info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Kembalikan Anak Ke Sekolah

Eko Susanto 6 Mei 2014

Liburan sekolah merupakan hari yang sangat di nanti oleh semua anak sekolah termasuk siswa-siswi SD Kristen Wadankou, Kecamatan Molu Maru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Sebuah desa di ujung pulau Tanimbar ini terdapat satu buah sekolah dasar bernama SD Kristen Wadankou, sekitar 121 anak bangsa ini menuntut ilmu disana. Sama seperti anak-anak sekolah di kota-kota besar lainnya, ketika musim liburan sekolah datang mereka sangat senang. Karena saat liburan ini dapat mereka gunakan untuk bermain, berlibur, rekreasi bersama keluarga, ataupun hal-hal menarik lainnya. Demikian pula anak-anak di desa Wadankou, meski mereka tidak dapat berlibur ke tempat-tempat wisata seperti yang ada di kota-kota besar lainnya namun mereka dapat berlibur dengan cara mereka sendiri, seperti ada yang mengail, tidur di rumah-rumah kebun bersama keluarganya, bahkan ikut membantu orang tua mereka budi daya rumput laut di rumah kebun sebelah desa- Wunlah lama namanya. Wunlah lama ini merupakan salah satu desa di Maluku Tenggara Barat di pulau Molu pada zaman dahulu, namun sekarang desa itu pindah ke pulau Yamdena atau di kecamatan lain (Kecamatan Wuarlabobar), dan sekarang tempat desa yang di tinggalkan itu menjadi tempat berkebun atau budi daya rumput laut penduduk desa Wadankou, mereka menyebutnya Wunlah lama. Untuk mencapai tempat itu dari desa Wadankou, kita harus menyebrangi teluk makanya diperlukan sampan, motor laut atau speed boat  sekitar 30-45 menit. Penduduk desa Wadankou sangat banyak yang berkebun disana karena tempatnya yang sangat banyak potensi sumber daya alam baik itu ikan laut, rumput laut, bahkan hasil hutannya.

Di balik potensinya yang luar biasa itu, terdapat dampak negatif terhadap dunia pendidikan di Desa. Penduduk di desa biasanya berangkat ke Wunlah Lama pada hari Minggu setelah ibadah di Gereja karena mayoritas penduduk desa beragama Kristen Protestan. Dan mereka biasa pulang ke desa pada hari Sabtu sore untuk persiapan ibadah hari Minggu. Dari pola kehidupan masyarakat berkebun di Wunlah Lama inilah, akhirnya banyak anak-anak sekolah yang menjadi korban. Mereka di ajak bersama orang tuanya untuk pergi berkebun sehingga mereka tidak masuk sekolah berhari-hari. Selain di Wunlah Lama juga banyak anak-anak yang di ajak orang tuanya untuk pergi berkebun, dengan alasan kalau di tinggal di desa mereka tidak ada yang mengurus kehidupannya. Puncaknya adalah pada saat liburan sekolah semester ganjil kemarin, banyak anak-anak yang ikut orang tua mereka untuk pergi ke rumah-rumah kebun di sekitar desa termasuk di Wunlah Lama. Berhari-hari mereka ikut tinggal orang tua mereka di rumah kebun untuk mencari rizki, sampai akhirnya saat masuk sekolah semester genappun tiba. Dan faktanya di sekolah saat hari pertama masuk sekolah hanya terdapat beberapa anak saja yang masuk sekolah karena banyak anak yang masih belum kembali dari rumah kebun. Keadaan ini berlangsung selama kurang lebih seminggu. Akhirnya sayapun berfikir bagaimana agar keadaan ini tidak berlarut-larut dan tidak menjadi tradisi di desa. Setelah berdiskusi dengan bapak piara yang kebetulan menjadi salah satu Majelis Gereja sekaligus Sekretaris desa tentang kondisi sekolah, akhirnya satu solusi muncul. Melalui gereja bersama anggota Majelis Gereja dan Ibu Pendeta saat selesai ibadah minggu, akhirnya semua Jemaat di berikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak-anak. Dan Ibu Pendeta selaku ketua Yayasan sekaligus Ketua Jemaat di desa menyampaikan kepada semua orang tua agar mengembalikan anak-anak mereka ke sekolah, dan tidak mengajak anak-anak mereka ke rumah-rumah kebun. Setelah pertemuan itu akhirnya terjadi sebuah perubahan yang signifikan, anak-anak sekolah sudah mulai masuk ke sekolah dan tidak ikut pergi ke rumah-rumah kebun lagi. Bahkan beberapa orang tua ada yang mengantarkan anaknya secara langsung sampai ke gerbang sekolah. Sebuah perubahan yang baik tentunya, melihat kepedulian masyarakat terhadap dunia pendidikan, semoga hal ini akan terus terjadi sampai kapanpun demi kemajuan pendidikan bangsa ini.


Cerita Lainnya

Lihat Semua