Bumi Ti’ilangga Pagar Selatan Nusantara

lucky irawan 22 Agustus 2012

Tepat 29 hari penulis (Pengajar Muda/PM) berada di Desa penempatan serasa waktu berjalan cepat mungkin karena padatnya aktivitas yang harus dijalani. Penulis lupa belum membuat coretan-coretan yang notabennya penting untuk di dokumentasikan sebagai salah satu bagian sejarah perjalanan hidup. Baiklah nampaknya harus ditulis tentang ke-29 hari di Bumi Ti’ilangga Rote Ndao, tulisan pertama ini akan mengangkat tema tentang satu pulau paling selatan Indonesia (Nusantara) sebagai pagar perbatasan ditinjau dari berbagai prespektif (SUBJEKTIF).

Sebelum  dimulai mencorat-coret, sidikit bocoran gaya bahasa yang digunakan agak menyampah biar terkesan enak dan tidak bosan dibaca,

“kata orang Jakarta => suka-suka GUA / tulisan-tulisan Guee lu mau apa??”.

Disini penulis menekankan bahwa tulisan ini adalah murni SUBJEKTIF AKU. So, semua itu relatif. Harapannya pembaca memakluminya, bukan mencari sensasi tapi penulis lebih suka sesuatu yang abstrak, di luar nalar, think out of the box, lepas dari pakem, keluar rel, dan terancam punah.

Teringat kata-kata Pak HH (Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar) dulu waktu training,

Seorang pemimpin adalah punya kapasitas dan mampu menjaga keotentikannya”.

Kira-kira seperti itu, penulis sendiri lupa harap maklum lama dan jauh dari center of information.

Oya lupa kalau nanti antara judul dan isi tidak nyambung alias jauh dari relevansi yah...harap maklum yah broooooo, Let’s play a game bro...

Oya sekedar informasi di mukadimah, penulis ditempatkan di Bumi Ti’ilangga, Desa Mukekuku, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, NTT. PM tinggal di Dusun Oeulu (Oe itu adalah air, dan Ulu itu Hulu) salah satu dari sembilan dusun di desa ini, dan mendapat tugas di SD GMIT (Gereja Masehi Injil di Timor) Oeulu, sekolah swasta di bawah Yayasan GMIT.

Rute menuju ke sini dari Kupang dapat naik Kapal cepat selama 2 jam turun di Ba’a (Kota Kabupaten) dan naik ojek sejauh ± 60 km, atau naik Ferry lambat (ASDP) selama 4 jam turun di Pelabuhan Pantai Baru, kemudian naik ojek ± 25 km. Saat ini PM adalah angkatan ke-IV, dimana disini sebagai tahun ke-2 menggantikan Pengajar Muda angkatan ke-II, yaitu rekan Khaerul Umur yang telah selesai melaksanakan tugasnya selama satu tahun penempatan terhitung tanggal 30 Juni 2012, dan beliau sudah kembali ke kehidupannya untuk kembali melanjutkan hidup dan mengejar mimpinya yang lain.

Rote Ndao dilihat dari ;

Geografis

Pulau paling selatan Indonesia terletak dikoordinat 1230 - 1230 BT dan 100 - 110 LS, menyebrang sedikit,  

jare wong jowo sak plintengan buto

ke tenggara sampai kita di negara tetangga “Darwin” Australia, namun terhampar samudra Hindia. Rote Ndao terdiri dari pulau Rote (terbesar) dan gugusan Pulau Ndao di sebalah barat daya pulau Rote. Secara umum Rote Ndao adalah kawasan pesisir dengan  dikeliling samudra Hindia dan identik cuaca harian yang kering panas dan berdebu.

Kawasan perbukitan perkiraan ketinggian kurang dari 1000 meter,

bisa dilihat warna dataran tinggi Rote Ndao di peta”.

Struktur tanah berupa batuan karst atau kapur yang identik dengan sumber air langka dibeberapa tiitk. Dengan kondisi alam yang relatif cukup panas ada sedikit aneh dengan mata pencaharian penduduk adalah pertanian dengan komoditinya adalah padi (sawah tadah hujan 1x panen setahun), namun cukup luas lahan persawahan, palawija, bawang, sawi, kelapa, dan gulai air dari pohon lontar. Sebagian warga juga bekerja sebagai nelayan di wilayah pantai walau tidak di semua pantai.

Keindahan alam Rote Ndao sangat kompetitif untuk bersaing dengan labuan bajo, raja ampat, bunaken, atau bangka belitung, Pantai Rote masih lebih eksotis dibandingkan pantai Kuta di Bali,

penulis lihat di TV kondisi pantai Kuta”.

Dengan hamparan samudra membiru ombak yang menakjubkan untuk surfing, dan pantai yang ramah untuk snorkling. Dengan hamparan sabana luas membungkus eksotisme alam Rote Ndao, dan disini seperti jurasic park, sapi, kambing, babi berkeliaran bebas tanpa kandangnya.

“wow....this a really amazing place, I think it’s not far from heaven hahahahaha (lebay)”.

Infrastruktur jalan dari Ba’a kota kabupaten hingga Rote Timur secara umum 80% baik aspal hotmix walau ada yang cacat wajarlah. Jaringan intalasi listrik sudah ada dengan penghasil listrik menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), namun terkadang siang hari padam, hanya terkendala sinyal seluler tidak ada, dapat dikatakan begitu walau ada spot-spot tertentu dapat mendapatkan sinyal telkomsel saja, yaitu dipinggir pantai dan hanya 1 spot saja. Terbaru adalah pembangun infrastruktur jalan raya di desa sejauh 1 km dengan angggran 2 milyar lebih dan mengkagetkan adalah kontraktornya Waskita.

Hahahaha sampai juga ini BUMN disini”.

Sosiologis

Orang Rote merupakan suku rote yang terdiri dari berbagai macam NUSAK, (sejenis kerjaan kiranya), orang rote secara gesture memiliki kulit sawo matang coklat kehitaman sensual. Dari sudut pandang karakter keras but open mind, toleran dan berjiwa pancasila, dimana nasionalisme teraplikasi dengan baik, sangat smiling dimana welcome terhadap pendatang apalagi seorang Pengajar Muda, mereka begitu interest dan antusiasme terhadap pembaharuan akan kemajuan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan perlahan tapi pasti menuju trend positif.

Secara umum masyarakat Rote Timur memiliki karakter sama yaitu, keras dan penuh ambisi serta terbiasa dengan kompetisi. Namun nilai gotong royong masih kental dan sangat terasa dimana ada kebiasaan untuk membantu sesama anggota keluarga dari fam’s yang sama, biasa disebut dengan Tu’u,

suatu perkumpulan keluarga dimana ketika ada satu keluarga yang akan mengadakan pesta khususnya pernikahan semua keluarga diwajibkan untuk membantu (menyumbang) apa yang bisa disumbangkan, dan biasanya ada batasan wajar yang harus dikasih entah itu ternak (babi, sapi, atau kambing) bisa juga berupa uang tunai atau barang berharga lainnya”.

Dan biasanya secara tidak tersirat keluarga yang menyubang akan dicatat dan dibukukan dimana ketika si penyumbang ini, kelak akan melaksanakan pesta yang sama si yang disumbang punya kewajiban untuk membalas dengan nilai yang sama.

“(jikalau penjelasan ini ada yang keliru mohon dikoreksi: pembaca)”.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa rote khas, contoh;

sonde itu tidak, sudah = disingkat su, pergi jadi *pe kemana ko?* ”,

dan lebih ekstrim bagi telinga orang Jawa ketika anak siswa panggil penulis,

Pak ucky BAJINGAN”,

ketika aku bermain pingpong, melatih sepakbola, dan volley, spontan aku kaget,

what the hell this boy!!”.

Ternyata Bajingan dalam arti Rote adalah keren,

hahaha mungkin karena si bajingan adalah sosok yang cool, like’s a man, gentelah jadi prespektif mereka keren”.

Kehidupan

Kehidupan masyarakat khususnya Rote timur secara umum sama seperti kehidupan di desa lainnya di Jawa, dimana mata pencaharian penduduk sebagaian besar adalah petani, ada sebagian kecil nelayan dan sisanya profesi lainya. Pertanian disini cukup beragam, dimana komonditi utamanya adalah tuak (gula air) dari pohon lontar dan kelapa, selain itu ada juga bawang merah, sayur sawi, kangkung, tomat, dan padi (tadah hujan).

Desa Mukekuku adalah wilayah pantai/pesisir dimana kondisi panas kering di siang hari tapi malam hari cukup dingin karena adanya angin laut yang bertiup kencang. Selain aktivitas itu masyarakt Rote sangat senang apabila dikunjungi apalagi oleh pendatang yang notabennya Pengajar Muda sebagai orang yang datang untuk pendidikan, mereka akan sebisa mungkin menjamu tamu dengan sebaik-baiknya. Dapat dikatakan sesuatu yang tidak ada mereka adakan hanya untuk menjamu tamu tersebut. Kemudian apabila disuruh makan maka si tamu seyogyanya makan, agar si empunya rumah merasa dihargai apa yang disajikan, dan lebih terpenting adalah pasti di suruh menambah lagi porsi makanya. Info porsi orang Rote dapat dikatakan 2x porsi makan orang Jawa khususnya penulis, yah mungkin wajar karena aktivitas mereka cukup keras dan berat dengan bertani, memanggul kayu bakar, naik turun pohon lontar dan kelapa yang tingginya lebih dari 8 meter.

Conclusionnya masyarkat Rote sangat welcome to new comer’s dan akan melayani dengan kelas terbaik, bahkan apabila si tamu Pengajar Muda khususnya mau tinggal, maka si empunya akan dengan rela memberikan rumah atau kamar terbaiknya walau mereka tinggal di rumah atau kamar yang jelek.

Orang-orang Rote gemar mengunyah buah sirih dicampur dengan kapur dengan tujuan menjaga kualitas gigi dan seabagai kebiasaan sehari-hari.

Agama dan Budaya

Agama masyarakat Rote hampir 90% lebih adalah Kristen Protestan ada sebagian kecil Khatolik, aliran Advent, dan lainnya. Desa penempatan Pengajar Muda 99,99% Kristen Protestan kecuali penulis Lucky Irawan (Pengajar Muda) muslim. Namun toleransi beragama sangat baik hal itu dibuktikan setiap ada undangan pesta yang mengharuskan penulis datang maka paginya Pengajar Muda di minta menyembelih hewan kecuali babi, dan penulis telah menyembelih 1 ekor sapi, 2 ekor kambing, dan 20 ekor ayam the next generation Penjagal Muda.

Selain itu ketika Pengajar Muda akan melaksanakan ibadah sholat wajib dan jum’at mereka akan dengan senang hati mengizinkan. Informasi di Rote timur ada satu perkampungan muslim, letaknya di Papela kota kecamatan dan ada 3 masjid jaraknya sekitar ± 16 km dari Desa Mukekuku. Kebanyakan muslim adalah pendatang dari Bugis, Jawa, dan lainya.

Budaya masyarakat Rote selain Tu’u yang sudah dijelaskan di atas, yaitu pesta pora, baik itu pernikahan, kelahiran, bahkan kematianpun  dipestakan. Hal ini yang sungguh mengkagetkan dimana pesta pernikahan biasa berlangsung 2 hari 2 malam non-stop dengan tarian Ja’i (khas Rote) menggunakan ti’ilangga (topi Rote terbuat dari daun lontar seperti topi koboi dengan tanduk menjulang keatas didepan) dan selendang rote mereka menari dengan musik Ja’i kalo di Jawa mungkin Gending tapi dengan ritme Bit yang tinggi. Dan kebiasaan lainya adalah minum Sofi (minum keras fragmentasi tuak) rasanya begitu keras dimana kadar alkholnya mungkin lebih dari 40%. Orang Rote gemar minum sofi ramai-ramai,

mungkin sa sloki muter, angkat sekali lagi gelasmu kawan”.

Alat musik tradisional khas Rote dan biasa menjadi cinderamata SASANDO, seperti kecapi terbuat dari lontar untuk cassingnya.

Dana pesta yang begitu besar membuat Bupati Rote sekarang bapak Leonard Haning mencetuskan program Revitalisasi budaya, dimana mengalihkan Tu’u untuk pendidikan, maksudnya budaya Tu’u untuk pesta tetap ada, namun nilai sumbangannya dikurangi, misal biasanya memotong 20 ekor kambing atau babi di kurang jadi 10 ekor saja. Dan selain itu mengintruksikan warga untuk membudayakan Tu’u untuk keberlanjutan pendidikan anak-anak mereka. Sejauh ini sekitar 3 tahun lebih berjalan cukup signifikan, karena masyarakat Rote cenderung mengikuti perintah pemimpin.

Pendidikan

Actually this topic apabila dibicarakan sangat panjang dimana banyak sekali temuan-temuan selama Pengajar Muda berada disini yang membuat suprise, tapi akan ditulis di kesempatan lainya saja karena butuh topic tersendiri. Intinya deskripsi umum, di kecamatan Rote timur terdapat 21 sekolah dasar, 4 SMP, dan 1 SMA.

Mungkin saat ini dari segi kuantitas cukup representatif walau belum ideal, untuk level elementary school mungkin mencukupi, tapi masuk ke junior high school permasalahan timbul karena lokasi geografis antar kampung yang berjauhan diperparah dengan tidak adanya angkutan umum. Banyak anak-anak sekolah yang harus berjalan lebih dari 10 km untuk ke sekolah. Level senior high school hanya ada 1 dan terletak di kota kecamatan biasa dibayangkan desa yang jauh dari lokasi itu tempat PM saja 16 km tidak ada angkutan umum, hanya ada motor dan tidak semua penduduk punya motor,

bensin rata-rata dijual Rp. 7.000 – 8.000,-“.

SD GMIT Oeulu tempat dimana PM ditugaskan termasuk sekolah swasta, namun sekarang manajerial dibawah Cabang Dinas Rote Timur. Termasuk SD terpencil, tertinggal, dan terluar, namun dari segi fasilitas first class dapat dikatakan begitu, karena cukup banyak mendapatkan bantuan fisik. Memiliki 3 gedung dengan jumlah ruang 6 kelas, 1 perpustakaan baru, 3 toilet, dan 1 kantor guru. Memiliki banyak sekali buku-buku bagus-bagus paket pelajaran, variasi ensiklopedia, buku agama, 6 buah gitar baru, 2 buah meja tennis baru dan perlengkapannya, tool kit IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Tata surya, 2 buah paket seperangkat tool kit sport, bola volly, sepak, badminton nett, 3 buah komputer desktop, 2 buah laptop think pad L430, 3 buah timbangan berat badan, dan masih banyak lainya. Namun permasalahannya adalah aset tersebut belum terinventarisasi dan tidak digunakan sama sekali. Jumlah guru kelas 5 + 1 Pengajar Muda, Kepala Sekolah 1, Tata Usaha 1 orang merangkap guru agama, dan tidak ada guru mata pelajaran lainnya.

Pemetaan awal adalah kurangnya motivasi guru dan stakeholder dalam memajukan pendidikan di wilayahnya. Untuk guru dibuktikan dengan kehadiran yang memprihatinkan rata-rata jam 8.00 baru datang, dan jam 11.00 pulang kadang tidak masuk. Walau seharusnya Kegiatan Belajar Mengajar dimulai jam 7.00-12.10 WITA.

Kebinggungan guru dalam memberikan materi mungkin mereka tidak membaca silabus dan SK-KD hingga mereka kadang tidak tahu apa yang harus diajar. Pendidikan yang keras dimana kekerasan verbal adalah hal yang wajar sebagai pendidikan berkarakter Rote,

maksudnya kata-kata kebun bintang hal yang lumrah”.

Metode pengajaran yang monoton dan konvensional tanpa RPP dsb. Pengawasan stakeholder Cab. Dinas yang tidak rutin dan maksimal. Pointnya adalah kebijakan secara fisik dan fasilitas baik untuk wilayah terpencil seperti ini, namun pemberdayaan stakeholder sangat minim, sehingga kurangnya upgrade pengetahuan dan wawasan baru, melek komputerpun hanya sebatas word dan excel sudah alhamdulilah sekali.

Kesehatan

Ditinjau dari kesehatan masyarakat secara umum banyak terkena penyakit kulit, hal ini wajar karena kondisi lingkungan yang berdebu dan kering, namun diperparah kurangnya kesadaran masyarakat khususnya anak-anak untuk mencuci kaki, tangan, bahkan mandipun tidak 2 kali sehari. Sanitasi yang jelek dimana membuang sampah sembarangan, membuang limbah rumah tangga selain MCK sembarangan. Walau untuk MCK sudah banyak yang memiliki septank.

Selain itu endemi malaria juga menghantui walau jarang tapi potensi penyakit ini cukup besar melanda masyarakat. Sebenarnya program Pamsimas, PNPM dan lainya cukup deras mengalir di wilayah sini namun sebagian besar adalah pembanguna fisik, dan lagi-lagi masalah klasik yang sama dengan dunia pendidikan.

Secarik tinta penutup segudang masalah akan terselesaikan apabila dihadapi dan hal itu butuh proses, dan proses itu butuh waktu. Perubahan entitas prilaku mungkin sangat sulit terjadi karena harus mengubah kebiasaan yang sudah tertanam. Namun kata mungkin berarti masih ada harapan untuk bisa berubah, dari pada menunggu badai reda lebih baik menikmati hujan badai ini dengan tarian inspiratif. Sehitam apapun masalalu, masa depan kita, Rote Ndao dan Indonesia masih suci.

Lucky Irawan

Pengajar Muda angkatan IV

Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar

SD GMIT Oeulu, Rote Timur, Rote Ndao, NTT

 

Dipublikasikan, di Kupang, Rabu, 22 Agustus 2012


Cerita Lainnya

Lihat Semua