Sederhana nan Membahagiakan

Melly Syandi 14 Maret 2017
"Bu Guru, kita main Katendek sebentar yoh?". *** Saya kagum pada kreatifitas anak-anak di desa yang mampu menciptakan berbagai permainan sederhana namun tetap memiliki esensi memainkan logika. Kurang lebih 10 bulan terakhir ini, saya banyak menemui bermacam-macam permainan sederhana yang dimainkan oleh anak-anak saya saat sebelum masuk kelas, saat jam istirahat, atau sore hari selepas mereka pulang dari berkebun. Permainan-permainan sederhana itu, pada umumnya permainan yang pernah saya mainkan saat saya juga seusia mereka. Hanya, istilah dan beberapa 'rules'-nya ada yang berbeda, tapi tetap saja ia sederhana namun membahagiakan sipemainnya. Katendek ini salah satunya. Hanya bermodal batu-batu kecil yang ada di sekitaran halaman sekolah, sudah bisa membuat mereka tertawa bahagia bila mereka melihat lawan mainnya kalah telak. Cara bermainnya pun mirip seperti permainan bola bekel yang menggunakan biji congkak. Mereka menyederhanakan permainan dengan menggunakan batu besar yang dilempar ke atas dan dianggap sebagai jimatnya. Sementara batu jimat dilemparkan, tangannya akan dengan sigap untuk mengambil batuan-batuan kecil pengganti biji congkak. Permainan ini, tidak hanya dimainkan oleh anak perempuan saja, tidak juga hanya oleh kelas besar. Bahkan, ketika anak-anak kelas kecil bermain, saya gunakan kesempatan itu untuk mereka belajar berhitung, belajar menjumlah, belajar mengurangi. Bagi mereka, belajar dalam permainan yang mereka mainkan sehari-hari adalah hal yang menyenangkan. *** Selain Katendek, permainan yang sering dimainkan anak-anak adalah banteng, asin, ular tangga, lempar batu, catur batu, dan banyaaakkk lagiii yang selalu membuat saya kagum dan bertanya-tanya, "Siapa yang mengajari kamu orang main permainan ini? Atau siapa yang membuat aturan permainan ini sehingga begitu asyik sekali dimainkan?" Tanya saya pada anak-anak. Mereka selalu bilang, "Bu Guru coba mi kita ikut juga bermain. Nanti kita akan mengerti sendiri mi!". Dan memang, Sekarang saat jam-jam istirahat sekolah, sudah menjadi waktu khusus untuk saya mengingat kembali masa-masa kecil saya. Sesekali, saya pun tidak menolak penawaran anak-anak untuk ikut juga bermain bersama mereka. Hmm. barangkali juga, supaya kenangan itu tidak hanya diingat, toh? tapi juga dirasakan. Sesederhana itu saja.

Cerita Lainnya

Lihat Semua