Belajar bersama Alam

Erni Yunita Sari 14 April 2015

‘Bila seorang anak tidak bisa belajar dari cara kita mengajarkan sesuatu kepadanya, mungkin kitalah yang harus mengubah cara mengajar kita agar sesuai dengan cara belajar mereka. Tujuan seorang guru bukanlah menciptakan siswa-siswa  menurut pandangan kita, tapi mengembangkan siswa kita yang mampu menciptakan pandangan mereka sendiri.’

 

Pagi itu, hari rabu seperti rabu biasanya. Jadwal pelajaran untuk kelas V adalah mata pelajaran PKN. Mata pelajaran yang satu ini memang kadang terasa menjenuhkan jika kita tidak banyak melibatkan anak-anak untuk aktif dalam satu kegiatan tertentu. Akhirnya aku mengajak anak-anak untuk pergi ke tepi sungai silat.

“Oke, hari ini kita tidak akan belajar di dalam kelas. Kita akan belajar di sungai silaaat”kataku kepada anak-anak.

“Horeeeeee. Asiiiiikkk”anak-anak pun berteriak dan bersorak senang.

“Oke, tidak perlu membawa tas. Cukup ambil satu buku dan satu bolpoint, kita langsung ke sungai”aku mencoba memberikan instruksi dengan sedikit berteriak diantara kegaduhan mereka.

“aok buuuu.(iyaa buu)” jawab mereka serentak.

Merekapun saling berebut menuju sungai. Mereka memang mempunyai energy dan kecerdasan kinestetik yang luarbiasa. Dan akupun mengikuti langkah mereka sambil tergesa dari belakang. Aku selalu suka dengan moment seperti ini. Melihat keceriaan dengan tawa dan canda mereka, bagaikan candu yang selalu membuatku rindu untuk selalu ingin bertemu. Deru langkah mereka terdengar seperti nyanyian harmoni yang selalu menjadi cambuk penyemangat untukku. Aku pun tersenyum menyaksikan tingkah polah jagoan-jagoan kecilku.

         

Pelajaran PKn yang akan aku ajarkan kali ini adalah tentang kejujuran. Sesampainya di tepi sungai, aku memberikan instruksi kepada mereka.

“sekarang, cari tempat yang menurut kalian paling nyaman. Boleh dimanapun.”

“tau manjat pohon buk?”Tanya yudhi.

“tau dituk buk, ngemaik daun (boleh disini buk, bawa daun untuk alas)”Tanya welsi dan desmita.

“Tau meh. Semabak. (Boleh dong. Terserah)”jawabku.

Dan merekapun mencari tempat ternyaman mereka. Ada yang diatas perahu temple, ada yang manjat diatas pohon, ada yang berbaring dengan alas dedaunan, ada yang berada diantara semak-semak mencari keteduhan.

“sekarang, siapkan satu lembar kertas dan bolpoint ya. Cari posisi yang membuat kalian merasa palimg nyaman. Moleh baring, boleh dimanapun, tapi usahan tetap mendengar suara ibuk”

“aok buk (iya buk)” jawab mereka.

“Oke, sudah siap semua? Sekarang dilembar pertama tulis dosa-dosa yang pernah kalian lakukan selama 8 bulan ini.”Setelah sekitar 15 menit pun mereka selesai menuliskannya. Kemudian setelah itu aku meminta mereka untuk menuliskan hal-hal baik yang pernah mereka lakukan selama ini sebanyak-banyaknya. Mereka pun menuliskan semuanya dengan penuh semangat.

Setelah semua selesai, aku meminta relawan untuk menyebutkan satu kebaikan yang pernah mereka lakukan. Merekapun saling berebut untuk menyebutkan hal baik yang pernah mereka lakukan yang telah mereka tulis didalam kertas kebaikan tadi. Aku pun memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan satu persatu. Setelah semua menyebutkan kebaikan yang mereka lakukan, aku meminta lagi relawan yang mau menyabutkan dosa yang pernah mereka lakukan. Awalnya banyak anak yang tidak mau menyebutkannya.

“Nggak ah bu, kan ketahuan orang dosa yang udah kita lakukan”Kata junitus.

“Lha kenapa malu? Tadi menyebutkan kebaikan aja pada semangat semua kan.”Jawabku.

“iya kalo dosa kan ntar malu.”Jawab welsi.

“Oke, anggap aja ini sebagai pengakuan dosa kalian. Enggak di sebutkanpun tidak apa-apa. Karena kalian sudah melakukan pengakuan kesalahan yang telah kalian lakukan kedalam selembar kertas itu. Setelah ini, semoga kedepan kalian semua bisa memperbaiki diri dan tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan tersebut. Biar Tuhan nanti yang akan memberikan pengampunan.”Terangku kepada mereka.

“saya bu, mau membacakan dosa yang pernah saya lakukan.”Kata Yandi

“Iyak yandi, silahkan”

“Aku pernah melawan ibuk, tidak sekolah dan merokok buk.”Jawab yandi sambil menunduk.

“Oke, Luar Biasa! Yandi hebat! Tidak malu mengakui kesalahannya”kataku sambil tersenyum.

“aku juga buk, pernah bolos les dan pramuka” sahut paul.

Kemudian merekapun saling berebut menyebutkan kesalahan dan dosa-dosa yang pernah mereka lakukan, baik di sekolah maupun dirumah. Akhirnya aku meminta mereka untuk melipat kertas itu menjadi bentuk kapal. Dan kemudian bersama-sama menghanyutkannya di sungai silat.

Begitulah cara mereka belajar, terkadang ketika mereka tidak ‘disuruh’ untuk melakukan sesuatu malah dengan senang hati mereka melakukan hal baik tersebut. Dan memang mereka hanya butuh kesempatan dan kepercayaan. Kesempatan untuk menuangkan apa yang ada dalam pikiran mereka dan kepercayaan untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Dan belajar bersama alam memang selalu lebih efektif. Belajar bersama alam dan di alam selalu menyenangkan.Dan aku senang mengajar dan belajar bersama mereka.

Pengetahuan memang bukan sebagai sesuatu yang sudah jadi yang tinggal ditansfer dari guru ke murid. Tapi, pengetahuan adalah hasil KONSTRUKSI atau hasil TRANSFORMASI orang yang belajar.

 

“Aku seorang Guru. Guru adalah seorang pemimpin. Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku. Aku tidak berjalan diatas air, aku tidak membelah lautan.  Aku hanya mencintai anak-anak” (Marva Collins)

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua