Simfoni untuk Bunda

Doni Purnawi Hardiyanto 12 Juni 2015

”Setiap anak itu berbeda dan setiap anak itu memiliki kecerdasan masing-masing dan setiap anak adalah anugerah yang luar biasa.”

Salah satu materi yang saya dapatkan saat training menjadi pengajar muda bersama Pak Munif Khatib penulis buku sekolahnya manusia mengubah pola pikirku untuk memandang anak-anak dalam sudut pandang yang lebih luas. Saya percaya bahwa setiap anak itu memiliki dunia yang dikuasinya sendiri, mereka akan menjadi seorang raja dalam dunia yang dimilikinya. Oleh karena itulah anak dilahirkan dengan sebuah keajaibannya masing-masing.

Di desa tempat dimana saya diberikan kesempatan untuk belajar tentang kehidupan ternyata banyak hal perlu saya sampaikan tentang sudut pandang orang tua dalam  memahami anak-anaknya. Beberapa kali saat saya bertemu dengan wali murid, mereka selalu berpesan untuk memberi hukuman jika anak-anaknya bodoh di sekolah. Kata-kata bodoh ini saya dengar saat orang tua merasa tidak puas dengan hasil yang didapatkan dari anaknya. Seperti contoh saat anak-anak mendapatkan nilai matematika rendah, belum bisa perkalian, kesulitan membaca dengan lancar sering kali divonis sebagai anak yang bodoh. Terkadang tidak hanya orang tua, beberapa kali secara tidak sengaja beberapa guru terucap hal yang sama.

Berawal dari sebuah tingkah lucu siswa kelas dua bersama kakak kelasnya yang memainkan rabbana dan salah satu siswa menari dan satunya berdendang dengan lagu lombok. Bisa dikatakan kebanyakan siswa di SDN Oi Marai memiliki energi yang sangat berlebih dalam hal gerak, dan saya pun setelah beberapa kali melakukan pengamatan dari kegiatan belajar dan les ternyata kebanyakan anak-anak yang begitu aktif dan memiliki kecerdasan gerak. Mereka sangat cepat menerima materi jika dilakukan berupa gerak. Hal inilah yang membuat saya kembali bernostalgia tentang dimana saat sekolah dasar saya menjadi siswa yang aktif dan disalurkan dalam tarian.Tari yang saya kenal pertama kali adalah tari din din ba din din yang berasal dari Sumatera Barat. Akhirnya saya mencoba mengenalkan mereka dengan budaya dari daerah lain melalui tarian din din ba din din.

Pada saat itu, awalnya saya hanya melakukan latihan sekedar mengisi waktu luang mereka dan mencoba mengingat gerakan yang sudah lama tidak pernah dipraktekan kembali. Salah satu guru penggerak di Oi Marai, Ibu Salmah ternyata mengikuti perjalanan latihan yang hanya sekedar mengisi waktu dan secara sembunyi mendaftarkan sekolah untuk tampil di acara Bulan Bakti Gotong Royong (BBGR) di kecamatan. Kehadiran Ibu Salmah menjadi semangat anak-anak untuk terus latihan dalam mempersiapkan BBGR. Waktu yang hanya +_ tiga hari, anak-anak mampu menangkap bentuk tarian dan dengan indah menampilkan di depan Bupati.

Kegiatan BBGR menjadi awal dimana Ibu Salmah sangat aktif dan senang dengan hal seni, dan Ibu salmah mempunyai impian untuk bisa menampilkan tarian bahkan seni lain dari anak-anak disuatu kegiatan dimana nanti orang tua akan berkumpul. Latihan bersama anak-anak terus dilakukan, dimana pada awalnya hanya latihan di waktu-waktu tertentu, setelah BBGR anak-anak selalu meminta latihan sehingga dilakukan latihan dua kali seminggu dan saya mencoba mencari tarian yang pernah saya lakukan di saat sekolah dasar, dan saya menemukan yaitu tari cindai.

Latihan yang rutin kami lakukan pada saat itu, menarik perhatian salah satu pemuda desa yang saat ini menjadi guru sastra di SDN Oi Marai. Kedatangan pemuda yang aktif mengajarkan beberapa anak-anak membaca puisi  pada saat kami latihan menjadikan sebuah pertemuan yang membuat sebuah konsep yang ingin menunjukan bahwa anak-anak Oi Marai itu mempunyai sesuatu hal yang luar biasa. Akhirnya Ibu Salmah, Pak Ahlis dan saya mencoba mengkonsepkan sebuah pertunjukan seni yang akan menjadi persembahan anak untuk orang tuanya. Dalam hal ini kami sepakat akan mengadakan Simfoni untuk bunda, sebuah pertunjukan seni anak-anak untuk sang bunda dan ayah.

Kegiatan yang awalnya akan dilaksanakan di bulan Mei dalam rangka memperingati hari pendidikan saat itu, akhirnya tertunda karena semakin banyak anak-anak yang ingin menampilkan diri di depan orang tua mereka. Beberapa siswa ini adalah siswa ketika di dalam kelas kurang aktif dan belum bisa membaca dengan lancar.  Arifmansyah atau lebih akrab dipanggil Sadam adalah salah satu siswa di SDN Oi Marai yang mempunyai bakat secara alami dalam seni membaca puisi. Ketika di dalam kelas biasanya Sadam adalah siswa yang selalu lambat dalam menerima pelajaran dan selalu paling terakhir saat menulis. Namun saat kami sedang mencari siswa yang ingin menampilkan puisi di depan orang tuanya, Sadam mengacungkan tangannya pertama kali dan langsung mempraktekan latihan yang selama ini dia lakukan bersama Pak Ahlis tanpa diketahui teman-temannya. Pertunjukan dadakan Sadam sangat memukau dan membuat siswa lain ingin ikut tampil membawakan puisi. Salah satu siswa yang terus menerus ingin tampil adalah Zulkarnain, siswa kelas IV yang pada awalnya belum bisa membaca dengan lancar. Zul berjanji sudah bisa membaca dengan lancar dan bisa menampilkan puisi dengan baik saat malam seni. 

Persiapan yang membutuhkan waktu yang cukup banyak ini, akhirnya dapat dilaksanakan di bulan Juni, dalam rangka memperingati hari anak internasional.  Anak-anak ingin menampilkan karya terbaik mereka di depan orang tua. Sebuah pertunjukan tari, puisi, drama dan dance dikemas dalam malam seni “Simfoni untuk bunda”. Disini selain menampilan pertunjukan dari anak-anak mereka, saya mencoba untuk menyampaikan bahwa anak-anak mereka adalah bintang, dan mereka cerdas pada bidangnya. Orang tua sangat bahagia bisa melihat anak-anak mereka dengan aktif bergerak dan tampil di depan mereka, tidak hanya anak-anak yang tampil disini juga anak-anak mengajak orang tua mereka untuk menari bersama sebagai sebuah ikatan bahwa pendidikan di sekolah tidak akan pernah terlepas dari peran orang tua. Orang tua berjanji untuk tidak lagi mengatakan hal-hal kelemahan anak-anak mereka, mereka sudah mulai memahami bahwa anak-anak mereka adalah anugerah yang luar biasa.

Gengaman tangan anak-anak saat mereka mengajak orang tua menunjukan pada saya bahwa anak-anak SDN Oi Marai adalah sebuah bintang yang saat ini mungkin belum terlalu terang, namun saya percaya bintang tersebut akan segera terang dan mampu memberi cahaya kebahagiaan untuk orang-orang sekitarnya dimasa yang akan datang. Sama halnya saat mereka anak-anak luar biasa ini telah memberikan kebahagiaan yang luar biasa pada saya dibeberapa hari terakhir masa penugasan saya di Oi Marai Tambora. Terima kasih anak-anakku, kalian telah memberikan karya terbaik kepada kedua orang tua. Satu malam yang membuat canda tawa orang tua, satu malam yang mengubah sudut pandang tentang pemahaman bahwa anak adalah bintang.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua