The Boy who Calls me : MISS LITA
Marlita Putri Ekasari 3 Februari 2012Pelajaran Bahasa Inggris yang hanya satu jam mata pelajaran di tiap minggunya menjadi hal yang baru bagi anak-anak. Antusiasme anak-anak terhadap bahasa ini cukuplah tinggi. Aku menjadi populer dengan panggilan baru, Miss Lita.
Aku meminta mereka untuk memanggilku Miss Lita jika dalam pelajaran Bahasa Inggris supaya mereka terbiasa menggunakan bahasa Inggris. Mereka menyukainya. ‘Miss, Miss...’ Ketika mereka memanggilku untuk menanyakan sesuatu yang tidak dipahami. Ada beberapa yang menjadi latah menuliskan Miss Lita dalam pelajaran lain.
Setelah beberapa kali mengajar, ada perubahan dari mereka.
Ada Fikram,anak kelas VIB yang selalu menyapaku dengan good morning....ada fahri, bahru dan sukardin yang awalnya selalu mengatakan ‘ti loa ibuke’(ga bisa ibu...) sekarang bangga mengeja namanya sendiri dalam bahasa Inggris..
Waktu berselang, mulai jarang anak-anak yang memanggilku dengan sebutan bu Lita.. terutama Hamdan, anak kelas VB.
‘Miss Lita......’ sapaannya ketika bertemu denganku di halaman sekolah...Sapaan Hamdan itu dilakukan setiap hari ketika bertemu denganku. Sapaan inilah yang menjadi hal berkesan. Tidak seperti muridku yang lain, Hamdan memiliki keberanian menyapaku. Berbeda, ada anak-anak yang malu-malu menyapaku di pagi hari dengan ‘Good morning, Miss Lita’ kemudian mereka berlari setelah aku menjawab sapaan mereka ‘Good morning, students’. Bahkan ada yang cuma menyapaku tanpa menunggu ku menjawab, mereka lari tunggang langgang. Keberanian Hamdan sungguh membuatku terkesan.
‘Miss, Cita-citaku menjadi seorang Ustad’
Di kelas VB, aku pernah memberikan poling cita-cita untuk memotivasi mereka mempelajari matematika, bahasa Inggris yang aku ampu..Satu-satunya anak yang dengan lantang dan bangga mengucapkan ‘Cita-citaku ingin menjadi ustad’ adalah Hamdan. Tidak ada satupun dalam kelas yang ingin menjadi ustad. Keberaniannya ini menjadi bahan untukku..Anak ini adalah anak yang potensial dan spesial..
‘Oke, kalau mau menjadi ustad, Hamdan harus pintar matematika untuk menghitung jumlah ayat yang sudah kamu ajarkan, selain itu ustad juga harus pintar bahasa Inggris untuk menjelaskan Al Quran pada orang Islam di luar negeri sana. Siapa sangka kamu berangkat ke luar negeri.’(Data jumlah TKI-TKW di desaku, desa Paradowane, cukup tinggi dibanding desa lain di kecamatan Parado)
‘Iya, Miss..Aku akan belajar giat.’
Lomba Menyambut Bulan Ramadhan Tingkat Kecamatan
Rapat guru yang diadakan siang hari di Bulan Agustus 2011 itu, bertujuan untuk menentukan nama anak-anak yang mewakili sekolah dalam lomba tingkat kecamatan Parado. Lomba-lomba yang ada baik putra maupun putri sudah ditentukan diantaranya Lomba Puitisasi Al Quran, MTQ, hafalan bacaan sholat, cerdas cermat agama,dll. Tetapi hanya satu yang belum adalah Lomba Dai Cilik putra. Beberapa guru masih berdebat karena siswa-siswi pilihan sudah dalam plot yang tepat. Ingatanku kembali kepada Hamdan, anak laki-laki kecil, kurus dengan keberanian besar dan bercita-cita menjadi ustad tentu memiliki motivasi yang kuat. Nama ini kuusulkan ke forum dengan alasan tersebut dan Hamdan akhirnya terpilih...Aku yakin padanya akan memenangkan kompetisi ini..
Persiapan Hamdan bersama Pak Sudirman dan Bu Nutfah, berlangsung singkat..aku yang menjadi guru pembina Cerdas Cermat Agama bersama Bu Nurhaida hanya bisa mendoakannya agar memenangkan kompetisi tersebut, sekali lagi keyakinanku Hamdan bisa memenangkan kompetisi itu semakin besar.
Tibalah hari penentuan itu. Hamdan terpisah ruangan denganku. Aku harus mendampingi anak-anak yang mengikuti cerdas cermat. Cerdas cermat berlangsung dengan lancar dengan kemenangan di tangan. Aku masih penasaran dengan Hamdan..Untungnya, nomor undian Hamdan untuk tampil masih 5 menit lagi. Aku berlari sambil membawa kamera pocketku ke ruangan tempat Hamdan mengikuti lomba. Setelah Uchi (anak didikku juga yang menjadi kandidat Dai Cilik putri), Hamdan tampil dengan percaya diri. Semua terkesima, aku mengabadikan dengan video setiap tausiahnya, gerakannya, dan intonasinya yang selalu tepat itu. Video ceramah Hamdan di lomba Dai cilik kuperlihatkan pada pagi harinya kepada seluruh guru dan kepala Sekolah melalui laptop..optimis akan menang. Walaupun dag dig dug menunggu seminggu lagi hasilnya.
Seminggu, cepat sekali berlalu..dan benar, sesuai dengan perkiraanku Hamdan menjuarainya..Selain mendapatkan hadiah di malam pemberian hadiah, Hamdan diminta untuk memberikan tausiah serupa yang sudah dia tampilkan dalam lomba di depan tamu-tamu undangan. Tamu-tamu undangan itu merupakan petinggi kecamatan, antara lain Camat, Sekcam, Kepala UPT Dikpora, Kepala KUA, Kepala UPT Kehutanan dan guru-guru..
Aku sungguh bangga padanya...
Setelah kemenangannya dalam lomba itu, kukira Hamdan akan berubah. Tidak akan lagi menyapaku di pagi hari karena dia akhirnya menjadi anak kesayangan se-Kecamatan. Penampilannya pun kalau ke sekolah menjadi berbeda. Kopyah kain atau topi kini menempel di kepalanya. Tetapi, sampai sekarang pun di setiap pagi, Hamdan dengan kopyah kain atau topi yang menempel di kepalanya...masih memanggilku ‘’ Miss Lita...”
Senyumanku sekarang menjadi lebih lebar dari sebelumnya..
*Note : Sekarang, setiap pembacaan doa saat upacara bendera dengan petugas upacara kelas VB selalu dipegang olehnya..dan PM memfasilitasi Hamdan untuk berkirim surat dengan jejaring PM 2 melalui surat (sahabat pena) dengan PM di Aceh. Semoga dengan berkirim surat ke Aceh, akan mendekatkannya dengan cita-citanya...Amiin.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda