Desa Terpencil Tanda Tanya (?)
Lana Alfiyana 6 Juli 2013Hai!! Saya Lana dan masih akan di Bima hahaha... Euforia pesona Bima masih belum hilang, meskipun sudah hampir 4 hari di Kota Bima. Ya, kami masih di KOTA hehehe. Setelah 4 hari di kota, saya dan 8 orang tim Bima akan bertolak menuju desa masing-masing.
Pagi ini langit Bima menangis mengiringi perjalanan kami menuju desa. kenapa harus ke desa sih? Lah namanya juga menjadi guru di tempat terpencil, kalau masih di sekitaran kota ya bukan terpencil, hehehe. Desa terpencil dengan segala keterbatasannya yang katanya tidak ada listrik, tidak ada sinyal, cari air susah, mau beli apa-apa juga susah. Eh? Tunggu...keterbatasan? sepertinya keterbatasan akan memancarkan aura yang hmm...tidak terlalu bagus, oke! akan saya ganti keterbatasan dengan potensi. Saya ulangi, setelah 4 hari di kota Bima, kami bersembilan akan menuju ke desa masing-masing. Desa dengan segala potensinya yang ada. Ada apa disana? Ya... kami belum tau, nanti setelah sampai disana akan saya ceritakan lagi.
Perjalanan kami menuju Kecamatan Tambora akan memakan waktu yang cukup lama,sekitar lima sampai tujuh jam perjalanan darat, yaa karena katanya sudah tidak ada lagi jalur laut apalagi jalur udara hahaha -_-". Dalam perjalanan ini kami mendapatkan berbagaimacam KEJUTAN. Benar adanya dari awal kami memang harus mengelola ekspektasi kami tentang desa yang akan kami tuju, termasuk perjalanan dan jalanannya. Ya namanya juga desa terpencil.. (duh dari tadi desa terpencil mulu deh -_- ). Sungguh sebelumnya saya tidak pernah melihat bentang alam selengkap ini tersaji di depan mata. Ah saya pun harus mencari di kamus untuk menemukan kosakata yang tepat untuk menggambarkan keindahan alam ini, sepertinya KEREN saja tidak cukup untuk Pegunungan yang menjulang di sejauh mata memandang bertemu dengan birunya langit yang mulai cerah dan kilauan cahaya matahari yang terpantul dari permukaan laut semuanya ada. Paket lengkap. Mungkin saat itu pendahulu kami kakak-kakak PM IV terkekeh melihat kami yang terkagum-kagum dengan apa yang barusan kami lihat, katanya sih ini masih belum seberapa, di desa kami "bonus"nya akan bertambah, ahahahay... senangnya...terima kasih Ya Allah sambutan selamat datang dari alam Bima ini luar biasa, terima kasih telah diberikan kesempatan mengenal kebesaranMu lewat alam Bima, sungguh ini luar biasa Ya Allah.
Masih ada separuh perjalanan menuju desa kami, masih ditemani pemandangan yang menakjubkan dan dapat satu kejutan lagi. Perjalanan kami mulai tidak nyaman. Hah?!? apaan sih belum juga sampai desa udah bilang ga nyaman. Ya.. harus jujur kan yaa.. posisi duduk kami mulai terusik. lamanya perjalanan menjadi semakin menantang dengan medan yang tak lagi nyaman untuk dilalui oleh mobil yang kami tumpangi, jalanan beraspal sudah jauh meninggalkan kami, jalanan kini berubah menjadi campuran tanah, kerikil, pasir, dan batu. Oke, tak masalah masih rata. Hyaak masih rata tapi itu tak bertahan lama...hahaha di tengah pejalanan kami menemukan jalan yang putus, Ya jalanan terputus, tanahnya ambles dan kami hanya terbengong-bengong. Ini emang bisa dilewatin? Y a jelas nggak bisa, akhirnya mobil kami mencari jalan dengan masuk ke hutan kecil, dan disana memang ada jalan alternatif, hmmm jangan dikira jalan alternatifnya datar, mulus dan rata yaa yang penting bisa dilewatin deh... hahaha kami di dalam mobil sampai terloncat-loncat dari tempat duduk. Pernahkah kalian naik jet coaster atau semacam itu laaah.. tapi dengan lintasan berbatu, berliku, dan berpasir?boleh deh dibayangkan hahaha. Bisa dibayangkan betapa adrenalin kami dipacu disini, fyuuh.. mendapat jalanan yang datar, oke... datar saja ga perlu rata itu saja sudah melegakan bagi kami .sepanjang perjalanan mata kami masih terkagum-kagum tapi nafas kami tertahan dan mulut ini juga menahan untuk tidak berteriak "Wooooo" "Hyaaaa" , "Huwaaaa" dan lain sebagainya secara berebihan. Fufufufu tunggu dulu kejutan tidak sampai di situ saja, lalalala masih ada kejutan lagi ketika jalanan yang kami lewati tertutup oleh aliran sungai. Mana jembatannya?? Nggak ada. Trus lewatnya gimana? Trabas aja. Huwaaaaaww!! Mobil kami menembus aliran sungai, cipratan air sungai yang membasahi kaca mobil kami solah-olah menyiram ke tubuh kami juga. Kata sopirnya nanti masih ada sungai yang lebih besar lagi.Hah?? ada jembatannya? Nggak ada juga. Hummpf oke ini menegangkan sekaligus mengasikan.
Sungai selanjutnya yang kami lewati adalah Oi Marai dalam bahasa Bima berarti Air Berlari, alirannya cukup deras, dan desa ini, di dekat sungai salah satu teman saya akan menjadi guru selama setahun di SD yang bernama sama dengan nama sungainya SDN Oi Marai. Meskipun tidak ada jembatan mobil yang kami tumpangi tetap saja bisa menembus derasnya sungai ini, hmm cukup bahaya, menegangkan, tapi juga seru. Di tepi sungai ini kami beristirahat,sambil bermain-main menikmati beningnya air dan derasnya aliran sungai membasahi tubuh. Sungguh ini nikmat yang luar biasa, ketegangan selama perjalanan tadi terhapus oleh segarnya air di Oi Marai. Di desa ini tidak ada sinyal, yaaa.. akhirnya seperti yang orang-orang bilang jadi PM di desa terpencil itu ga ada sinyal, dan ga ada listrik. Eh salah, desa ini pernah ada listrik dari PLTA yang ada di sungai Oi Marai, tapi sayangnya kincir airnya sedang rusak, jadilah desa ini kembali tak berlistrik lagi. Tapi itu bukan keterbatasan kan? desa ini tetap punya potensi ^______^.
Perjalanan ke desaku tinggal beberapan jam saja, mungkin akan aku ceritakan di lain waktu. aku yakin, desaku juga pasti punya potensi. Ya aku yakin!!
Bima-Tambora, 18 Juni 2013
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda