Belajar Macam Kalamarin
Maman Dwi Cahyo 26 Februari 2013Sudah lama saya tidak mengajar kelas 2, sudah 3 bulan lebih. Semenjak ada tambahan tenaga guru honor, saya fokus mengajar kelas 5 dan 6 serta sesekali mengajar kelas 4 dikala guru sedang ada kesibukan di kota. Nah, malam itu anak-anak kelas 5 dan 6 ada pengayaan matematika bersama kepala sekolah di ruang kelas. Saat itu lah ruangan depan rumah lumayan sepi, yang datang hanya dari kelas 1, 2, dan 3.
Ini murid kelas 2 SD Negeri Tarak.Sepulang shalat maghrib berjamaah di masjid, Ulfa diikuti Sarah, Aminudin, Ladua, dan yang lain langsung datang ke rumah sambil malu-malu mengintip saya di ruang tengah dari belakang tembok.
Ulfa :"Pak Guru, Ayo belajar macam kalamarin!"
Saya :"Kau mau belajar seperti kemarin? Mari sini!"
Saya langsung menutup laptop dan mengambil white board kecil lengkap dengan spidol dan penghapusnya. Kami lesehan di ruang depan, anak-anak kelas dua langsung membentuk setengah lingkaran berjejalan menghadap ke arah saya.
Kelas 2, kalau di Jawa, kelas 2 sudah lancar membaca, menulis, dan berhitung. Melihat keinginan dan semangat mereka untuk belajar, saya langsung fokuskan pada baca dan tulis. Mengadopsi dari TK di Batutis, saya langsung menggambar ikan di white board sambil bertanya:
Saya :"Ini hewan apa?"
Anak-anak :"Ikaaaaaaan!"
Saya :"Ikan hurufnya terdiri dari apa saja?"
Anak-anak :"Iiiii - Kaaaa - Aaaa - eNnnn" (sambil saya tuliskan huruf-huruf tersebut ke papan)
Saya :"Nah, Kalau ini apa?"
Anak-anak :"Kayuuuuu"
Saya :"Hurufnya terdiri dari apa saja?"
Setelah familiar dengan huruf-huruf tersebut, saya meminta anak-anak untuk memilih satu hewan dan menuliskan huruf-hurufnya di papan. Beberapa sudah lancar baca, namun masih banyak juga yang belum hafal alfabetnya.
Anak 1 :"k-e-l-i-c-i"
Anak-anak yang lain :"YAAA! Dia pu bacaan kelici, tambah "n" tidaa!"
Anak 1 "Ooo tambah "n" eee". k-e-l-i-c-i-n
Anak-anak yang lain :"YAAAAAAA! Bukan di situ!"
Hahaa... Yup! Belajar simpel begitu saja sudah membuat anak-anak ini bahagia dan datang lagi keesokan harinya. Sesekali saya bacakan mereka dongeng-dongeng bergambar dari majalah anak sambil mengetahui sejauh mana kemampuan mereka memahami cerita dan menjawab pertanyaan yang saya ajukan dari isi cerita tersebut.
Semangat belajar anak-anakku ini tinggi, pelan-pelan... Aku yakin, mereka bisa menjadi teladan bagi adik-adiknya kelak. Saat siang hari, kuamati mereka mengambil kembali majalah-majalah bekas itu dan melihat-lihat lagi dongeng bergambar yang kuceritakan tadi malam. Ada juga yang mengeluarkan tenaga ekstra untuk membacanya sambil terbata-bata. Entah mengapa, semua hal itu membuatku terharu sekaligus bangga.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda