"Dia menangis, Pak Guru..."

Maman Dwi Cahyo 14 Juli 2012

Pagi itu aku sedang merapikan tas saat tiba-tiba terdengar suara keras perbincangan singkat antara ibu-ibu di luar rumah. "Mau ke pak guru, kasih masuk dia sekolah", kata seorang ibu. Mendengar suara itu, aku langsung ke luar kamar. 'AHA!', pikirku dalam hati.

Sudah satu minggu sekolah berjalan dan satu minggu itu pula aku merangkul kelas 1 s.d. 6 dalam 2 ruang kelas yang dimiliki SD ini. Satu minggu ini, baru tiga murid yang mendaftar ke sekolah. Perbincangan ibu-ibu yang kudengar itu membuatku semangat dan langsung ke luar kamar. Mengapa? Karena aku tahu aku akan mendapatkan murid baru yang akan menambah keceriaan dan optimisme di SD Negeri Tarak.

"Assalammualaikum", terdengar suara ibu tadi di depan pintu.

"Waalaikumsalam", kataku sambil menyambutnya. Ibu tersebut membawa anak laki-lakinya yang berumur 7 tahun dan menggandengnya ke ruang tengah untuk menemuiku.

"Halo Mama, mau daftarkan dia ke sekolah kah?", kataku sambil mempersilakan duduk.

"Iyoo Pak Guru, dia melihat anak-anak lain pi (pergi) sekolah. Dia menangis, Pak Guru...mau sekolah juga", jawab ibu tersebut.

"Iyo mama, di sekolah banyak teman tho... Bisa bermain dan belajar di sana. Hari ini langsung kasih dia masuk ke sekolah sudah!", kataku sambil mempersiapkan form data diri siswa baru.

Baharudin namanya. Pagi itu dia masuk sekolah dengan mengenakan pakaian training-nya sambil membawa sebungkus mie instan di tangan. Pagi itu pula aku tersenyum melihat mereka, murid-murid kelas satu, bermain plastisin dan membentuknya menjadi huruf 'A' dan 'I' sambil dipamerkannya kepadaku.

Ya, aku yakin

Semangat dan optimisme itu menular

Semerbak seperti senyum mereka

Setinggi cita-cita mereka

Dan sekeras teriakan mereka

Ya, aku yakin mereka bisa!


Cerita Lainnya

Lihat Semua