Sekolah itu...

Fardhady Himawan Kusumo Hanggara 21 Desember 2013

Saat itu saya mengikuti sebuah travel untuk pergi melancong ke gunung bromo. Karena saya orang terakhir yang mendaftar, alhasil saya mendapatkan kursi "jackpot". Diantara supir dan juga pemandu wisata.  Pemandu wisata saat itu beberapa kali mencoba berbicara dalam bahasa inggris dengan saya. Selama perjalanan, kami terlibat pembicaraan santai hingga pembicaraan yang cukup berbobot. Saya akui beliau orang yang cerdas dan memiliki wawasan yang cukup luas. Hingga suatu ketika beliau bertanya "kalau kita bisa belajar tentang banyak hal tanpa harus sekolah, lalu kenapa perlu sekolah?".

 Sambil  tersenyum saya menjawab. "ada beberapa hal yang kita akan dapatkan ketika kita menuntut ilmu di sekolah"

 

"pertama, percepatan ilmu".

Banyak orang yang bisa membaca dan menghitung tanpa harus sekolah. Namun, kapan mereka bisa menguasai itu semua? Umur 10 tahun? 15 tahun? Mungkin saja lebih. Namun jika kita cermati, anak sekolah umur 5-6 tahun sekarang sudah mampu membaca dan menghitung. Apa yang dilakukan oleh sekolah? Sekolah mempercepat kesempatan seorang anak untuk mendapatkan ilmu yang mungkin nanti akan diperlukannya. Tidak hanya membaca dan menghitung saja, namun lebih banyak ilmu lainnya lagi yang didapatkan disekolah.

 

"kedua, membentuk dan mengembangkan pola pikir".

Jika kamu berpikir, bersekolah adalah menghafal pelajaran, mengingat rumus, maka sekolahmu sia-sia. Karena yang paling penting adalah membentuk pola pikir. Pola pikir yang bagaimana? Bukan pola pikir dalam mengerjakan soal-soal ulangan. Tapi pola pikir dalam melihat, menganalisa, dan menyelesaikan masalah. Sekolah juga memberikan kesempatan untuk melihat pola pikir istimewa yang terpendam dan mengembangkannya. Lalu bagaimana cara mengamatinya? Jika kamu melihat seseorang berpikir praktis dan tidak mau berpikir panjang. Maka ia adalah salah satu korban pendidikan yang kurang matang. Bagaimana dengan orang yang tidak bersekolah? Lihat lagi pada poin pertama.

 

"ketiga, belajar bersosialisasi".

Kamu pernah terlibat dalam kegiatan mem-bully? Atau malah menjadi korban bully? Atau ingatkah bagaimana kamu menemukan teman bermain diluar dari lingkungan rumahmu?  Bahkan saya masih mengingat bagaimana saya dahulu merindukan sekolah karena ingin bertemu dengan teman-teman saya dulu. Ya sekolah memfasilitasi itu semua.

 

"keempat, mencari role model (panutan)"

Dalam bersosialisasi, seorang manusia melihat dan bertemu banyak sekali manusia yang lain. Tanpa terasa kita membentuk banyak koridor-koridor sehingga memunculkan banyak rasa jika bertemu dengan orang lain. Ada yang kita kagumi, kita sayang, dan juga kita benci. Ada juga yang masuk dalam koridor role model. Disana kita secara sadar ataupun tidak berusaha untuk mengkuti role model kita itu. Apa yang ia lakukan, kita lakukan. Apa yang ia katakan, kita dengarkan dan berusaha pahami. Role model juga bukan selalu dalam aspek "jalur kanan", kadang juga bisa "jalur tengah" atau "jalur kiri".  Lalu, sudahkah kamu menemukan role model yang tepat untukmu?

 

"kelima, jalan untuk mendapatkan cita-cita"

Mendapatkan cita-cita bisa berarti mendefinisikan cita-cita itu. Apa yang ingin diraih kelak, 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun dan bahkan 50 tahun mendatang. Mendapatkan cita-cita juga bisa berarti proses yang harus kita tempuh untuk mendekati cita-cita itu sendiri. Saya yakin banyak orang yang sudah memahami aspek terakhir ini. Jika belum, mungkin kamu bisa merenungkan lagi apa yang sudah terlewati dan belum kamu raih selama kamu disekolah.

 

Ketika saya berpikir tentang makna bersekolah diatas. Kadang saya merasakan bahwa saya telah melampaui masa-masa sekolah saya tanpa sesuatu yang berharga. Saya hanya mendapatkan bagaimana menghitung luas lingkaran, bagaimana saya menghafal sejarah kerajaan-kerajaan dan bagian tubuh hewan-hewan. Apakah itu salah? Tentu tidak, namun banyak esensi sekolah yang lain yang terlewat oleh saya dahulu. Lalu apa akibatnya? Saya akan merasa kesulitan untuk menganalisis berpikir panjang, membentuk ide-ide tanpa batas (sistem pendidikan yang kolot seringkali membatasi ide-ide dengan label "tidak mungkin" dan juga ejekan-ejekan kolosal).

 

Apakah kelima hal tersebut bisa didapatkan di dunia kuliah? Saya rasa kamu bisa menjawabnya sendiri. :)

 

Kelima hal diatas murni apa yang saya pikirkan tentang pendidikan di sekolah. Tidak menutup kemungkinan ada hal yang terlewat dan juga kurang tepat. I'm open to your suggestion..


Cerita Lainnya

Lihat Semua