedang terjadi. “Dita tidak dengar ada kambing masuk? Mereka makan beras kita ni”, ibu berkata sambil menunjukkan karung beras yang sebelumnya terisi 1/4nya namun sekarang sudah ludes dimakan kambing”. Inaiiiiii..... di sini kambing pun makan beras...!

Ahaha... inilah cerita-cerita yang ikut mewarnai hari-hariku di perkampungan tepi teluk Waworada ini. Pekerjaan sekolah yang kadang cukup membuat penat, terobati oleh cerita-cerita unik semacam ini. Alhamdulillah. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua