Lina, Muridku yang Unik
Karecka Tira Supratman 24 Maret 2013Namanya Lina, bertubuh tambun, agak gemuk, dan menggemaskan. Terlebih ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dari sang guru. Lina, anak berusia paling tua di kelasnya, anak yang di rumahnya memakai bahasa daerah, dan bertanya kepada guru pun memakai bahasa daerah.
Ada yang “menyenangkan” dari Lina. Setiap saya berikan PR tidak pernah dikerjakan, ataupun ketika dikerjakan hanya dikerjakan 5% dari 40 soal pilihan ganda. Jika tugasnya isian? Yaa, kebersihan sebagian dari iman, kertas itu bersih tak tersentuh.
Sudah beberapa kali saya katakan kalau buku itu tidak boleh dicampur. Hari itu saya temukan buku Lina dicampur semua. Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, IPA, Gambar Ipin Upin, tulisan “ i love xxx (nama disamarkan)”, dan Bahasa Arab (what?? Saya tidak pernah mengajar I love dan Bahasa Arab, kalau Ipin Upin, ya saya pernah menggambarnya di papan tulis).
Ternyata selain buku Sekolah Dasar itu, buku sekolah agama juga, buku gambar juga, dan tentu saja satu lagi buku latihan membuat surat cinta (memang Lina sudah puber tampaknya). Saya diamkan untuk masalah cinta ini, saya hanya membimbingnya ke jalan yang benar “jangan pacaran dulu sebelum dewasa”. Karena jika saya larang pacaran, mereka pasti menjawab “itu foto di handphone bapak yang sama perempuan berjilbab siapa pak?” huff ternyata mereka pernah membongkar HP saya.
Setiap hari Lina mewarnai kelas ini dengan kelakuannya yang “menyenangkan”, teriak, menangis, marah-marah pada temannya karena tidak diberi contekan, dan marah kepada guru karena disuruh mengerjakan soal. Tapi hari ini ada yang spesial dari Lina, dia mengerjakan tugas yang saya berikan! Suatu kemajuan yang pesat. Sebenarnya tugas tersebut adalah PR dua hari yang lalu. Jika tidak mengerjakan berarti mengerjakan di luar. Dan hari ini Lina mengerjakan di luar, tetapi sekarang Lina mengerjakan tugas itu, biasanya dia hanya duduk sambil ngomel-ngomel menggunakan bahasa daerah, atau pulang ke rumah sambil menangis. Hari ini? Dia mengerjakannya.
Soalnya tentang penyajian data kelas 6. Rata-rata dan modus. Begini soalnya.
“Bayu mengikuti ulangan IPS 7 kali, Ia mendapat nilai : 80, 70, 80, 60, 75, 80, 90. Tentukan nilah rata-rata dan nilai modusnya!”
Sebelum keluar ruangan dia bertanya bagaimana cara pengerjaannya. Saya jawab, jumlahkan dulu semua datanya kemudian dibagi banyaknya data yang ada, sedangkan modus adalah angka yang sering muncul. Di soal itu angka berapa yang paling sering muncul? Dia jawab, “ 80 Pak”. Ya, Alhamdulillah dia bisa jawab.
“Sekarang jadi berapa modusnya Lina?
Sambil senyum-senyum dia jawab, “60 Pak”.
Saya tarik napas dalam-dalam...
“Linaaa (agak jengkel sedikit), modus apa ayo Linaaa?”
“Nggak tau Pak!”, padahal belum 2 menit yang lalu saya beritahu. Akhirnya saya tulis di papan tulis pengertian dari modus.
“Nah sekarang Lina, apa arti modus?”
“Hehehe (sambil senyum-senyum), nggak tau Pak!”
“Lina sayang, yang cantik, itu Bapak tulis di papan tulis. Apa ayo? Coba Lina baca.”
“Iya Pak! Modus adalah data atau angka yang sering muncul.”
“Baik, jadi modusnya berapa Lina?”
Senyum senyum kembali dan berkata, “Tak tau Pak!”
(jadi makin gemas)
“Linaa, itu Bapak tulis di papan tulis pengertian modus, masa gak tahu?”
“Oh itu Pak! Tau klo itu, tadi kan Bapak suruh saya baca aja.”
“Jadi apa pengertian modus?”
Kembali senyum-senyum “Hehe, iya Pak.”
Alhamdulillah akhirnya dia tahu juga.
Setelah itu saya hukum murid yang tidak mengerjakan untuk mengerjakan di luar kelas, Lina salah satunya.
Sepuluh menit sudah berlalu, semua temannya sudah masuk ke dalam kelas, tapi Lina tak kunjung datang. Saya penasaran dan menghampirinya secara diam-diam. Ternyata dia sedang menjumlahkan angka-angka soal nomor satu tadi. Di situ tertera angka 80, 70, 80, 60, 75, 80, 90. Dan dia sedang menjumlahkan angka-angka tersebut. Yang saya heran dia menjumlahkannya seperti ini:
10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+5+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+10=
Dan dia sedang mencoret satu persatu angka tersebut.
Kalau diingat-ingat lagi cara tersebut adalah cara penjumlahan level kelas 1 SD yang menggunakan batang sapu lidi untuk menjawabnya. Angka 80 dibagi menjadi 10 angka yang berjumlah 8 buah. Setelah semua dipecahkan menjadi pecahan kecil 10-an barulah dijumlahkan.
IIIII + IIIII = IIIII IIIII
5 batang lidi + 5 batang lidi = 10 batang lidi
Terjadi sebuah miss atau ketertinggalan yang jauh dari seorang Lina.
“Lina sedang apa?”, saya bertanya pelan-pelan.
“Mengerjakan PR, Pak!”
“Tapi kok Lina mengerjakannya seperti itu? Lama dong.”
“ Hehe, iya Pak!”
“Coba sekarang lihat tangan Bapak”, saya menunjukkan kedua tangan saya. Saya mengacungkan dua jari kiri dan satu jari kanan.
“Ini dua, dan ini satu, jika dijumlahkan berapa Lina?
“Tiga!”
“Jika ini?”, saya mengacungkan lima jari kiri dan empat jari kanan.
“Sembilan Pak!”
Begitu terus saya lakukan untuk merangsang otak Lina itu. Saya memulainya dari awal lagi, dari dia kelas satu.
Ternyata banyak kemajuan dari “games” tersebut. Lina sudah bisa menjawab penjumlahan angka puluhan. Dua bilangan ditulis di atas dan di bawah. Saya suruh Lina menjumlahkannya. Dia sudah cukup benar menjumlahkannya. Selama satu minggu setiap hari selama kurang lebih tiga puluh menit saya melakukannya dengan Lina. Alhamdulillah cukup banyak kemajuan.
Sekarang bagaimana dengan pengurangan? Pembagian? Dan Perkalian?
Tarik napas dalam-dalam, Bismillah. Semangat!
####
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda