Potong Kepala VS Belajar Malam

Maridha Normawati 22 Oktober 2014

Potong Kepala? apalagi itu? mungkin mendengar namanya saja sudah terasa menyeramkan dan tidak familiar. Namun, hal tersebut sedang santer terdengar di telinga masyarakat Wunlah. Pekerjaan pembangunan dermaga Ferry menjadi salah satu alasan ritual potong kepala menjadi hal yang membuat masyarakat lebih waspada. Lalu pertanyaannya, Kepala siapakah yang akan dipotong? Kalau kepala hewan mungkin tidak akan membuat masyarakat menjadi was-was, tetapi yang konon katanya menjadi korban adalah kepala anak-anak hingga remaja.

Informasi dari mulut ke mulut menyatakan bahwa potong kepala biasa dilakukan oleh oknum tertentu yang dibayar oleh orang yang berkepentingan dalam membangun dermaga atau jembatan. Oknum tersebut mencari dan menyulik anak-anak atau remaja yang berjalan sendirian di malam hari untuk dipotong kepalanya. Kepala anak tersebut akan dibenamkan bersama dengan tiang yang ditancapkan di dermaga atau jembatan. Mengapa kepala yang dikurbankan? Kabar burung menyatakan bahwa korban kepala akan membuat jembatan atau dermaga menjadi kuat.

Adik piara saya yang sudah SMA pernah bercerita kalau dahulu ada tetangganya yang ketahuan disuruh menyulik anak-anak untuk dijadikan korban potong kepala. Akan tetapi, orang tersebut tidak mau menyulik anak-anak yang tinggal di sekitarnya karena masih memiliki hubungan saudara. Orang tersebut selalu melarang anak-anak agar jangan bermain malam-malam ataupun berjalan sendirian karena bisa diculik oleh teman-temannya yang lain.

Selain ritual potong kepala, anak-anak juga bercerita tentang cungkil mata. Anak-anak bercerita bahwa cungkil mata adalah ritual yang dilakukan oleh Si Gunting untuk mengambil organ penglihatan sehingga dapat diberikan pada orang tua yang matanya sudah tidak awas supaya dapat berubah menjadi normal kembali. Ada anak yang diceritakan oleh kakeknya bahwa orang yang mengaku Si Gunting sekarang tinggal di sekitar hutan dan merasa kelaparan sehingga akhirnya meminta makanan ke rumah warga. Warga akhirnya memberikan makanan dengan syarat jangan mengganggu masyarakat di Wunlah. Si Gunting adalah tukang jagal bertugas melakukan ritual potong kepala atau cungkil mata. Cerita tersebut nyatanya sudah membuat anak-anak semakin merasa ketakutan dan selalu dinasihati agar selalu waspada.

Apa yang ada dalam benak saya tentang potong kepala dan cungkil mata? Tentu saja saya merasa aneh karena belum pernah mendengar dua hal tersebut selama hidup di Bogor. Akan tetapi, saya tetap harus waspada terhadap isu-isu tersebut. Kalau dipikir dengan logika maka pasti tidak akan ada hubungannya antara pelaksanaan dan tujuan dilakukan potong kepala serta cungkil mata. Saya juga mengira mungkin isu tersebut dilakukan untuk melarang anak-anak berkeliaran malam-malam. Anehnya isu potong kepala terjadi musiman dan hampir seluruh desa di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sedang merasakan kehebohan isu tersebut.

Sebenarnya sudah menjadi kebiasaan anak-anak untuk belajar malam bersama Pengajar Muda. Biasanya anak-anak datang dan belajar dari pukul tujuh sampai sembilan malam. Namun, isu potong kepala sudah membuat sebagian besar orang tua khawatir terhadap anak-anak mereka. Mereka khawatir kalau-kalau anaknya kemudian diculik dan tidak pulang kembali karena menjadi korban potong kepala. Salah satu anak pernah merasakan ketakutan karena ketika melewati lapangan yang cukup gelap dekat sekolah dan rumah saya, anak tersebut dipanggil oleh orang yang tak dikenal untuk membelikan rokok. Anak tersebut kemudian berlari tunggang langgang hingga sendalnya terputus karena takut menjadi korban penculikan. Saat itu, anak tersebut baru pulang dari rumah saya untuk belajar malam. Besoknya kabar tersebut sudah tersiar saja di banyak telinga anak-anak yang lain.

Saya kemudian mencoba meredam kegelisahan dengan cara bertemu orang tua anak-anak dan meminta izin agar saya bisa menggunakan rumah mereka untuk tempat belajar malam. Saya dan anak-anak kemudian belajar malam dengan berganti rumah setiap harinya. Jadi, anak-anak tidak selalu datang ke rumah saya. Setelah selesai belajar, saya pun bertugas mengantar anak-anak yang lainnya untuk pulang ke rumah masing-masing sehingga orang tua tidak perlu merasa khawatir. Tujuan saya mengadakan belajar malam di rumah anak-anak yaitu selain mengurangi kekhawatiran orang tua, saya juga berharap agar orang tua mengetahui bagaimana anaknya belajar. Seringkali saya menemukan orang tua yang masih membiarkan anaknya menonton TV hingga larut malam. Tak jarang anak-anak baru tidur pukul 22.30 WIT karena jadwal sinetron yang digemari anak-anak baru dimulai pukul 21.00 WIT. Semoga program belajar malam dengan berkeliling rumah, saya bisa lebih intens berkomunikasi dengan orang tua sehingga mereka dapat mendorong anak untuk lebih semangat belajar dan mengawasi anaknya untuk tidur jam sembilan malam. Apabila anak-anak tidur lebih awal maka anak-anak bisa bangun lebih pagi dan berangkat sekolah lebih cepat.

Kepercayaan masyarakat Wunlah akan ritual potong kepala dan cungkil mata masih sangat kental. Masyarakat masih sangat percaya akan kekuatan gaib dan roh-roh nenek moyang. Mereka sangat menghormati arwah-arwah nenek moyang. Pernah ketika terjadi bulan purnama, anak-anak bercerita kalau setan-setan sedang menari-nari dan bergembira. Selain itu, masih ada kepercayaan bahwa kalau sedang terjadi gerhana bulan, maka orang-orang akan menggoyangkan pohon buah-buahan agar nantinya pohon tersebut berbuah banyak. Saat saya pertama kali tiba di Wunlah, saya pun mendatangi Tuan Tanah untuk mengikuti prosesi snobak ditemani oleh Kepala Sekolah, Mama Seram, dan Kak Amri (Pengajar Muda pengganti alm. Adit). Prosesi tersebut dilakukan oleh tetua adat dengan tujuan agar menjaga saya selama tinggal di Wunlah dari pengaruh jahat. Saya tetap menghormati tradisi tersebut dengan duduk diam sembari Tuan Tanah membacakan doa. Untungnya saya tidak perlu meminum Sopi, tetapi diganti dengan air putih setelah Tuan Tanah berdoa dan menuangkan sedikit Sopi ke lantai rumahnya. Saya yakin masih banyak ritual dan tradisi unik di Wunlah yang belum saya ketahui. Semua tradisi dan ritual tersebut semakin membuat desa penempatan tugas saya menjadi semakin menarik.


Cerita Lainnya

Lihat Semua