(Bakal) Berpiala
Meiliani Fauziah 31 Maret 2015Rasanya itu kayak mau nangis. Sekolah kami (bakal) punya piala.
Iya. Hari ini 11 orang murid SDN 006 Pasir Belengkong mengikuti perlombaan Festival Lomba Seni Siswa Nasional SD/MI UPTD Pasir Belengkong. Ada yang ikut lomba nyanyi, lukis, gambar bercerita, menari dan mencipta puisi.
Menyanyi menjadi lomba yang pertama kali ditandingkan. Ricky (kelas 5) membawakan lagu "Andaikan Aku Punya Sayap" dan "Sungai Kandilo." Ketika melihat mic, Ricky bilang kalau suaranya pasti jelek. Dia pikir suaranya cuma bagus kalau menyanyi suka-suka sama Ibu Guru (haha).
Saya hanya ketawa mendengar penuturannya. Saya bilang pokoknya nyanyi aja, kalau takut lihat Ibu. Oke, sip, berangkat.
Ricky mendapatkan nomor urut pertama. Belum lagi instrumen saya pasang, dia sudah mulai menyanyi. Hasilnya alhamdulillah, lalala.. (haha#2). Alhamdulillah lagi, mic tiba-tiba saja mati. Ricky yang begitu gugup sampai tidak sadar kalau mic mati. Dia nyanyi saja sekeras-kerasnya dengan tubuh kaku. Akhirnya panitia meminta Ricky menyanyi ulang. Di sela-sela menunggu sound system diperbaiki, saya berbisik pada Ricky,"Kalau kamu takut, lihat Ibu saja. Ntar Ibu bantuin nyanyi."
Mic beres, Ricky harus naik panggung lagi. Sesuai bisikan tadi, mata Ricky ketika menyanyi tertuju pada saya. Lurus.
Dilihat seperti itu, saya betul-betul ingin menangis. Rasanya kayak melihat anak sendiri (haha#3) yang sedang ikut lomba. Saya pun komat-kamit mengikuti irama lagu yang berkejaran dengan suara Ricky.
Lomba selanjutnya adalah pidato. Sayang saya tidak sempat melihat jagoan saya, Idoy (kelas 6) beraksi. Dia mendapat urutan pertama, berbarengan dengan jadwal Ricky tampil. Pidato Idoy berkisah tentang perbedaan kehidupan di kota dan daerah. Dia membuat sendiri pidatonya, saya hanya tinggal merangkai saja.
Saya tahu Idoy kesal sekali pada saya. Tapi dia tetap tertawa-tawa begitu saya minta maaf dan mengacak-ngacak rambutnya yang setiap pagi tak pernah absen dari gel. Saya selalu bilang, jagoan pasti berani sendirian.
Sementara itu, anak saya yang lain, Dias (kelas 5) juga berjuang untuk mencipta puisi. Hampir sebulan ini dia dijejali permintaan pembuatan puisi dari siapa saja. Mulai dari puisi bertema sayuran, sekolah, sepeda, pohon, sampai yang sooo popular berjudul "Guruku".
Di ruangan lain, dua jagoan gambar, Arya (kelas 5) dan Iif (kelas 6) berjuang bersama dalam lomba gambar bercerita dan melukis. Keduanya diharuskan masing-masing membuat gambar dan lukisan bertema daerah.
Save the best for the last. Penampilan kami hari ini ditutup dengan tarian Saman. Seluruh perempuan di kelas 6 naik panggung. Bidadari-bidadari kami, Nia, Iif, Ainun, Azizah, Intan, Dwi dan Atul menghasilkan tepukan yang meriah. Idoy, yang awalnya menolak untuk menabuh gendang Saman, malah ikut bernyanyi sambil tertawa-tawa.
Saya senang sekali hari ini. Anak-anak saya telah membuktikan bahwa sekolah kami patut diperhitungkan. Kami berhasil mendapatkan juara kedua untuk dua cabang lomba, untuk Ricky dan Arya.
Piala pertama, saya yakin bukan yang terakhir. Bismillah..
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda