Syahrul Namanya
Intan Wahyuni 12 Desember 2010
Hari ini saya mengajar kelas dua. Sebelum masuk hanya siswa kelas dua yang baris di depan kelas. Lalu satu persatu dari mereka masuk ke dalam kelas. Ini adalah salah satu kedisiplinan yang diajarkan Bu Pur, wali kelas dua kepada siswanya. Hari ini Bu Pur tidak mengajar karena ke Pekanbaru untuk mendampingi suaminya wisuda. Siswa kelas dua yang biasa diam karena takut dengan Bu Pur tiba-tiba menjadi “liar” ketika saya masuk dan akan mengajar mereka seharian ini. Saya sudah pernah megajar di seluruh kelas di SD ini. Namun kelas dua inilah yang sangat aktif. Berbagai metode yang biasa saya pakai untuk menertibkan siswa di kelas 1, 3, 4, 5, dan 6 tidak berlaku untuk kelas 2. Pelajaran pertama saya mengajar matematika. Saya sangat kewalahan mengajar di kelas ini. Suara habis untuk menarik perhatian mereka. Khususnya siswa yang bernama Syahrul. Badannya tinggi besar, dia suka berlarian kesana-sini, naik ke atas kursi dan meja, mengganggu temannya, sampai beberapa siswa ada yang menangis karena ulah Syahrul. Tidak ada satu pun siswa yang berani melawan Syahrul termasuk ketua kelas. Tugas dari saya tidak pernah tuntas dia kerjakan. Apa yang harus saya lakukan? Kalo saja tidak ada Syahrul di kelas ini pasti saya bisa menertibkan kelas ini dengan metode yang biasa saya pakai.
Bel istirahat berbunyi. Sungguh jam pelajaran yang sangat kacau buat saya.Selama istirahat saya berfikir untuk menertibkan kelas dua khususnya si Syahrul ini. Tiba-tiba saya teringat sebuah metode. Tidak ada salahnya toh saya mencoba cara ini.
Bel berbunyi lagi, saya kembali masuk ke kelas dua untuk mengajar bahasa indonesia. Pelajaran belum juga dimulai mereka sudah membuat saya mulai emosi. Lalu saya mulai memakai metode ini, saya panggil Syahrul untuk maju ke depan kelas. Saya umumkan di depan kelas bahwa untuk hari ini Syahrul akan menjadi asisten guru. Tugas asisten guru adalah menjaga ketertiban kelas dan Syahrul boleh duduk di kursi sebelah guru, satu meja dengan guru. Syahrul sangat senang, dia langsung memindahkan tas dan kursinya di dekat meja guru. Lalu duduklah dia kursi itu selama pelajaran berlangsung. Saya beri Syahrul spidol untuk menulis di papan tulis. Di sudut bawah papan tulis saya buat tabel terdiri dari empat kolom. Kolom pertama untuk barisan satu sampai kolom keempat untuk barisan empat. Setiap barisan yang rapi, tertib, dan bisa menjawab pertanyaan guru akan mendapat bintang yang akan digambar di masing-masing kolom. Lalu setiap baris yang tidak rapi dan tidak tertib maka bintangnya akan dihapus. Syahrul menjalankan tugasnya dengan baik dengan bersikap adil dalam memberi dan menghapus bintang. Seluruh siswa juga diam dan patuh ketika Syahrul berteriak untuk menertibkan mereka semua. Secara perlahan saya bisa membuat Syahrul untuk tidak berteriak dan besikap kasar saat menertibkan temannya. Alhamdulillah pelajaran kali ini tersampaikan dengan baik. Seluruh anak aktif dan tertib di kelas. Setiap tugas mereka kerjakan dengan baik. Sang pembuat onar kini sudah menjadi asisten guru yang baik. Terimakasih Syahrul dan seluruh siswa kelas dua, kalian semua murid yang cerdas.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda