Celoteh Bocah: BWB (Bukan Warung Biasa)

Hety Apriliastuti Nurcahyarini 5 Februari 2012

“Bu, saya punya warung di sana, kapan-kapan mampir ya, Bu, kita ke sana,” kata Tika suatu hari saat kita duduk-duduk di atas bukit, sambil menunjuk ke suatu tempat. “Iya, Bu, Tika, punya warung di tengah-tengah sawah, pemandangannya bagus, “ timpal Lina meyakinkan. Sumpah, mendengar perkataan dua murid saya yang tidak berkesan pamer itu di pikiran saya tergambar sebuah warung kopi, di mana para petani sering beristirahat di sana.

“Hmm, boleh-boleh, memang di sana jualan apa saja?” tanya saya polos. Kontan, Tika dan Lina tertawa, “Hahaha... ibuuuuu, jangan dibayangkan seperti itu.” Sepertinya, Lina dan Tika bisa menebak pikiran saya. Puas tertawa, Tika menjelaskan bahwa warung adalah tempat para petani beristirahat, terbuat dari bilik bambu, kosong, tidak ada apa-apa, apalagi barang-barang dagangan. Muka saya pun memerah, menahan malu (pelajaran kehidupan nomer sekian: tidak semua kata memiliki arti yang sama di suatu daerah).


Cerita Lainnya

Lihat Semua