Welcome to Bawean (Part 1)

Hety Apriliastuti Nurcahyarini 2 Juli 2011
15 Juni 2011 Hari ini, Rabu, 15 Juni 2011, saya tiba di Pulau Bawean, pulau yang menjadi bagian dari Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. Letaknya? Jangan tanya. Silakan lihat di peta Indonesia. Pulau kecil di Laut Jawa, di antara Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa. Walaupun baru pertama kali menginjakan kaki di pulau ini, ada-ada saja kejadian unik yang saya alami. Seperti biasa, kejadian unik itu membuat saya tampak sangat polos (note: tiba-tiba saya ingat, Wintang pernah berkata, “Hety, kamu kok polos banget sih kayak Indomie?” dan saya hanya melongo mendengar ucapannya). Cerita hari ini saya buka dengan cerita selama perjalanan saya di kapal. Jarak dari kabupaten Gresik sampai Pulau Bawean dapat ditempuh selama 3 jam (baca: terombang-ambing di Laut Jawa selama 3 jam). Berdasarkan pengalaman saya sebelumnya (note: saya pernah naik kapal dari Banyuwangi – Gilimanuk, Gilimanuk – Pulau Lombok dan itu ‘cukup’ membuat saya K.O), saya memutuskan kesempatan naik kapal menuju Pulau Bawean kali ini saya isi dengan tidur. Walaupun saya sempat tergoda juga untuk berfoto mengabadikan moment bersama teman-teman di atas kapal, niat itu saya urungkan. Habis mau bagaimana lagi, tubuh saya tampaknya sudah tidak mau diajak kompromi. Cukup dua kata: ngantuk dan lelah. Bagaimana tidak? Saya dan teman-teman dari Jakarta tiba di bandara Juanda pada pukul 00.00 WIB dan langsung menuju penginapan di Gresik. Pukul 06.30 WIB, kami (beserta tas-tas kami yang mahaberat bin banyak itu) harus sudah bersiap menuju kantor bupati Gresik untuk acara temu-sambut Pengajar Muda dan pukul 09.30 WIB, kami harus sudah di dermaga untuk menuju Pulau Bawean. Sebenarnya di balik keberangkatan ke Pulau Bawean, ada kejadian yang membuat saya dan teman-teman agak malu juga (lebih tepatnya, malu, sungkan, bercampur perasaan tidak enak). Menurut jadwal keberangkatan pada umumnya, kapal dari Gresik – Pulau Bawean berlayar pada pukul 09.00 WIB. Tepat. Buktinya, pada tiket kapal yang kami pegang juga tertera begitu. Tetapi, demi kami, saya, Putri, Icha, Lasti, Wintang, Tidar, a.k.a (as know as) Pengajar Muda, kapal ditunda berangkat karena menunggu kami datang. Atas instruksi salah seorang pejabat yang turut serta dalam audiensi tentunya. So, u know what it means? Silakan jawab dalam hati saja :p. [gallery link="file"] Perjalanan kami dari Gresik - Pulau Bawean ditemani oleh Bapak Sya’roni Ruchan, Kepala bidang Pendidikan SD di Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik. Kebetulan, saya duduk tepat di samping beliau. Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, karena maha mengantuknya mata saya, saya memutuskan untuk tidur. Hanya beberapa kali saya tersadar untuk mengamati keadaan sekitar dan kemudian tidur lagi. Begitu seterusnya sampai saya ‘mendadak’ bangun karena kaget melihat penumpang lain yang heboh mengemasi barang-barangnya dan bergegas bangkit dari tempat duduknya. Setengah sadar, saya pun agak panik juga. “Ada apa ini, ada apa ini? Kapalnya tidak apa-apa kan? Kapalnya tidak tenggelam kan?” batin saya. Saya pun bertanya kepada Pak Sya’roni. Pak Sya’roni menjawab sambil tertawa melihat tingkah saya. Olalaa.. usut punya usut, ternyata kapal sudah mendekati dermaga. Para penumpang bergegas karena ingin berlomba menjadi orang pertama yang turun dari kapal. Fiuh, lega. Mungkin mereka sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sanak-saudara. Ibu-ibu yang menggendong balitanya pun juga tampak sudah tidak sabar untuk turun. Penjual-penjual yang membawa barang-barang juga sudah tidak sabar untuk menurunkan belanjaannya. Ya, ibarat semua ingin turun dan berkata, “Bawean, akhirnya kami datang”. Perjalanan ke Pulau Bawean tidak berhenti sampai di situ saja. Dari dermaga, saya dan teman-teman diantar menuju Pasanggrahan untuk beristirahat dan kemudian menuju aula Kecamatan Sangkapura untuk acara temu-sambut Pengajar Muda. Letak Pasanggrahan dan aula kecamatan ternyata dekat, hanya bersebelahan saja seperti tetangga. Pukul 14.45 WIB acara temu-sambut Pengajar Muda dimulai. Sudah banyak orang yang hadir di sana. Tetapi betapa kagetnya saya siang itu. Kejadian yang saya alami di kapal rupanya menjadi bagian dari pidato sambutan Pak Sya’roni, bapak dari Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik yang duduk bersebelahan dengan saya di kapal tadi. “Kapalnya tidak akan tenggelam, mbak Hety,” kata Pak Syahroni yang diikuti gelak tawa orang se-aula kecamatan. Bayangkan, saat itu ada camat, kepala sekolah, dan guru. Saya hanya tersenyum tersipu malu, eh, menahan malu. Beginilah, benar-benar nasib orang baru di tanah rantau. Tapi dalam hati, saya tulus sepenuhnya. Saya anggap itu sebagai ujian ketulusan saya yang pertama di Pulau Bawean. Tulus menyerahkan diri saya untuk ditertawakan orang se-aula kecamatan. Bukan begitu? :p

Cerita Lainnya

Lihat Semua