Es Biskuit Inspirasi

Faisal Jamil 13 Juni 2013

Ternyata menginspirasi tidak selalu tentang hal yang serius. Ternyata menginspirasi tidak selalu harus dipikirkan dulu matang-matang sebelum memulainya. Inspirasi, ternyata hanya butuh Biskuit, Stik kayu, dan Iseng saja.

......

Sabtu, 1 Juni 2013 , adalah hari terakhir dari jadwal kami melakukan Roadshow Pendidikan Indonesia Mengajar di kecamatan Tambora. Program terakhir kami, pengajar muda di kecamatan Tambora.  Hari ini kami akan berkunjung ke SDN Kawinda Nae, dan SDN So’Nae untuk sedikit sharing dengan guru-guru tentang pengajaran, dan mengajar kreatif ke anak-anak murid di sekolah tersebut. Pekan sebelumnya, kami dalam satu pekan sudah berkeliling ke sepuluh sekolah, melakukan hal yang sama.

Tapi sejak malam, hujan deras tiada henti mengguyur kecamatan Tambora. Entah kenapa, padahal ini sudah masuk ke bulan enam. Bulan yang biasanya sudah mulai musim kering. Kami menunggu hujan reda sejak subuh tadi. Hujan baru mulai berhenti sekitar pukul 8.30. Entah ada atau tidak nanti siswa disana, kami pun berangkat ke sana. Sesampainya disana, betul saja, belum ada siswa ataupun guru yang datang. Kami bertemu kepala sekolahnya, yang rumahnya disebelah sekolah. Ternyata beliau ada urusan ke kota Bima, jadi tidak bisa hadir di sekolah. Tapi tak apa-apa. Kami memutuskan untuk melanjutkan agenda kami.

Kami menengok ke sekolah. Ada tiga orang siswa yang ada. Dua berseragam sekolah, satu berpakaian bebas. Masih balita. Anak balita itu memegang sebuah stik es krim. Karena penasaran ingin mencoba,dan sambil menunggu anak-anak yang lain datang,  aku bertanya kepada anak berseragam sekolah tadi.

“Beli di mana es krim itu?”

“Ada yang jual pak”

“Mau dong, saya beli. Berapa harganya?”

“Seribu satunya.”

“Saya beli lima ribu ya.”, kataku sambil menyerahkan uang itu.

Tak lama kemudian datanglah anak itu membawa satu tempat es besar. Aku dan teman-teman PM diminta memilih. Ternyata bungkusnya adalah biskuit, seperti BisK*at, Bet*er, atau Sela*Ol*y. Awalnya aku kira, es itu dibungkus dengan bungkus bekas biskuit. Ternyata tidak, es itu adalah Es Biskuit. Biskuit yang dibuka sedikit tempatnya, lalu di tusuk dengan stik kayu. Dan enak sekali rasanya. Perpaduan rasa dingin, manis dan rasa biskuit itu sendiri. Sederhana, tapi benar-benar nikmat.  Setelah selesai mengajar, aku memesan lagi es biskuit itu kepada anak-anak itu.

Kami benar-benar takjub dengan es biskuit itu, dan berniat membuatnya sendiri. Sesampainya di kenanga, aku dan Morin pergi ke rumah mama Dara, seorang Ibu muda yang sudah akrab dengan kami, yang juga wali murid di SDN 1 Labuan Kenanga. Kami pergi kesana menumpang membuat es, karena ditempatnya ada kulkas yang baru beberapa minggu dia beli. Di desa Labuan Kenanga, memang sudah ada listrik yang tersambung selama 24 jam baru-baru ini. Morin sebelumnya sudah membeli 10 bungkus biskuit dan membawa stik es untuk membuat es ini. Aku dan Morin mencoba membuat es biskuit ini di rumah mama Dara, ditemani dengan mama Dara yang melihat apa yang kami kerjakan. Setelah didinginkan, di sore harinya, kami semua, termasuk mama Dara mencobanya bersama-sama es hasil buatan kami. Meskipun tidak sebaik es yang kami nikmati di Kawinda Nae tadi pagi, tapi sudah cukup mengobati rasa penasaran kami tentang es biskuit itu.

.....

Satu minggu berlalu ada kabar dari Morin. Mama Dara tertarik membuat sendiri es itu untuk dijual. Dan ternyata, es Biskuit ini laku keras di Kenanga. Dua minggu kemudian aku baru sempat bermain ke tempat Mama Dara untuk membeli es krim itu langsung. Dia menceritakan bahwa dia terinspirasi dari membuat es bersama kami waktu itu. Dia saat itu mengamati cara pembuatan es biskuit itu, dan mengevaluasinya diam-diam.  Dia memodifikasi air gula yang kami pakai dengan air susu, dan ditambah dengan sereal. Dia juga mengaku beberapa kali melakukan percobaan jumlah air yang dimasukkan ke dalam bungkus biskuit, sampai akhirnya mendapatkan takaran yang pas. Dia bercerita dengan semangat, tentang rencana-rencana pengembangan produk es-nya. Dia mengaku, untung pembuatan es ini bisa mencapai 90 ribu perharinya. Dia senang menyematkan julukan “Juragan Es” pada dirinya sekarang.

Alhamdulillah. Senang sekali mengetahui dan mendengar langsung cerita mama Dara ini. Ternyata beliau terinspirasi dari niat iseng kami saat itu. Inspirasi es biskuit bisa menjadi catatan baru untuk kami. Inspirasi, ternyata tidak selalu rumit. Hanya butuh Biskuit, Stik kayu, dan Iseng saja. :)

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua