Titik kecil di ujung Peta Nusantara

Hardy Oktasawira 23 Agustus 2012

 

"Pulaumu  itu di mana ta? Kenapa di Atlas tidak ada?"

Dua serangkai kalimat di atas sering saya dengar ketika menjelaskan lokasi penugasan saya : Pulau Para. Nusantara memang luas sekali, sampai pulau ini jarang mendapat tempat di Atlas Nasional di pasaran.

Pulau Para berada di Provinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Perjalanan 8 jam dengan kapal besar dari Manado ke Tahuna disambung dengan kapal sedang dari Tahuna selama 6 jam dan sampailah di rumah baru saya. Perjalanan sejauh itu akan terbayar dengan keindahan alam yang selalu menyemangati saya setiap harinya.

Pulau ini belum banyak yang tahu, tapi keindahannya tidak kalah dengan pantai di Lombok. Terumbu karang, pasir putih, lumba-lumba, udara segar, dan masih banyak syarat yang telah dipenuhi pulau ini untuk menjadi destinasi wisata. Nusantara tidak pernah kehabisan stock untuk memanjakan mata. 

Penduduk Kampung Para seluruhnya adalah Kristen Protestan. Mereka menghidupi dirinya dengan berkebun (pala,cengkeh dan kopra) dan mencari hasil laut. Penduduknya sekitar 300 warga,cukup ramai juga. Kerja sama dan gotong royong banyak terjadi di sini, tidak jarang saya jadi "korban". Suatu saat ada yang memberi ikan segar, di lain saat kelapa muda ada untuk saya minum, dan itu terjadi berulang.

Meskipun pulau ini belum kebagian listrik selama 24 Jam,genset selama 4 jam di malam hari cukup untuk sekedar menonton televisi setelah seharian lelah di laut atau kebun. Sinyal? kalau ada angin selatan, maka "sinyal nyasar" bisa ditemui di gunung yang harus ditempuh 30 menit dari kampung.  Menurut saya yang lama tinggal di perkotaan, ini namanya keterbatasan, tapi bagi mereka ini keseharian. 

Ya, banyak sekali yang membuat saya tergugah di pulau ini. Pulau kecil ini boleh tidak ada tempat di Atlas (atau hanya titik), tapi di hati saya selalu mendapat tempat yang besar. Ya, Selalu


Cerita Lainnya

Lihat Semua