Berkenalan dengan Musik

Melissa Tuanakotta 15 Januari 2012

Ini semua bermula ketika aku mendengar suara “ting tang ting tung” dari sekitaran rumahku. Aku pikir itu hanyalah suara musik dari rumah orang Bali. Tapi begitu aku dengarkan dengan seksama, itu  adalah bunyi nada ‘Gundul-gundul Pacul’. Aku mencari tahu ke tetangga rumah sebelahku, karena sumber suara berasal dari sana.

Ternyata bunyi itu berasal dari alat musik gamelan. Menurut bisik-bisik tetangga beberapa hari yang lalu ada seorang pedagang gamelan keliling. Gamelannya bukan gamelan asli yang mempunyai ukuran besar dan biasa dipakai ketika ada pertunjukkan seni daerah. Gamelannya hanyalah gamelan mini untuk mainan anak-anak. Hampir semua rumah yang memiliki anak kecil memiliki mainan gamelan ini.

Aku mencoba memainkan alat musik ini. Baru saja aku mau mulai memainkan, aku sudah dikerubungi oleh anak-anak yang biasa main di rumahku. Wah, aku pikir gawat ini kalau aku ga bisa beraksi. Aku pukul satu persatu kumpulan besi dalam gamelan, ternyata nadanya sama saja dengan tangga nada di piano. Kebetulan aku bisa main piano, jadi dengan mudah aku bisa beraksi depan anak-anak.

Rasanya sudah lama tidak memegang alat musik. Sedari kecil aku terbiasa memainkan piano, bahkan beberapa saat sebelum aku bergabung dengan Indonesia Mengajar aku memulai kembali untuk belajar biola. Rasanya otakku yang mulai beku ini larut dalam alunan melodi. Keinginan untuk membeli gamelan pun mucul, setiap hari aku menunggu kedatangan tukang gamelan di depan rumah, rasanya seperti menunggu jodoh yang tak kunjung tiba. Menurut kabar bisik-bisik tetangga, si tukang gamelan telah kembali ke kampungnya karena barang dagangannya sudah habis terjual. Rasanya aku patah hati.

Setiap malam ketika listrik telah padam, aku bisa mendengar dengan jelas orkestra alam. Bunyi jangkrik, kodok, lolongan anjing, sesekali ayam peliharaannya bapak berkokok, terdengar seperti sebuah alunan musik alami. Bahkan suatu hari ketika aku sedang naik motor bersama Daniel aku seperti mendengar suara musik dari knalpot. Aku rasa aku mulai gila, ini semua karena aku tidak bisa punya gamelan.

Akhirnya aku mengajak adik angkatku untuk pergi ke pasar di Unit 2 yang berada di lintas timur Sumatera. Seluruh pasar aku telusuri hanya untuk mencari gamelan. Dari satu toko ke toko lainnya, tapi tetap hasilnya nihil. Sampai akhirnya di satu toko aku melihat ada pianika. Aku pun langsung tersenyum bahagia, dari pada tidak ada yang dibeli akhirnya aku memutuskan untuk membeli pianika. Pianika itu berwarna pink, warna kesukaanku J.

Seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan, aku memainkan pianika tersebut sepanjang hari. Suara pianika dan kelihaianku bermain, menjadi daya tarik anak-anak yang bermain di rumahku. Aku mempunyai ide untuk transfer ilmu. Aku mengajari anak-anak itu bermain alat musik. Aku memperkenalkan mereka dengan tangga nada, not balok, irama, dan ketukan. Senang rasanya bermain musik bersama mereka, mereka pun merasa bahagia mempunyai keahlian baru.

Percaya atau tidak, dengan mudah mereka menyerap ilmu musik yang aku berikan. Dalam sekejap mereka suda bisa membedakan do re mi. Sekarang mereka pun sudah bisa menghafal 5 lagu.

Aku selalu yakin bermain musik akan mempunyai banyak manfaat untuk perkembangan anak. Selain melatih kreatifitas banyak aspek lainnya yang akan berkembang ketika anak belajar bermain musik. Anak-anak akan menjadi lebih konsentrasi ketika bermain alat musik, bahkan sangat fokus agar bisa menghasilkan sebuah melodi yang indah untuk didengarkan. Mereka memperhatikan aku memainkan jemari di atas tuts piano dan langsung mencobanya sendiri. Secara tidak langsung anak mengkoordinasikan diri untuk membaca not balok dengan gerakan jari. Aku juga bisa melihat mereka menjadi lebih sabar dan tenang mencoba secara berulang-ulang ketika salah memainkan nada. Satu lagi, kepercayaan diri anak-anak muncul saat memainkan pianika di depan orang lain.

Kebetulan aku memiliki buku koleksi lagu Indonesia. Buku tersebut lengkap dengan not-nya. Dengan mudah aku pun bisa memperkenalkan lagu-lagu wajib nasional dan daerah kepada anak-anak. Dari situ aku juga bisa melihat sisi nasionalis mereka yang mulai terbentuk. Walaupun bisa dibilang sebagai langkah kecil, setidaknya mereka sekarang lebih sering mendendangkan lagu-lagu nasional dibandingkan dengan lagu yang bertemakan cinta yang lebih cocok dinyanyikan oleh orang dewasa.

Sekali transfer ilmu banyak hal dapat dipelajari. Itulah hebatnya bermain musik.


Cerita Lainnya

Lihat Semua