Ulang Tahun, Jepa, dan Kembang Api
Luluk Aulianisa 22 Januari 2012
Ulang tahun adalah momen dimana jatah hidup umur seseorang berkurang, bukan malah bertambah dan hal tersebut sepatutnya dijadikan sebagai refleksi mengenai apa saja yang telah dan yang masih menunggu untuk dicapai. Bagi sebagian orang, ulang tahun bisa dirayakan dengan mewah namun ada juga yang menganggap perayaan ulang tahun ternyata tidak terlalu berarti dan dilewatkan begitu saja. Namun, umur 22 tahun ini sepertinya akan menjadi yang paling berkesan karena kulewatkan dengan orang-orang yang tadinya tidak kukenal sama sekali dan sekarang berbalik menjadi orang-orang yang sangat dekat denganku, seperti keluarga sendiri, yaitu warga Desa Limboro.
Hari Minggu pagi di tanggal 15 Januari 2012, hujan mengguyur desa dan menjadikan cuaca semakin dingin. Sudah dari semalam, anak-anak tidur di rumahku dan kulihat pagi ini jam 06.00 mereka sudah menghilang. Ketika kutanya pada Ibu, beliau berkata bahwa anak-anak sedang mencari jagung di kebun untuk acara ulang tahunku. Aku sempat terheran-heran mengapa tidak menunggu hujan reda saja. Kulihat di dapur, Ibu sedang memarut ubi kayu untuk membuat adonan Jepa. Aku menyebutnya sebagai pengganti nasi karena biasanya Jepa dihidangkan dengan memakai lauk seperti ikan. Aku pun membantu ibu dan beliau pun kembali membuat hidangan lain yaitu sokol. Sokol berbahan dasar dari ubi kayu juga, ditambah kelapa parut dan kacang hijau lalu dibentuk bulat dan dikukus. Sokol dan Jepa adalah contoh dari makanan khas Mandar.
Jam menunjukkan pukul 12.00. Sudah banyak orang yang datang ke rumah, padahal acara direncanakan mulai jam 15.00. Anak-anak juga ikut membantu masak dan membersihkan rumah. Setelah persiapan hampir selesai, anak-anak mengajakku untuk mandi di sungai, suatu kesenangan yang berarti untuk mereka.
Hari pun beranjak sore, rumah semakin ramai dan acara makan-makan pun berlangsung. Hidangan Jepa, Ikan Tapilalang, Sokol, dan jagung rebus telah disuguhkan. Anak-anak dan orang tua membawa kado dan memberikan selamat ulang tahun padaku. Setelah itu kami menyanyi-nyanyi, main qasidah dan berfoto sampai matahari terbenam.
Selepas shalat magrib, acara yang ditunggu-tunggu pun tiba yaitu pesta kembang api. Di depan rumah, terdapat lapangan sepak bola yang luas. Kembang api pun dinyalakan dan anak-anak serempak berteriak. Mereka berkata bahwa selama ini hanya melihat kembang api di televisi, belum pernah melihat langsung. Tidak heran mereka sangat bersemangat dan bersuka cita.
Setelah kembang api habis, anak-anak yang lucu itu kembali membuat kejutan untukku. Mereka membuat lingkaran dan berputar mengelilingiku sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Begitu terus sampai lagunya habis dan sesudahnya mereka memelukku sambil berkata, ‘SELAMAT ULANG TAHUN KAK LULU’
Malam itu kurasa sangat terang dan hangat. Bintang gemintang menghiasi angkasa dan percikan kembang api bagai menyebar ke segala arah. Malam itu kututup hari dengan keceriaan dan gelak tawa orang-orang di sekitarku. Aku tahu bahwa waktu akan berjalan dengan cepat. Aku pun sadar bahwa semakin hari aku akan semakin jatuh cinta pada mereka.
I’m 22 for a moment. There’s never a wish better than this. When you only get a hundred years to live (Five For Fighting-100 Years)
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda