info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Celengan Anak Yatim

Meiske Demitria Wahyu 27 Februari 2012

Mengajar pelajaran non eksak itu susah-susah gampang. Sepertinya memang mudah saja dibaca dan dipelajari, tapi untuk mentransfer apa yang sudah kita pelajari kepada segerombolan murid yang tidak punya buku paket itu susah. Boro-boro disuruh baca dulu di rumah, selama ini apa yang mereka dapatkan hanyalah bergantung pada apa yang dicatatkan. 3 bulan saya mengajar di SDN 02 Sumber Jaya, saya mengampu antara lain pelajaran PKN untuk kelas 4-6. Setiap akan masuk kelas untuk pelajaran ini, saya memutar otak agar PKN tidak dianggap pelajaran gampangan yang tinggal nyatet terus bisa dapat nilai bagus.

Pada suatu bahasan tentang organisasi dan keputusan bersama, saya cukup bingung karena tampak sangat abstrak. Akhirnya pada RPP saya tuliskan bahwa kegiatan pembelajaran hari itu adalah simulasi musyawarah. Saya pernah diajarkan pada waktu pelatihan bahwa membuat proyek kelas itu akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki. Saya coba aplikasikan pada kelas 5 di pelajaran PKN hari itu. Kelas 5 tampak antusias saat itu. Lalu dimulailah simulasi musyawarah dipimpin ketua kelas dan wakil ketua kelas. Walau awalnya tampak kaku, akhirnya dengan tawa dan canda anak-anak mulai berbicara. Sulit betul membuat anak-anak ini mengeluarkan pendapat, karena memang tidak dibiasakan sebelumnya.

Dengan pancingan-pancingan, terciptalah beberapa usulan yang setelah disaring menjadi 2 usulan besar. Proyek bersama kelas 5 rencananya akan menabung dan belajar kelompok jelang ujian semesteran. Yang menarik adalah soal menabung ini. Saya berusaha memantik semangat beramal mereka sejak dini, jadi saya tawarkan bagaimana kalau kita menabung untuk membantu orang lain. Saya menceritakan tentang proyeknya Ibu Mita dengan anak pengajiannya mengenai Celengan Qurban. Saya menceritakan tentang @Penyala yang menyalurkan buku-buku sampai ke pelosok-pelosok. Saya berusaha mengajak mereka untuk berbagi karena semakin kita memberi, maka kita akan semakin diberkati. Tentunya memberi bukan karena ingin diberkati saja. Tiba-tiba Yusuf sang ketua kelas mencetuskan ide mengenai celengan untuk anak yatim. Kelas pun terbagi pendapatnya. Ada yang ingin tabungannya buat Qurban, ada juga yang ingin menyumbang buat Penyala, dan ada pula yang ingin mendonasikan tabungan untuk anak yatim. Voting pun dibuka, tanpa sadar mereka telah belajar mengambil keputusan. Dan keputusan bersamapun diambil, kelas 5 punya proyek "Celengan untuk Anak Yatim." Proyek ini berlangsung 4 bulan hingga naik-naikkan kelas nanti bulan Juni.

Lalu proyek ini pun mulai dijalankan. Anam bersedia membawa toples untuk celengan, Anton dan Ahmad bersedia menghias. Pengurus kelas serta seluruh kelas secara bergiliran bertanggung jawab atas pengedaran celengan. Celengan untuk anak yatim ini setiap hari diedarkan. Peraturan khusus untuk celengan anak yatim ini adalah: Bila ada yang bilang 'gak tahu' atau 'gak bisa' harus memasukkan Rp. 500,- ke celengan (sampai-sampai mereka sendiri yang saling mengingatkan bila ada yang keceplosan hehe). Jumlah awal celengan tersebut mereka pamerkan pada saya, yaitu tujuh ribu rupiah. Hasil mereka tidak jajan, hasil menyisihkan uang saku.

Mereka tampak semangat mengisi celengan ini. Saya melihat di mata mereka bahwa saat itu mereka merasa sangat kaya karena bisa berbagi kepada yang lebih kurang beruntung. Penasaran dengan hal itu, saya meminta mereka menulis jurnal. Benar apa yang saya tebak, setiap murid kelas 5 merasa kaya, beruntung dan bersyukur. Mereka senang bisa membantu anak yatim dari sedikit upaya mereka. Luar biasa! Betapa dari anak-anak ini saya belajar banyak. Padahal mereka pun tidak bisa dikatakan berkecukupan, tapi mereka mau berkorban demi orang lain. God bless these children :)

P.S: Kelas 5 berhasil mengumpulkan Rp. 95.000,- yang akan didonasikan ke Yayasan Yatim Mandiri dan Roslin Orphanage. Alasan mereka memberikan ke dua lembaga ini adalah karena beramal itu tidak memandang harus seagama dan agar sebanyak mungkin anak yatim bisa lebih baik. I'm a proud teacher :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua