Keluarga Asuh Baru

Intan Wahyuni 1 Februari 2011
Saya dikabari oleh Pak Faskab, fasilitator kabupaten untuk Bengkalis bahwa saya akan pindah rumah ke rumah Pak Arjat di Dusun Brancah, Selat Baru. Jarak antara rumah Pak Arjat dengan SDN 32 Selat Baru sekitar 50 meter, jarak yang sangat dekat. Sedangkan jarak rumah Pak Muji dengan SDN 32 Selat Baru sekitar 3 km. Itulah alasan yang menyebabkan saya pindah rumah. Jarak antara sekolah dan rumah yang dekat memudahkan saya menuju sekolah setiap harinya. Saya bisa berjalan kaki ke sekolah, tidak perlu minjam motor atau dijemput Bu Murni dan guru yang lain lagi. Pak Arjat tinggal bersama istri dan tiga orang anaknya. Ka As biasa saya memanggil istrinya. Sehingga ketiga anak Ka As memanggil saya bibi. Si sulung bernama Ade Suhendri kelas 2 SMP di MTs 1 Bantan, Aam anak kedua kelas 1 di MIS Selat Baru, dan si bungsi Novi belum sekolah. Pak Arjat biasa bekerja membuat rumah dan bertani karet, pinang bersama Ka As. Setiap pagi, saat hari masih gelap Pak Arjat dan Ka As sudah pergi untuk mengambil getah karet, motong biasa orang sini menyebutnya. Setelah itu, sambil mengantar Aam ke sekolah, Pak Arjat berangkat kerja untuk membuat rumah dan baru pulang sekitar jam 5 sore. Sedangkan Ka As bekerja dengan pinangnya, mengambil buah pinang di kebun, lalu setiap buah dibelah menjadi dua, kemudian buah pinang dijemur, biji pinang diangkat setelah kering lalu dipisahkan dari kulitnya. Harga 1 kg biji pinang sekitar Rp 4.000,00. Biji pinang biasanya akan dikirim dan diolah di Malaysia menjadi kapur. Di Bengkalis sendiri belum bisa mengolah biji pinang menjadi barang yang lebih bernilai jual tinggi. Padahal pohon pinang di pulau ini sangat banyak. Sedangkan harga getah karet sekitar Rp 20.000,00/kg. Getah karet biasanya dikirim dan diolah di Pekanbaru. Sayang sekali, semua hasil pertanian di pulau ini dikirim dan diolah di tempat lain. Rumah ini terletak diperbatasan tempat tinggal orang jawa dan melayu dengan suku akit. Sebelah kanan rumah ini adalah rumah orang jawa dan melayu, sedangkan di sebelah kiri adalah pemukiman orang asli. Walau mereka tinggal bersebelahan, penduduk pendatang dan orang asli tidak saling bersosialisasi. Seperti ada penghalang diantara keduanya. SDN 32 Selat Baru terletak di tengah pemukiman suku akit. Setiap hari saya jalan kaki menuju sekolah, berjumpa dengan penduduk suku akit. Mereka ramah dan baik sekali kepada saya. Saya yang takut sekali dengan anjing selalu dijaga dan dilindungi oleh penduduk asli ketika ada anjing yang mendekat. Anjing adalah hewan yang menjadi sahabat mereka. Sehingga banyak anjing berkeliaran di sekitar sekolah. Diawali dengan saya pindah ke sekolah baru, SDN 32 Selat Baru, lalu pindah rumah ke rumah Pak Arjat yang dekat sekali dengan pemukiman suku asli, saya berharap bisa nyaman tinggal disini dan bisa memberikan yang terbaik.

Cerita Lainnya

Lihat Semua