info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Nak, Ini Namanya Indonesia..

Matilda Narulita 14 September 2011

“Ada yang tau, desa Lamdesar Barat letaknya dimanaaa?”

Kugenggam ujung-ujung peta berukuran besar yang bagian pinggirnya mulai kumal, lalu kurentangkan kedua tanganku selebar-lebarnya.

Breeett...

Ibu! Ibu pu kertas su tarabek!*”seru anak-anak yang berdiri di depanku.

Akh! Barangkali aku terlalu bersemangat membuka peta Indonesia itu. Bertambah 1 lagi sobekan yang cukup besar di pinggir peta, membuat petaku makin tak berbentuk. Tapi kali ini, tak kuhiraukan sobekan itu. Kembali kuangkat peta besar itu tinggi-tinggi, sampai aku nyaris tidak bisa melihat anak-anak yang berdiri berdesakan di depanku.

Eh?

Berdiri? Berdesakan?

Ah, entah bagaimana, segerombolan anak setinggi siku orang dewasa itu mendadak mengerubungiku, sampai aku berkali-kali meminta mereka menjauh sedikit agar aku bisa berdiri dengan bebas.

Dan gagal.

Mereka hanya mundur setengah langkah, lalu maju satu langkah. Mundur setengah langkah, maju lagi satu langkah. Mundur lagi, maju lagi. Begitu seterusnya sampai-sampai aku merasa mereka mengolokku.

Sedikit kesal, aku menurunkan petaku, hendak menegur anak-anak itu. Tapi tunggu, aku melihat kilatan rasa penasaran di mata mereka. Aku melihat bibir yang terbuka karena terpana, kaki-kaki mungil yang berjinjit, tangan-tangan yang mencari pijakan di bahu teman di sebelahnya. Tak jarang mereka melompat-lompat karena pandangannya terhalang rambut kribo teman di depannya.

Eii.. Yang di muka, tunduk sedikit dolo te! Katong di belakang seng dapa’ lihat!”**

Seruan protes terdengar dari bagian belakang kelas. Mereka sampai menaiki kursi supaya bisa melihat peta yang kupegang. Sejenak aku terdiam. Mereka tidak mengolokku. Nyatanya, justru rasa penasaranlah yang membawa mereka ke depan kelas.

Kembali kuminta mereka mencari letak desa Lamdesar Barat di peta. Dengan cepat jari-jari mungil menelusuri peta. Dahi mereka mengernyit, terkadang sambil menggumam, mengeja tulisan yang tertera, mencari Lamdesar Barat. Hasilnya?

Nihil.

Tidak ada seorang anakpun yang berhasil menemukan letak Lamdesar Barat.

Sulit?” tanyaku pada seorang anak.

Sulit, Ibu.”

“Kenapa?”

“Peta terlalu besaaarr.”

Aku tersenyum.

Ini adalah pertama kalinya mereka mengenal, melihat dan menyentuh peta. Ini adalah pertama kalinya mereka tau mereka tinggal di negara Indonesia.

Aku mulai bercerita, mengajak mereka menjelajahi pulau-pulau besar di Indonesia melalui peta, mengenali kekayaan alamnya, keragaman suku budaya dan bahasa.

“Dari Sabang sampai Merauke

Berjajar pulau-pulau

Sambung menyambung menjadi satu

Itulah Indonesia”

 “Lamdesar Barat ada disini.” Aku menunjuk setitik kecil, sangat kecil, yang terletak di utara Darwin, Australia.

Sedangkan ini semua” ujarku sambil membuka peta lebar-lebar, “adalah Indonesia.”

Aku melihat mata yang berkilat, mulut yang menganga terpana. Berulangkali mereka berdiri demi melihat peta. Berulangkali pula terdengar desisan takjub.

Ya, anakku, inilah Indonesia. Luar biasa besar bukan? Sabang sampai Merauke, Talaud sampai Rote. Hutan, air masin (laut), ikan, rempah, kebong (kebun), sayur. Semua katong punya!

--------------

Beberapa hari setelah kelas luar biasa itu, aku yang berada di kantor guru melihat anak-anak duduk di depan kelas yang terkunci. Kunci pintu kelas terselip saat itu. Biasanya, ketika pelajaran belum dimulai, mereka bermain di luar kelas. Panjat pohon, lari-larian, bakalae dengan teman.

Tapi hari itu, tidak ada yang berlari. Tidak ada yang berkelahi. Tidak ada yang memanjat pohon. Semua duduk melantai, memandang buku catatannya, dan terdengar alunan merdu, menyanyikan lagu bernada “Balonku Ada Lima” yang kuajarkan di kelas IPS itu.

Pulau besar ada 5

Rupa-rupa namanya

Sumatra, Kalimantan

Jawa, Sulawesi, Papua

Kami berbeda suku

Beda bahasa daerah

Tapi kami tetap satu

Hidup rukun di Indonesia

 

Note :

* Ibu! Kertas Ibu sobek!

** Hei.. Yang di depan duduk dulu donk! Kami yang di belakang tidak bisa lihat!

 

Gambar di awal postingan adalah gambar kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.


Cerita Lainnya

Lihat Semua