Peter Pan
Farli Sukanto 10 Mei 2015
“Are you a tea person or a coffee person?”
Entah untuk alasan apa, suatu hari seorang teman yang tengah menjalankan tugasnya sebagai dokter sukarela di Benua Hitam mengirimkan pesan singkat.
“I’m more a tea person. Like Peter Pan,” balas saya singkat.
Kenangan dan kegemaran meminum teh datang dari buku cerita masa kanak-kanak saya. Saya punya buku dongeng favorit berjudul The Lost Boys dengan gambar sampul seorang anak laki-laki berbaju serba hijau buah imajinasi J.M. Barrie yang sedang minum teh. Dikisahkannya, Peter Pan memimpin sebuah geng The Lost Boys di sebuah negeri bernama Neverland dalam petualangan-petualangan penuh pelajaran. Di Neverland, siapapun tidak akan beranjak dewasa. Di Neverland, kehidupan adalah petualangan yang semangatnya selalu berapi-api, kadang ceroboh dan penuh mimpi.
Barak Putra – Kamp Pelatihan Intensif Pengajar Muda 8
Selasa, 6 Mei 2014 pk. 04.00 WIB
Saya hampir lupa kalau hari ini saya berulang tahun.
Saya kira ini seperti hari-hari biasa di kamp, teman-teman yang hendak menjalankan kewajiban ibadah sudah mulai kasak-kusuk, menyalakan penerangan di barak untuk bersiap-siap sholat subuh. Saya terbangun, tapi sisa flu kemarin membuat saya agak malas pagi itu. Jadilah saya menarik selimut, saat tiba-tiba petikan gitar memecahkan sepinya barak disambut nyanyian Happy Birthday dari teman-teman yang sudah berdiri mengelilingi tempat tidur saya. Ada lilin dan sebuah poster bergambar karikatur saya yang terisi penuh dengan doa dan harapan sebagai kado ulang tahun kali ini. Tidak hanya sampai di situ, selesai olahraga pagi, saya mendapat perayaan lain dari teman-teman satu angkatan yang rela menggotong saya dari lapangan olahraga hingga kolam renang. Sudah dapat dipastikan dimana saya berakhir pada perayaan pagi itu.
Hari ini saya berusia 27 tahun. Dan ya, saya berada di kamp pelatihan intensif Pengajar Muda Indonesia Mengajar angkatan 8 bersama 73 teman-teman seperjuangan yang baru kira-kira dua minggu ini saya kenal. Dua puluh tujuh tahun mungkin sudah lewat dari syarat umur untuk menjadi Pengajar Muda, dan bagi beberapa orang dua puluh tujuh tahun berarti fokus membangun karir atau keluarga. Bagi beberapa orang lain, dua puluh tujuh tahun juga bukan lagi usia yang perlu untuk dirayakan, apalagi sampai diceburkan ke kolam renang.
Mungkin saya sedang menikmati jadi Peter Pan yang tidak pernah beranjak dewasa.
Saya pernah menonton sebuah film 3 Hari untuk Selamanya. Ceritanya tentang sebuah perjalanan 2 orang saudara sepupu dari Jakarta ke Yogyakarta yang berujung pada sharing pemaknaan masing-masing akan arti hidup. Di sebuah perhentian perjalanan mereka, salah satunya bercerita bahwa menurut Al-Quran usia dua puluh tujuh tahun merupakan usia yang penting dimana Allah akan membuka atau menutup pintu-pintu kesempatan dalam hidup kita. Percaya atau tidak, beberapa public figure ditutup pintu-pintu kesempatannya di tahun ke dua puluh tujuh hidupnya. Sebut saja Kurt Cobain, Amy Winehouse, atau Soe Hok Gie.
Saya bersyukur dan percaya Allah membukakan sebuah pintu kesempatan di usia saya yang kedua puluh tujuh, yaitu bergabung dengan Gerakan Indonesia Mengajar. Tidak sedikit orang yang bertanya akan keputusan saya bergabung dengan gerakan Indonesia Mengajar di usia ini. Meninggalkan zona nyaman adalah hal yang dinilainya tidak realistis. Saya malah balik bertanya benarkah begitu sulit membuat keputusan ini?
Lagi-lagi saya memilih untuk jadi Peter Pan. Saya sedang mau bermimpi untuk satu tahun ke depan. Bermimpi lewat kontribusi pada sesuatu yang saya percaya merupakan kekuatan untuk membuat perubahan, yaitu pendidikan.
Seorang teman mengirimkan ucapan selamat terbaik tahun ini, begini bunyinya :
The world is just as big as our age. Never stop exploring, keep on dreaming. Like Peter Pan.
Happy birthday.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda