info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

‘Kuku’ membuatku dekat dengan Anak-Anak

Marlita Putri Ekasari 22 Oktober 2011

 

Tiga bulan mengajar, rasanya hari-hariku semakin pendek saja mencapai akhir..anak-anak belum semuanya kukenal dengan baik tetapi hari-hariku membiarkan kuku-kuku anak-anak yang hitam dan panjang sekarang berakhir.

Awalnya, aku hanya memberitahukan Puskesmas mengenai Program Cuci tangan menggunakan sabun, tetapi tanggapan yang diberikan hanya berupa kata iya belum ada realisasi. Himbauan sekolah ke anak-anak hanya berupa perintah untuk potong kuku saja. Masih ada anak yang berkuku hitam dan panjang makan dengan asyiknya di depanku. Akhirnya, aku memilih jalan sendiri dengan menginspeksi satu per satu anak-anak, dan memotong kuku mereka jika ada yang panjang. Bukan perkara mudah memang. Jam istirahatku di sekolah kugunakan untuk berkeliling mencari anak-anak berkuku panjang.

Hari pertama, kumulai hari selasa, 13 September 2011. Aku datang jam 7.10 sedangkan sekolah masuk pukul 7.30. anak-anak setiap harinya sebelum masuk sekolah, selalu melakukan pembersihan sekolah. Kulihat anak-anak selalu mengambil sampah dengan tangan mereka tanpa cuci tangan sesudahnya. Aku sungguh miris, ketika anak-anak itu jajan dengan tangan yang masih belepotan tanah, menjilat dengan enaknya tangan mereka yang bersimbah saos merah. Hiii....ku panggil salah satu anak bernama Rahmi. Rahmi sedang menyapu kelas., memegang sapu dengan tangan kanan, sedangkan di tangan kirinya ada krupuk singkong yang bersaos. Di tengah-tengah menyapu, dia memakan kerupuknya. ‘Ada apa bu?’jawab Rahmi. ‘Coba ibu lihat tangannya?’ ternyata kukunya panjang dan hitam. Kukeluarkan senjataku, pemotong kuku. Saat kupotong kukunya kujelaskan, kalau warna hitam ini adalah kumpulan telur cacing yang akan menetas nantinya. Jika makan menggunakan tangan ini, telurnya akan ikut masuk ke dalam perut menetas di dalam dan ikut makan bersama kamu. Makanya kenapa kamu tidak tinggi, dan kurus, mungkin cacing yang makan.

Beberapa anak-anak mulai berdatangan, dan anak-anak tersebut memperlihatkan kuku tangannya. Ada sekitar 8 orang datang. Disusul dengan 2- 3 orang lagi yang menghampiri. Yang sudah selesai dipotong kukunya, pasti akan menggaet temannya yang kukunya panjang. Sabar adalah kuncinya. Untuk memotong kuku, sebanyak itu...dengan bercerita satu-satu mengenai si cacing.

Bel berbunyi, anak-anak bubar...aku pun mengajar...ketika bel istirahat dibunyikan, aku mulai menjaring lagi. Aku melakukannya setiap hari. Kegiatan potong kuku itu membuatku terkenal dikalangan anak-anak. Ketika aku melewati jalan sekolah, anak-anak yang menyapaku selalu memamerkan kuku nya yang sudah bersih kupotong. Aku tersenyum dengan mengacungkan jempolku ke mereka dan meminta mereka menjaga kuku itu supaya selalu bersih.

Hari jumat 16 September 2011, aku ingin melakukan kegiatan cuci tangan. Hand wash yang kubeli hanya 1. Harapannya anak-anak tertib menggunakannya. Tetapi membiarkan anak-anak cuci tangan sendiri, tanpa pembinaan kurasa belum. Takutnya sabunnya habis untuk bermain air. Trial and error, kali ini, setelah kegiatan potong kuku, aku memberikan anak-anak yang bersih kukunya 1 pencetan sabun cair Dettol. Anak-anak yang ingin merasakan cuci tangan pakai Dettol harus antri untuk periksa kuku. Kuku yang bersih langsung kuberi dettol (crooot), 1 cairan kental yang harum itu, asyik dimainkan anak-anak. Untuk awal aku membiarkan anak-anak menikmati itu. Pembinaan akan kulakukan setelah semua anak-anak bersih kukunya. Anak-anak yang belum bersih kukunya harus dipotong dulu sebelum cuci tangan. Anak-anak kelas rendah mulai datang untuk cuci tangan dengan dettol.

Aku bersyukur dengan hand wash yang kubeli hanya satu itu. Hari-hari kemarin yang penjaringanku hanya manual dengan memeriksa dan datang ke anak-anak satu per satu. Sekarang dengan mengeluarkan dettol saja, anak-anak datang untuk memeriksakan kukunya. Hikmah lainnya, aku yang awalnya hanya mengenal anak-anak kelas tinggi (kelas 4-6), kini mulai mengenal anak-anak kelas rendah. Maklum di sekolahku jumlah total muridnya 282 siswa sedangkan kelas yang kuampu paralel hanya separuhnya. Kegiatan ini mendekatkanku dengan anak-anak baik anak-anak yang selalu kuajar maupun anak-anak kelas rendah yang lucu-lucu itu.

Semoga nantinya, seluruh anak-anak sekolah ini tahu pentingnya menjaga kuku mereka tetap bersih dan mencuci tangan sesudah bekerja (piket) dan sebelum makan. Amiiin..


Cerita Lainnya

Lihat Semua