Per

Intan Wahyuni 13 Juni 2011
Manusia dewasa sudah mempunyai pikiran yang cukup matang untuk membedakan mana yang baik dan tidak untuk dirinya sendiri. Termasuk pilihan untuk merokok atau tidak. Para perokok dewasa memilih untuk merokok dengan kondisi mereka sudah tau dan paham setiap kerugian yang ditimbulkan rokok. Tapi lain halnya dengan anak-anak, khususnya siswa sekolah dasar. Walau mereka sudah bisa membaca, mampu membaca tulisan “Merokok dapat menyebabkan penyakit jantung, impotensi, kejang-kejang, gangguan kehamilan, dan janin.” di bungkus rokok , tapi mereka tidak sepenuhnya memahami arti dibalik tulisan-tulisan ini. Saya pernah didatangi oleh seorang siswa sekolah dasar. Tiba-tiba dia bertanya, “Mengapa saya tidak boleh merokok dan minum-minuman keras? Orang-orang besar boleh.” “Kamu merokok? Kamu minum minuman keras?”, tanya saya. “Ya.”, jawabnya. Lalu saya menjawab pertanyaannya, “Rokok dan minuman keras tidak baik untuk kesehatan. Selain itu, minuman keras haram untuk diminum. Orang dewasa pun tidak boleh meminumnya, haram.” “Tapi tidak ada yang memarahi orang besar. Tolong tunjukkan kepada saya bahaya dari rokok dan minuman keras!”, pintanya lalu pergi meninggalkan saya. Kurang lebih begitulah percakapan antara saya dengan sang siswa. Sorenya saya langsung mengakses internet mencari semua informasi mengenai bahaya rokok dan minuman keras. Saya download gambar-gambar penderita penyakit yang disebabkan oleh rokok dan minuman keras. Mudah saja, hanya klik www.google.com, lalu ketik bahaya rokok dan minuman keras maka ribuan artikel dan gambar akan muncul. Saya simpan beberapa artikel dan gambar-gambar ini. Keesokan harinya, saya temui sang siswa. Saya tunjukkan dan jelaskan beberapa gambar penderita penyakit yang disebabkan oleh rokok dan minuman keras. Hanya gambar dengan sedikit tulisan di bawahnya. Dia terlihat memahami apa yang dia lihat. “Saya janji tidak akan merokok dan minum minuman keras lagi.” dia berkata setelah melihat semua gambar yang saya tunjukkan. Lagi-lagi dengan cepatnya dia pergi meninggalkan saya. Sekarang, sudah lama saya tidak bertemu anak ini, semoga dia benar-benar tidak merokok dan minum minuman keras lagi. Tidak sedikit siswa sekolah dasar zaman sekarang menjadi perokok. Ketika ketahuan merokok, dihukumlah anak ini oleh orang tuanya di rumah atau gurunya di sekolah. Padahal tidak sepenuhnya anak ini bersalah. Banyak orang dewasa yang merokok di dekat anak-anak. Anak-anak akan melihat dan menirunya, ikut-ikutan merokok seperti ayahnya atau ibunya atau pamannya atau tantenya, dll. Anak-anak akan mudah meniru dari apa yang mereka lihat. Apalagi jika orang dewasa yang memberi contoh adalah orang terdekat mereka, seperti orang tua, saudara, dan guru. Jadi, siapakah yang seharusnya di hukum? Saya berharap setiap perokok tidak merokok di dekat orang yang tidak merokok, apalagi anak-anak. Merokoklah dengan orang-orang yang juga perokok. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tapi ikut menanggung dampaknya karena orang-orang di sekitar mereka merokok. Bahaya yang dialami perokok pasif jauh lebih besar dibanding perokok itu sendiri. Perokok pasif akan menghirup asap rokok yang sudah bercampur dengan karbondioksida, nikotin, tar, dll. Tentu saja ini merupakan perbuatan menzalimi orang lain. Sedikit cerita mengenai keluarga, ayah saya divonis dokter memiliki penyakit asma dan TBC yang disebakan oleh rokok. Dokter menyarankannya untuk berhenti merokok. Bagaimana ini bisa terjadi, ayah bukan perokok, beliau tidak pernah merokok? Tetapi, ayah sering bergaul dengan teman-temannya yang perokok. Setiap hari dia bekerja dan bertemu dengan teman-temannya yang merokok. Karena asap rokok inilah, ayah dirawat di rumah sakit dalam waktu hampir satu tahun. Saya pun hampir kehilangannya ketika dokter mulai angkat tangan untuk menyembuhkan ayah. Alhamdulillah, Allah masih berbaik hati untuk tidak mengambil seorang ayah yang saya miliki. Sekarang, ayah tidak sesehat dan sekuat dulu lagi. Tapi saya bersyukur masih memiliki seorang ayah yang baik dan keluarga yang utuh. Saya mengajar di SDN 32 Selatbaru, Kecamatan Bantan, Bengkalis, Riau. Di sekolah ini tidak ada guru yang merokok di lingkungan sekolah. Luar biasa bukan? Saya pernah bertanya kepada Bu Murni, Kepala Sekolah SDN 32 Selatbaru, apakah ada kesepakan dengan guru-guru untuk tidak merokok di sekolah. Jawaban Bu Murni adalah tidak ada. Padahal, ada guru yang terbiasa merokok, tidak di lingkungan sekolah tentunya. Jadi, dengan kesadaran sendiri guru-guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Saya sangat mensyukuri dan bangga dengan kondisi ini. Guru, digugu dan ditiru, setiap perbuatan dan sikap guru akan menjadi contoh bagi muridnya. Orang bilang, tidak ada manusia sempurna. Tapi seorang guru harus berusaha untuk menjadi manusia sempurna agar setiap murid mencontoh suriteladannya. Beberapa pemerintah daerah telah membuat peraturan bagi para perokok untuk tidak merokok di tempat umum seperti sekolah dan rumah sakit. Namun, pada kenyataannya masih ada perokok yang membakar rokoknya di tempat ini. Kali ini, saya mohon kepada semua perorok untuk tidak membakar rokok di tempat umum dan di dekat bukan perokok, apalagi anak-anak. Saya harap orang tua tidak merokok di dekat anaknya dan guru tidak merokok di dekat muridnya. Setiap orang dewasa mempunyai tanggung jawab atas pilihannya masing-masing. Untuk para perokok, merokoklah untuk diri sendiri, tidak perlu membagi asapnya dengan orang lain. Semoga setiap harinya jumlah perokok cilik berkurang dan tumbuhlah anak-anak penerus bangsa yang sehat dan cerdas.

Cerita Lainnya

Lihat Semua