Social Support from Mountain

Laila Tri Nurachma 21 September 2014

Go tiga go, fight tiga fight, win tiga win, go fight win!

Teriakan-teriakan go, fight, win, membahana di lapangan Desa Kepuh Teluk. Ini sedang musimnya pertandingan dalam rangka memperingatih hari besar negara, yaitu KEMERDEKAAN. Secara rutin, UPTD Pendidikan Kecamatan Tambak mengadakan pertandingan olah raga antar tingkat satuan pendidikan, mulai dari SD/sederajat hingga SMA/sederajat.

Dari mana teriakan tersebut berasal?

Tak seperti sekolah lain, anak-anak dari sekolah dengan seragam hitam-merah itu membawa beberapa karton dan berjejer di pinggir lapangan meneriaki teman-temannya yang sedang bertanding dengan kata-kata semangat “Go, Fight, Win”. Ya, itu lah anak-anakku, mereka berasal dari SDN 3 Kepuh Teluk.

Seminggu sebelum pertandingan aku mengajak anak-anak perempuan untuk membuat poster semangat yang akan digunakan selama pertandingan. Selagi anak-anak membuat poster, anak laki-laki berlatih lari dan sepak bola bersama Pak Jamsuri. Selesai membuat poster, aku, Bu Helga, dan Bu Wiwik menyeleksi anak-anak perempuan yang akan ikut bertanding atletik lari. Beberapa hari berikutnya pembelajaran tidak efektif karena setelah istirahat digunakan untuk latihan lomba. Ada anak-anak yang cepat-cepatan lari, berlatih memukul bola voli, atau menendang bola takraw. Begitulah keriuahan yang terjadi di Dusun Tanah Rata menjelang perlombaan.

Hari pertandingan pun tiba. Tak biasanya anak-anak mampir ke rumahku sebelum berangkat sekolah. Pukul 07.00 kurang beberapa anak sudah ada di depan rumah untuk menjemputku, padahal aku saja baru selesai sarapan. Ternyata, anak-anak sangat antusias menghadapi pertandingan ini. Dengan kaos timnya yang baru, bola baru, dan semangat baru, kami semua turun gunung bersama-sama menggunakan colt (istilah untuk mobil di Bawean). Di lapangan Desa Kepuh sudah hadir ratusan anak dari berbagai sekolah dasar di daerah Timur Kecamatan Tambak.

Pertandingan pertama adalah voli putri. Sekolah kami tentu saja kalah melawan sekolah lain yang sudah berlatih berbulan-bulan sebelumnya. Maklum, di sekolah kami yang jago voli ternyata hanya Ibu Kepala Sekolah yang baru saja menjabat awal semester ini. Praktis latihan pun baru diadakan setelah surat edaran perlombaan sampai di kantor sekolah. Pertandingan berikutnya adalah voli putra. Lagi-lagi kalah. Nampaknya, anak-anakku kurang mahir dalam voli. Tapi, tak sama dengan sepak bola dan takraw. Setelah persaingan sengit dengan SD/MI lain akhirnya tim putra bisa masuk ke semi final sepak bola dan final takraw untuk bagian Timur Tambak. Akhirnya, tim putra mewakili daerah Timur untuk bertanding sepak takraw melawan SD/MI di daerah lain Tambak.

Menjadi pemenang dalam suatu pertandingan adalah hal biasa. Maksudnya, pasti akan selalu ada pemenang dalam suatu pertandingan. Namun, bagiku menjadi pemenang bukan lah tujuan utamanya. Ini lah yang coba aku tanamkan pada anak-anak. Ketika sekolah lain datang hanya dengan guru dan tim yang bertanding, sekolahku datang bersama satu pasukan hore yang siap memberi semangat dari pinggir lapangan. Kerennya sih membawa pasukan pemberi dukungan sosial (berbentuk moril) bagi tim yang bertanding.

Dalam satu ronde permainan sepak takraw, tim kami dan tim lawan bermain sangat baik dan poin yang terkumpul pun hanya beda tipis. Tapi, bedanya tim lawan tak memiliki supporter. Sekali komando dari Ibu Kepala Sekolah, anak-anak dipinggir lapangan berteriak keras memberi dukungan pada tim yang membuat tim lebih bersemangat dan tim lawan agak down. Voila...tembakan-tembakan dari tim kami gagal dibalas oleh tim lawan dan akhirnya tim kami pun menang. Ya, tapi memang semangat saja tidak cukup untuk menjadikan tim kami sebagai pemenang. Di tingkat kecamatan ternyata kami ditegur oleh Tuhan untuk berlatih lebih keras lagi di tahun depan agar mampu bersaing dengan sekolah lain di daerah Tambak.

Ya, tak apa ya Nak, kita belum bawa piala tahun ini. Dijaga  ya semangat dan saling dukungnya. Semangat berlatih ya untuk pertandingan tahun depan. Tenang, insya Allah ada Bu Azima, Bu Helga, Bu Wiwik, Pak Ainun, Pak Jamsuri, Pak Usull, Pak Mukhlisin, dan tentunya guru PM penerus ibu yang akan mendampingi, mengarahkan, dan mendukung kalian bertanding. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua