Lagi-lagi Jadi Guru itu Lucu (Di luar kelas)

Maman Dwi Cahyo 14 Desember 2012

Masih berkaitan dengan tulisan saya tentang Jadi Guru itu Lucu yang menceritakan sebagian kepolosan anak-anak murid saya di dalam kelas, saat ini saya akan menuliskan sedikit kisah-kisah kepolosan mereka di luar kelas. Mengapa di luar kelas? Karena mereka mengejutkan saya meskipun di luar jam belajar mengajar di kelas. Saat jalan-jalan di gunung, molo-molo di laut, bahkan saat di rumah ketika mengoreksi tugas-tugas mereka, tak habis-habisnya anak-anak hebat ini mampu membuat saya terhibur.

'Kalung' dan Tali-tali Hutan

Pada suatu siang selepas pulang sekolah, anak-anak mengajak saya jalan gunung (istilah jalan-jalan ke gunung versi Tarak). Saya tentukan bahwa tujuan petualangan jalan gunung kali ini adalah mencari tali-tali hutan untuk digunakan sebagai bahan-bahan pembuatan kerajinan tangan khas kampung Tarak. Cepat-cepat saya tambahkan tujuan kedua yaitu "mencari mangga", karena bulan-bulan ini sedang musim. Mangga hutan (mangga balas namanya) sangat banyak berjatuhan dan menggiurkan bagi mulut dan perut.

Saat tali-tali hutan sudah terkumpul, Safar, seorang anak murid saya yang duduk di kelas dua bertanya kepada saya:

Safar: "Kalung mana?"

Saya: "Kalung apa?"

Safar: "Kalung mana?", dia masih kekeuh dengan pertanyaannya.

Saya: "Kalung apa? Pak Guru tara punya kalung", jawab saya.

Beberapa saat kemudian baru saya ketahui kalau yang dimaksud si Safar adalah "Karung" untuk membawa tali-tali hutan itu. Sambil membuat si Safar berderum "brum... Brum... Ruuuuuuum", kami pun tertawa bersama di tengah-tengah hutan pala.

Molo Ciput

Saya suka berenang-renang di laut sambil skin diving alias snorkling-an. Nah, berhubung saya meleset melulu kalau panah-panah ikan. Akhirnya saya putuskan untuk melihat-lihat indahnya terumbu karang dan beraneka ragam ikan saja. Kalau melihat-lihat saja kan gregetnya kurang, akhirnya saya menambah sendiri kegiatan diri dengan mencari ciput (sebutan golongan siput dan kerang di area reef). Awalnya saya tidak bisa mengenali mana cangkang siput dan mana yang batu karang biasa. Berkali-kali saya menyelam untuk mengambil siput di dasar, namun yang saya dapat ternyata batu karang biasa. Hahaha... Hingga beberapa bulan di sini, saya bisa membedakan mana siput, mana kerang, dan mana karang. Saat itulah saya semangat tinggi mencari ciput di laut sambil menemani anak-anak panah-panah ikan. Dapat ciput sekitar 20, akhirnya kami kumpulkan, dibakar, dan dimakan bersama. Begitulah, setiap anak-anak panah-panah ikan, saya akan berenang-renang sambil molo ciput. Hingga suatu waktu anak murid saya mengajak saja molo:

Murid : "Pak Guru, pi molo sudah..."

Saya : "Kapan? Molo ciput eee..."

Murid : "Pak Guru ini kepala makan ciput!"

Saya pun bingung apa yang dia maksud dengan kepala makan ciput. Mungkin begini alurnya: mulut makan ciput --> mulut ada di kepala --> jadi, kepala makan ciput. Namun ternyata saya salah, yang mereka maksud kepala makan ciput itu sama halnya dengan "di kepala saya isinya hanya 'makan ciput' saja, tidak ada yang lain". Haha....

Ujian Akhir Semester

UAS telah tiba, satu semester saya berada di Tarak. Waktu cepat sekali berlalu. Selain dari tingkah laku dan bahasa mereka, saya juga dihibur anak-anak melalui tulisan-tulisan mereka, terutama saat saya mengoreksi hasil UAS mereka. Sama halnya dengan pengajar muda di daerah lain, saya juga menemukan beberapa hiburan dan kepolosan anak-anak hebat ini. Mari mengintip bagaimana jawaban mereka dengan soal-soal yang diberikan berikut ini:

Hari Kiamat

Soal: "Hari kiamat disebut juga sebagai hari...."

Murid_1: "Hari Libur"

Murid_2: "Hari Minggu"

Hahaa, saya pikir betul juga. Hari kiamat berarti hari libur dari aktivitas kehidupan, baik itu kiamat kecil maupun besar pasti libur dari kehidupan. Dan bagi murid yang menjawab hari Minggu, mungkin dia mendapat wangsit bahwa hari kiamat terjadi di hari Minggu.

Shalat Tarawih

Soal: "Shalat tarawih dilaksanakan pada bulan...."

Murid: "Bulan purnama"

Nah, kalau yang ini saya angkat tangan kenapa bisa bulan purnama. Mungkin saat itu pikiran murid saya sedang membayangkan tonda sontong (cumi) di saat bulan terang. Haha...

Profesi

Soal: "Sebutkan 3 macam profesi yang kamu ketahui!"

Murid: "Jakarta, Papua, Jawa"

Nah loh? Itu Profesi bukan propinsi. Dan sejak kapan Jawa jadi propinsi sendiri. Bahkan mengoreksi hasil ujian di rumah pun masih dihibur oleh tulisan mereka.

Hahahaa... Betapa bersyukurnya saya diberikan kesempatan menjadi seorang guru. Kenangan ini begitu indah, menghibur, dan selalu ada yang baru. Nikmat mana lagi yang kudustakan :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua