Titik-titik kecil perubahan Wajah Pendidikan Yapen Papua

Elrizky Jazwan Komri 9 Januari 2017

Menjadi seorang Pengajar Muda dari Gerakan Indonesia Mengajar membuatku menjadi seorang pembelajar yang harus dapat menyisipkan sekecil apapun perubahan di daerah penempatan. “You are alone, you face all challenge. Alone !”   Jangan dikira, menjadi seorang Pengajar Muda, kalian akan diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat, tidak, justru yang akan kalian hadapi adalah realitas kehidupan yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya. Ditempatkan di Kabupaten Kepulauan Yapen, bagian utara dari provinsi Papua. Kabupaten Yapen memiliki jumlah penduduk 85.000 lebih jiwa, Yapen atau Japen berarti keladi atau talas, sehingga pulau Yapen dapat bermakna sebagai pulau keladi. Pemberi nama pulau ini adalah orang Biak Papua yang pada awal menginjak kakinya di pulau ini terkesan oleh hamparan tanaman keladi. Tujuh bulan ditempatkan di Yapen, membuatku bersyukur bahwa filosofi terus bekerja pasti akan menuai sebuah perubahan. Tujuh bulan aku beserta ketujuh PM yang ditempatkan di Kepulauan Yapen Papua ini, sedikit demi sedikit menuai gumpalan-gumpalan perubahan pendidikan yang lebih baik untuk Yapen di 5 tahun kedepan. Aku sendiri ditempatkan di Kampung Marau di Distrik Yapen Barat. Waktu tempo perjalanan antara Serui (Ibukota Kabupaten) dan Marau, bila menggunakan perahu kecil dengan mesin motor 15 PK mencapai 4 jam perjalanan. Juni 2016 itulah awal ceritaku di kampung Marau, sesampainya di kampung Marau, otakku langsung berpikir, untuk memetakan pemangku kepentingan yang ada di Marau, seperti Kepala Sekolah, Guru, Kepala Kampung dan pimpinan jemaat gereja. “Bagaimana aku dapat membuat perubahan besar di kampung ini untuk pendidikan? Sedangkan waktu penugasanku hanya satu tahun? “ begitulah pertanyaan dasar yang aku rasakan ketika awal-awal aku berada di kampung Marau. Mimpi yang besar perlu usaha besar dan dampaknya akan besar begitupun sebaliknya. Gumamku berkata dalam hati, “ini masyarakat kampung sudah sangat bersemangat untuk melihat perubahan perilaku pendidikan, akupun harus semangat 200% !” sejak awal akupun sudah tancap gas untuk terus mengejar perubahan-perubahan untuk SD YPK Solagratia Marau. Awal Juni 2016 Pengajar Muda Marau mulai menginisiasi perumusan Visi dan Misi serta tujuan sekolah bersama dengan Kepala sekolah dan Guru di SD YPK Marau. Akhirnya, visi dan misi serta tujuan disepakati dan dimasukkan kedalam dokumen sekolah. Tidak main-main, visi sekolah SD ini adalah SD YPK Solagratia Marau unggul di Bidang Akademik, Seni dan Olahraga di Distrik Yapen Barat pada tahun 2021. Pekerjaan PM menjadi bertambah berat, karena visi sekolah yang sangat holistik dan komprehensif. Ini menjadi tantangan untuk PM untuk terus bekerja dan mendorong kepala sekolah, guru-guru, kepala kampung, pimpinan jemaat gereja dan masyarakat kampung untuk sama-sama bekerja. Tantangan ini tidak membuatku takut, justru aku menaikkan semangatku menjadi 500% ibarat motor, aku ganti mesin dan aku membuka cakrawala dunia pendidikan yang lebih kreatif dan inovatif. Aku mulai menyusun target-target selama aku penempatan, aku tahu dengan mimpiku yang sangat besar ini, aku rawan sekali patah dan mudah dikecewakan, aku tahu itu. Tapi aku tidak peduli, inilah ladang sekolah kepemimpinanku dan proses pembelajaran untuk aku lebih memahami orang. Karena pada dasarnya semua orang ingin didengar, dilihat dan diberdayakan. Rencana memang sekedar rencana, tapi Rencana-NYA tidak pernah bisa kita hindarkan, ditengah euforia perubahan yang aku kejar bersama dengan kepala sekolah dan dewan guru, Juli 2016 tepat tanggal 1 syawal (lebaran idul fitri) aku ditelfon oleh keluarga untuk sesegera mungkin pulang ke Muara Enim karena kondisi ayahku sudah sangat kritis. Semangatku yang tadinya 500 % langsung hancur tak tersisa, kebingungan, kepanikan yang aku alami untuk mencari hubungan agar aku bisa pulang ke Muara Enim, pembaca bisa bayangkan sendiri, jarak antara Papua dan Sumatera hampir mencapai 5000 km, tidak ada kesiapan apapun yang aku siapkan, tiket atau jadwal kapal, mana aku tahu. Hampir-hampir aku putus asa, tapi Alloh tidak pernah menguji manusia diatas kemampuan manusia, ketujuh Pengajar Muda menemaniku untuk mencari hubungan pulang, tidak disangka ada kapal yang malam ini menuju ke Biak, akupun langsung naik ke kapal itu, diantar oleh PM dan ibu Rina Tanawani (orang dinas pendidikan), sesampainya di Biak, akupun belum booking tiket pesawat, keajaiban itu datang, tepat satu jam sebelum keberangkatan pesawat, ada 1 tiket yang mengalami cancel. Singkat cerita sampailah aku di tanah sumatera pada kamis malam, dan tepat pada hari Sabtu, ayahku dipanggil oleh sang Khalik. Satu bulan aku berada di rumah ditemani oleh Pengajar Muda Muara Enim, sempat terpikir olehku untuk mundur menjadi seorang Pengajar Muda, tapi pikiranku itu dimentahkan sendiri oleh keluargaku dan PM di Muaraenim. ”justru kalau kamu berhenti menjadi PM itu akan membuat ayah menjadi bertambah sedih di alam sana.” Kata ibuku saat menasehatiku. Kurajut kembali asa dan nyala api harapan untuk kembali mengabdi di tanah Papua, akupun sering ditelfon oleh PM di Yapen untuk segera kembali mengabdi. Agustus 2016 aku kembali ke Yapen, aku tidak boleh bersedih dan harus sesegera mungkin kembali bersemangat. Aku disambut hangat kembali oleh warga kampung, semangatku kembali mejadi 500%. Dibulan Agustus PM bersama dengan guru melatih anak-anak untuk rutin melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dan PM aktif berdiskusi dengan kepala kampung untuk kegiatan pengembangan masyarakat di kampung Marau. Hasilnya, sampai hari ini, setiap hari senin di minggu berjalan, kami terus rutin melaksanakan upacara bendera. September 2016, kami semua fokus untuk membuat dan  menata taman-taman cantik di halaman sekolah dan membuat TPA sampah  di halaman belakang sekolah. Oktober 2016, PM menginisiasi kegiatan diskusi dengan mitra langsung di kampung penempatan untuk membahas dokumen masterplan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) Solagratia Marau 5 tahun kedepan, kegiatan diskusi ini dihadiri oleh Kepala UPTD Dinas Pendidikan Distrik Yapen Barat, Kepala Sekolah, Guru, Pendeta, kepala jemaat gereja, orang tua murid dan kepala kampung. Hasil dari pertemuan ini adalah membahas perencanaan program sekolah terkait dengan 8 standar penilaian dan pendanaan sekolah. Untuk pendanaan sekolah, kepala kampung sepakat untuk menyertakan beberapa program sekolah untuk dijadikan program kampung, seperti 1 hari listrik di sekolah, kegiatan senam sehat kampung dan penyediaan buku-buku pelajaran untuk siswa SD. Ini menjadi kabar baik bahwa, masih banyak orang yang peduli dengan pendidikan. Di bulan oktober, sudah mulai digalakkan senam pagi sehat setiap hari sabtu di SD ini. November 2016 PM bersama dengan dewan guru beserta masyarakat mulai membentuk rumah baca darurat “Manu Anyau” manu itu rumah dan anyau itu bijaksana, jadi Manu Anyau adalah Rumah yang Bijkasana, lokasi berada di rumah kepala sekolah sendiri. Di bulan ini juga, hasil dari terus bekerja, terutama di bidang pengajaran calistung yang selama ini masih menjadi tantangan bersama, mulai menuai keberhasilan, anak-anak sudah bisa membaca dengan baik, kunci keberhasilan dari pembelajaran calistung ini adalah pengenalan metode kreatif dalam pembelajaran, seperti tepuk-tepuk, menyanyi bersama dan apresiasi ke siswa. Di bulan Desember 2016 kami semua melaksanakan Ulangan umum semester gasal, untuk pertama kalinya ulangan dilaksanakan serentak dan menggunakan lembar soal yang sama, hal ini tidak terlepas dari keinginan kepala sekolah dan dewan guru untuk berubah yang lebih baik.

Kunci keberhasilan Pengajar Muda diterima dengan baik di kampung penempatan:

·         Komunikasi lugas, rutin dan saling kooperatif dengan kepala sekolah

·         Mendengarkan cerita dewan guru dan melakukan sesuatu yang berdampak

·         Membangun komunikasi rutin dengan gereja dan kepala kampong

·         Mengobrol setiap sore dengan wali murid yang sangat vocal di masyarakat

·         Tidak mudah patah dan selalu tersenyum

·         Catatan selalu standby dan kerja mengajak warga kampung, apapun itu.

Demikianlah ceritaku selama tujuh bulan selama di penempatan. Masalah akan terus selalu ada di dunia pendidikan, tugas kita semua adalah ikut turun tangan menyelesaikan pendidikan, karena pendidikan adalah kunci utama dari perubahan peradaban manusia. Karena selalu dalam pikirku ketika melaksanakan pengabdian ini adalah “Kitong Bisa, Kitong Yakin, Kitong Yapen

Serui, 9 Desember 2017

 

Pengajar Muda Yapen

Elrizky Jazwan


Cerita Lainnya

Lihat Semua