Si Burung Hantu Menderita

Januar Ikhsan 24 Oktober 2014

SI BURUNG HANTU YANG MENDERITA

 

Alkisah yang belum pernah saya alami terjadi di Ujung Bumi Sriwijaya Kabupaten Muara Enim Kecamatan Lubai Ulu, Desa Pagar Dewa, Dusun 1R. Pagi hari yang cerah dengan trik matahari yang sangat tajam, saya berangkat menuju ke sekolah bersama murid-murid yang jaraknya sekitar 200 m dari rumah yang saya tempati. Setiba di sekolah, terdengar teriakan anak-anak dengan sebutan “Burunggg.....burungggg.......” saya pun bergegas menghampiri anak-anak yang berteriak itu di ruangan kelas 2. Ternyata yang saya lihat itu benar-benar burung, tetapi bukan burung biasa yang sering hinggap di kandang, melainkan burung hantu, burung yang asing ditemukan di lingkungan sekolah. Ketika itu, anak-anak merasa ketakutan. Yang saya tau dari anak-anak, burung itu lagi sakit. Terus saya nanya kepada salah seorang anak, “Burung itu sakit apa?”, anak-anak menjawab, bahwa kaki kanannya luka/patah. Kemudian ada salah seorang anak yang jawabannya bikin saya tersenyum alias ketawa, dia berkata, “Burung itu dek de ketemu hantupeliharaannya semalaman pakkk. . . . . . .jadi dak mau terbang, pengen melo belajar disekolah.” Artinya bahwa, burung itu tidak ketemu hantu peliharaannya, jadi tidak mau terbang, burung itu ingin ikut belajar di sekolah. Aneh-aneh saja pernyataan anakitu. Tetapi yang paling tragis, burung hantu tersebut dilempari batu  oleh anak-anak hingga sayapnyadan kepalanya  berceceran darah. Burung hantu itu tidak bergairah sama sekali dan tidak terbang, malah terpincang-pincang berusaha menghindar dari lemparan batu tersebut. Saya pun bergegas memberhentikan anak-anak melempar batu ke arah burung hantu. Lalu burung hantu tersebut ditangkap oleh salah seorang guru dan dibawa ke kandang ayam yang dekat rumahnya. Kebetulan guru tersebut adalah orangtua angkat saya di penempatan. SDN 30 Lubai yang menjadi tempat tugas saya letaknya di tengah-tengah hutan karet dan sebelah kiri bangunanan sekolah sangat dekat dengan kuburan. Sekolah tersebut akhir-akhir ini menjadi sarang hinggapnya burung hantu. Seketika pulang sekolah, banyak anak-anak dan ibu-ibu yang melihat burung hantu di kandang ayam. Saya dan anaknya orang tua angkat saya memberi pakan kepada burung hantu itu dengan ikan gabus. Burung itu sangat lahap sekali. Burung itu cukup besar dan bulu-bulunya tebal. Burung ini menjadi pusat perhatian anak-anak dan warga setempat. Rencananya ibu angkat saya akan memelihara burung hantu tersebut. Tetapi setelah 2 hari dipelihara, menurut ibuku ada beberapa warga yang bilang, bahwa memelihara burung hantu itu selalu ditimpa dengan kesialan hidup. Tidak lama lagi, ibuku bergegas melepaskan burung hantu tersebut diwaktu hari sudah malam. Burung tersebut dengan senang terbang ke arah sekolah. Kata ibuku “mencari hantu peliharaannya”, seperti yang dibilang siswa saat itu.


Cerita Lainnya

Lihat Semua