#1 Aktivasi Ulang Keramba SD Negeri Tarak

Maman Dwi Cahyo 15 Oktober 2012

Seperti yang diinisiasi oleh Pengajar Muda sebelumnya, di semester baru ini aku juga membuat Keramba SD Negeri Tarak. Apa itu Keramba yang dimaksud? Keramba ini bukan seperti keramba punya nelayan. Keramba ini hanya terbuat dari kertas karton besar, namun sistemnya sama dengan keramba nelayan. Para nelayan mengumpulkan dan menjual ikan atau lobster hasil tangkapan mereka ke Keramba.

Sama halnya dengan Keramba di kelas, semua murid berkesempatan sama untuk mengumpulkan ikan hasil prestasinya di karton tersebut. Siapa pun yang menunjukkan suatu prestasi, baik akademis, kesenian, keterampilan, atau bahkan yang berani tampil dikala yang lain masih malu-malu pun akan diapresiasi dengan ikan (makhluk laut lain) sebagai koleksi kerambanya. Di akhir semester, mereka dapat menukarkan koleksi makhluk laut mereka dengan alat tulis sekolah sebagai bentuk capaian prestasi selama satu semester.

Yap, ini sangat memacu antusiasme mereka. Sebelum pulang, aku memberikan sebuah tebakan untuk memicu rasa penasaran mereka. "Nah, kalian sudah tahu tentang negara-negara tetangga dan ASEAN. Sekarang, apa nama sungai pentign yang ada di Thailand?"

Sebuah pertanyaan ringan yang kukira sudah banyak yang tahu, namun ternyata mereka belum pernah mendengar/membaca tentang sungai ini. Mereka lari ke peta Indonesia, belum ketemu, pindah ke peta dunia dan globe, belumn n ketemu juga. "Bagaimana? Ada yang tahu? Kalau begitu buat PR, siapa yang tahu lebih dahulu, langsung lapor ke Pak Guru supaya dapat ikan satu". 12.30 WIT, anak-anak kelas V dan VI pun mengucapkan salam dan pulang ke rumah masing-masing.

Sementara di sekolah, aku masih ditemani oleh kelas III dan IV yang memang kusuruh masuk siang setelah kelas I dan II agar penyampaian pelajaran efektif. Di tengah-tengah pengajaran siang hari itu, beberapa anak kelas V dan VI datang kembali ke kelas untuk mengamati ulang peta dunia dan globe di ruang kelas sebelah. Berkali-kali mereka melongokkan kepala di pintu dan meneriakkan jawaban (tebakan) mereka tentang sungai di Thailand ini. "Pak Guru, Pnom Phen bukan?", "Pak Guru, Bangkok bukan?", "Pak Guru, Hanoi?". Dan aku terus menggeleng sambil mengoreksi hasil kerja kelas III dan IV.

"Nama Sungaaai. Kalau di peta dan globe itu tidak ada, coba cari di rak perpus dadakan, di atlas atau di buku IPS kelas VI, pasti ada", kataku pada mereka. Namun, mereka tidak menghiraukan dan terus menerus mondar-mandir mencari di peta dunia yang tertempel di papan tulis. Haha... Tidak kusangka sampai sebegitunya semangat mereka untuk mencari.

14.30 WIT, aku dan semua murid kelas III dan IV pun pulang, begitu pula dengan beberapa anak kelas V dan VI yang mondar-mandir tadi. Anehnya, ada anak kelas II yang ikut-ikutan mencari, meskipun dia sendiri tidak tahu apa sebenarnya yang dicari-cari. Hahaa... Hanya untuk senang-senang saja.

Sekitar 6 orang dari kelas V dan VI tadi masih mengikutiku. Sesampainya di rumah, mereka langsung menuju rak perpustakaan dadakan dan mengambil atlas... Satu atlas itu dikerbunginya. Kubiarkan mereka mencari dan aku berganti pakaian. Setelah keluar kamar, berbagai tebakan jawaban pun mereka sampaikan. Akhirnya aku juga penasaran, sebenarnya mereka mencari di bagian mana. Kuambil atlas itu dan kulihat di dalamnya, oh ternyata tidak tercantum juga nama sungai tersebut.

"Oh, ternyata di Atlas ini tidak tercantum nama sungainya, berarti alternatif terakhir adalah cari di buku IPS kelas VI", kataku. Mereka pun beralih ke rak dan mencari-cari buku IPS kemudian membaca-bacanya. 'WOW! Sekali lagi aku terkejut, mantab sekali, mereka membaca dengan mudahnya tanpa paksaan dan berdasarkan rasa penasaran masing-masing', pikirku - sambil tertawa dalam hati - :D

Saharudin, seorang murid kelas V, menunjukkan tulisan di buku dan bilang, "Sungai ini bukan, Pak Guru? Cha-Ca-o- Pha-phra-ya", dibacanya tulisan itu sambil terbata-bata karena huruf-hurufnya asing. "YAK BETUL! MANTAB!!! Siapa yang nemu duluan?", kataku. "Saya Pak Guru", Sahut Erna yang juga murid kelas V. "Iya Pak Guru, Erna yang nemu kemuka, sama Saya. Kan baca bareng", timpa Saharudin. Akhirnya masing-masing dari mereka mendapatkan satu ikan untuk koleksi kerambanya. Usaha yang sangat keras dan rasa ingin tahu yang besar. Salut untuk mereka, anak-anak hebat Tarak. Man Jadda Wa Jada.


Cerita Lainnya

Lihat Semua