info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Keanehannya Memukauku

Ibrena Merry Sella Purba 28 November 2013

Nikmat Tuhan mana lagi yang aku dustakan?” ucapnya penuh semangat.

Ia memulai sharing pribadi dengan kalimat yang sangat sering diucapkan, bahkan bosan didengarkan. Namun, jambu! Sore itu, kata-katanya menyulut emosiku.

Saksi pertemuan pertama kami adalah sebuah kantor yayasan yang ternyata berkuasa mempersatukan kami. Aku belum melihat ada yang aneh darinya. Dia tampak baik-baik saja saat kami duduk bersama sambil menunggu giliran untuk diwawancara. Kami saling berkenalan, menceritakan latar belakang pribadi, dan saling menyemangati. Maklum, kami sama-sama calon tenaga yang punya kerinduan besar untuk berkontribusi dan bergabung melalui yayasan ini. Sepulangnya, kami saling bertukar nomor handphone untuk saling berkabar jika ada kabar baik.

Sepertinya kami berjodoh. Kami terpilih menjadi rekan yang diizinkan menyalurkan idealisme melalui yayasan ini. Kami dipersiapkan dulu dalam sebuah pelatihan sebelum nantinya mewujudnyatakan idealisme masing-masing dalam sebuah tindakan. Saat bertemu dengannya, dia tampak sangat bersemangat menyambut kejutan-kejutan yang akan menghampirinya dalam hari-hari ke depan.

Awalnya, dia masih baik-baik saja. Cukup diam, tak banyak mengambil peran, dan lebih sering mengamati. Perlahan-lahan, tampak ada yang aneh ketika dia diberi kesempatan berbicara. Semakin ada yang aneh ketika dia termotivasi untuk berbicara. Keanehannya semakin terlihat saat kami berada dalam satu kelompok. Ya, dia terlalu bersemangat dalam berbicara. Benar, dia sangat menggebu-gebu mengeluarkan isi pikirannya. Haha, dia sering melontarkan komentar-komentar lucu ketika orang lain berbicara.

Semakin banyak yang menyadari keanehannya, semakin banyak pula yang kurang menyukainya. Dia mulai diejek tiap kali berbicara, dia mulai sering disudutkan tiap kali bertindak sesuatu, dan dia mulai dijadikan bahan permainan dalam setiap kesempatan. Sedih mendengar celotehan orang lain tentangnya. Semakin marah ketika tindakan orang-orang di sekitar mulai tidak manusiawi padanya. Nyatanya, dia sadar bahwa ada yang aneh dengannya. Dia pun sadar bahwa ada yang perlu diubah darinya. Pada satu kesempatan, dia meminta nasIhat agar dia dapat mengubah kebiasaan itu.

Suatu sore, dia mengungkapkan apa yang ada di hatinya selama ini.

Nikmat Tuhan mana lagi yang aku dustakan? Saya punya banyak kekurangan tapi ada orang-orang yang membantu saya untuk memperbaikinya,” katanya mengawali pembicaraan.

Saya adalah orang yang sangat sulit menerima kenyataan bahwa saya salah. Saya keras. Ketika saya sudah berjuang keras dan orang lain sama sekali tidak menghargai, saya tidak suka. Apalagi ketika orang itu menyalahkan saya dan menganggap semua tindakan saya gagal, saya sangat marah!” ucapnya berapi-api.

Namun, saya bersyukur karena ada yang mengingatkan bahwa saya harus terbuka. Nasehat itu demi kebaikan saya. Saya berjuang keras untuk memperbaiki kesalahan itu. Saat mengajar anak-anak dan membuat mereka berada dalam kondisi yang kondusif, saya sangat senang. Saya banyak dibilang galak oleh anak-anak. Ternyata ada satu anak yang sangat nakal di kelas, datang dengan malu-malu meminta tolong pada gurunya agar saya mau berfoto dengannya. Ternyata anak ini mencari perhatian saya. Saya bersyukur,” lanjutnya.

 “Saya juga mendapat banyak perhatian dari orang-orang terdekat yang tau betapa saya sulit mengendalikan omongan saya. Dulu saya pikir saya hanya punya satu orang yang mengerti saya. Ternyata, Tuhan memberikan 6 orang sekaligus yang memperhatikan saya dan akan saya yakin mereka akan terus menopang saya dalam waktu ke depan.”

Dia menutup sharingnya dengan pertanyaan, “Nikmat Tuhan yang mana lagi yang saya dustakan?

Jambu! Aku tak mampu membendung air mataku sore itu.

Dibalik keanehannya, dia berjuang keras mengalahkan egonya. Dibalik keanehannya, dia bersungguh-sungguh dalam tekad untuk memperbaiki diri. Dibalik keanehannya, dia begitu mensyukuri tiap nikmat sekecil apapun yang Tuhan berikan padanya. Di mataku, dia tak lagi aneh. Dia unik.

 

- tulisan ini tertata rapi dalam Workshop Menulis pada saat Pelatihan Intensif Pengajar Muda VI tanggal 1 Juni 2013 -


Cerita Lainnya

Lihat Semua