Celoteh Bocah: Bunga Desa VS Bunga Bangkai
Hety Apriliastuti Nurcahyarini 6 Februari 2012Hari ini, saya dan murid-murid saya belajar bahasa Indonesia mengenai ‘Makna Konotasi’ dan ‘Makna Denotasi’. Saya mengajak mereka untuk membandingkan kalimat bersama, seperti ‘Isla menanam bunga di halaman’, ‘Ani menjadi bunga desa’, ‘Meja itu berwarna hijau’, Penjahat itu diajukan ke meja hijau’, ‘Mahmud memakai celana hitam, dan ‘Kakaknya terjerumus ke dunia hitam’.
Saya pun bertanya, “Mana yang makna konotasi? Mana yang makna denotasi?” Sebelum mereka menjawab, mereka pasti bertanya terlebih dahulu mengenai artinya. Inul pun mengangkat tangan dan bertanya dengan logat Baweaannya yang khas, “Bu, bunga desa apa, Bu?”
Saya pun menjawab, “Bunga desa itu orang yang tercantik, paling terkenal, Nul.” “Ooo, begitu. Berarti kalau orang yang paling jelek namanya bunga bangkai, ya, Bu. Dia menjadi bunga bangkai di desanya hahaha... ,” komentar Inul bangga sambil tertawa terbahak-bahak karena merasa telah berhasil menemukan makna konotasi bikinannya sendiri. Saya pun melongo.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda