Seperti Pak Azhari

Elvira Rosanty 21 September 2013

Pak Azhari namanya. Sudah mengajar di SD 2 Langkahan sejak tahun 2011. Belum lama memang, tapi dedikasi dan semangatnya sudah luar biasa menginspirasi layaknya guru yang sudah lama mengecap pahit manisnya dunia pendidikan. Sebelumnya beliau sudah pernah mengajar di sebuah Madrasah Ibtidaiyah di Langkahan sejak lulus SMA, saat situasi konflik masih terasa di Aceh Utara. Saat itu guru-guru PNS dilarang untuk pergi mengajar di sekolah, maka solusinya didatangkan guru-guru lulusan SMA, dan Pak Azhari adalah salah satunya.

Setamat SMA, beliau sudah berencana ingin merantau mengurus kebun, kekurangan biaya memaksanya menunda keinginan untuk berkuliah. Tetapi rezeki kemudian datang dalam bentuk tawaran untuk mengajar di Madrasah Ibtidaiyah. Pak Azhari muda saat itu cukup ragu menerima tawaran tersebut, ragu akan kemampuannya dalam mengajar. Namun keraguannya terkalahkan oleh semangatnya, beliau pun akhirnya mengajar di sana. Dengan segala kecerdasan, keramahan, keseriusan, dan ketegasan beliau, murid-murid pun dapat patuh kepadanya walaupun beliau hanya seorang guru baru lulusan SMA. Sekitar setahun setelah mengajar, kesempatan untuk berkuliah Diploma 2 datang. Tentu tak beliau sia-siakan, diambilnya kesempatan untuk kuliah di Kampus Panton Labu, di kecamatan tetangga.

Rezeki tak henti mendatangi Pak Azhari, selang beberapa lama beliau diangkat menjadi guru honor daerah (honda) dengan SK Bupati. Begitulah terus ketekunannya membuahkan hasil. Beliau pernah merasakan gaji hanya Rp 100.000, lalu naik menjadi Rp 250.000, sampai sekarang beliau sudah menyelesaikan studi S1 dan sudah berstatus PNS. Yang membuat beliau istimewa saat ini adalah, beliau adalah satu-satunya guru di SD 2 Langkahan yang lulus Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun ini dan sekarang sedang menjalani proses sertifikasi di Banda Aceh.

Pak Azhari mungkin adalah satu-satunya guru yang tidak pernah datang terlambat ke sekolah, selalu tepat waktu menekan bel sekolah atau memukul lonceng jika listrik sedang tidak ada. Kelas beliau penuh dengan alat-alat peraga sederhana yang beliau buat sendiri dari bahan seadanya. Anak-anak didiknya selalu menantikan kehadirannya, karena beliau tidak pernah membolos dengan alasan yang kurang penting. Murid-murid kelasnya terbiasa hidup disiplin di sekolah, karena beliau tidak pernah lupa mengajak mereka baris di depan kelas sebelum masuk, lalu mengaji sesudahnya. Setiap minggu beliau selalu mengajak murid-murid untuk kerja bakti memungut sampah dan membersihkan selokan.

Beliau sudah memiliki sebuah laptop, tidak lain karena beliau merasa pengetahuan teknologi itu penting. Hal itu pun membuat beliau selalu dipercaya untuk mengurus segala sesuatu yang membutuhkan komputer selain operator sekolah. Beliau memanfaatkan pengetahuannya tentang komputer untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), program semester dan program tahunan untuk kelasnya, bahkan sampai menyusun jadwal pelajaran sekolah. Rasa keingintahuannya sangat tinggi, beliau tidak pernah berhenti bertanya dan belajar sesuatu yang baru.

Selama sepuluh bulan saya bertugas, saya mengenal Pak Azhari sebagai sosok tauladan di sekolah, umurnya masih muda tapi sikapnya sungguh peduli dan berpengalaman, peduli terhadap pendidikan, peduli terhadap sekolahnya, dan peduli terhadap anak-anak didiknya. Bahkan beberapa hari yang lalu saat beliau mengetahui harus pergi selama 12 hari ke Banda Aceh untuk sertifikasi, beliau sempat kelimpungan luar biasa karena terpaksa meninggalkan anak muridnya dan tak mengajar. Sungguh sangat patut dicontoh. Mari doakan Pak Azhari agar beliau sukses sertifikasi, yang mana beliau memang pantas mendapatkannya, menjadi seorang guru yang benar-benar berdedikasi dan sosok panutan bagi kolega dan murid-muridnya. Mari selalu menerangi.... seperti Pak Azhari.


Cerita Lainnya

Lihat Semua