Gantunglah Cita-citamu Setinggi .... Pohon?

Elvira Rosanty 23 Agustus 2013

Enam tahun belajar, tiga hari ujian, mungkin itu yang ada di pikiran mereka. Mereka murid-murid kelas 6 SD 2 Langkahan yang saat itu akan menempuh Ujian Nasional. Ketika saya bertanya bagaimana perasaan mereka menjelang Ujian Nasional, macam-macam jawabnya.

“Kalau tidak lulus, saya akan mengulangi lagi setahun disini. Kan tidak apa-apa saya jadi bisa belajar lebih banyak lagi”.

“Saya mau lulus, Buk. Saya sudah sekolah delapan tahun disini”.

Ada-ada saja jawabnya.

Lalu saya tanyakan apa saja ketakutan mereka menjelang Ujian Nasional. Saya meminta mereka menuliskannya di sebuah kertas. Macam-macam pula ketakutannya.

Tapi kata orang, ketakutan itu berasal dari diri sendiri, maka buanglah ketakutan itu sejauh-jauhnya. Saya siapkan sebuah tong sampah di dalam kelas. Tong sampah ya untuk membuang sampah, bukan? Dan ketakutan itu adalah sampah. Saya meminta anak-anak untuk maju satu persatu ke depan kelas dan teriak sekuat mungkin “Saya pasti lulus!” sambil melempar ketakutan yang mereka tuangkan dalam sebuah tulisan di kertas ke dalam tong sampah. Maka, itu berarti ketakutan telah dibuang jauh-jauh dari pikiran mereka.

Ketakutan telah dibuang, maka sekarang saatnya pengharapan dan cita-cita ditampakkan. Lagi, kata orang, gantunglah cita-citamu setinggi langit. Saya meminta mereka untuk menuliskan lagi harapan dan cita-cita mereka menjelang Ujian Nasional dan setelahnya, lalu mengikatnya dengan tali dan digantungkan. Digantung di langit? Bukan, cukup di pohon saja supaya tampak, hehehe..

Maka, inilah pohon harapan kami. Di pucuk-pucuk daun, di sela-sela ranting kami menggantungkan harapan kami. Semoga cita-cita kami tercapai setinggi pohon yang menjulang, dan tak goyah diterpa angin kencang.


Cerita Lainnya

Lihat Semua