info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Kurcaci Konawe

Melly Syandi 4 Januari 2017

"Bu Guru bisa disambung mi?"

"Bu Guru, ini ditulis mi?"

"Bu Guru, tawon!"

"Bu Guru, i-rasti menangis!"

"Bu Guru, saya lapar beh!"

"Bu Guru, izin!"

"Bu Guru, kita belajar tambahan sebentar sore?"

"Bu Guru, kita mau permen kah?"

"Bu Guru, sudah lama mi kita tidak foto-foto he?"

"Bu Guru, kita selfi-selfi mi dulu nah?"

Ciss kacang bunciiiiisss....

Adalah sebagian celotehan anak-anak ketika Bu Gurunya mengajar di sekolah. Ada-ada saja! Dan itu selalu membuat saya tertawa. Bahkan kadang-kadang, pertanyaan yang satu belum terjawab, yang satunya pasti akan bertanya lagi. Dan biasanya, pertanyaannya sama ! Hhi.

***

Saat hari pertama mengajar di sekolah, hal yang paling menjadi kekhawatiran saya adalah saya tidak mampu menarik perhatian anak-anak.

Waktu masih di camp pelatihan, kita selalu diberikan 'tips and tricks' bagaimana menghadapi anak-anak dalam kondisi tertentu. Tapi bagi saya yang bukan berlatar belakang pendidikan, tentu semua itu belum cukup.

Apalagi kita semua pasti sepakat, yang paling jujur di dunia ini adalah anak-anak. Jika mereka tidak suka, tanpa basa basi pun pasti mereka akan menunjukkannya.

***

Umumnya anak-anak di sekolah tempat saya mengajar memang jarang berinteraksi dengan orang baru. Selain karena akses dan jarak yang jauh untuk bisa bertemu dengan orang baru, keterbatasan informasi juga menjadi penyebab kurangnya pemahaman bagaimana cara berinteraksi, terutama dengan orang baru tersebut.

Sudah tentu, kondisi demikian membuat saya harus kerja keras untuk bisa masuk ke dalam dunia anak-anak.

Tapi ternyata, dugaan saya salah. Hari pertama sekolah dan bertemu anak-anak, mengubah cara pandang saya terhadap anak-anak.

Kekhawatiran-kekhawatiran tadi bisa hilang seketika. Saya bisa dengan cepatnya berbaur dengan anak-anak.

Ternyata, rumusnya ini,

"Ketulusan"

Iya, sesederhana itu. Sesuatu yang dilakukan dengan tulus, maka akan diterima dengan tulus juga.

Apalagi anak-anak. Paling bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang modus.

Contohnya seperti ini,

Tadinya, ucapan "Terima kasih, ya?" atau "Tabe', Bu Guru! (Permisi, Bu Guru!)" adalah ucapan yang cukup asing bagi anak-anak.

Tapi sekarang, tanpa dikomandoi, mereka sudah terbiasa dengan sendirinya mengucapkan itu kepada Bu Gurunya atau kepada orang-orang di sekitarnya.

Dan sesederhana itu, sudah membuat saya merasa bahagia.

Terimakasih, Nak !

Salam semangat dari Kons,

Melly Syandi


Cerita Lainnya

Lihat Semua