"BILO sang Pahlawan Sampah"

Doni Purnawi Hardiyanto 7 Mei 2015

Bilo merupakan salah satu singkatan dari Bima-Lombok untuk menyatukan suku di dalam keluarga. Biasanya nama Bilo akan muncul dari keluarga yang memiliki dua suku ini. Namun ini bukan soal nama, ini cerita mengenai persatuan diantara dua bocah Bima dan Lombok yang berjuang untuk menghancurkan para monster plastik yang berkeliaran di sekolah.

Saat ada siswa hanya bisa makan dan membuang sampah sembarangan, berbeda dengan dua siswa ini. Meskipun mereka berdua berbeda kelas dan suku mereka sangat akrab dan saling bekerja sama untuk memungut monster-monster jahat yang berkeliaran di halaman sekolah untuk dibuang ke dalam kotak penghancuran.

Mereka berdua adalah Iwe siswi kelas satu dan Dewi siswi kelas dua. Kedua siswa ini memiliki kebiasaan positif yang sama yaitu menyukai kegiatan kebersihan. Dewi yang selalu suka menyapu baik dalam tugas sebagai piket ataupun tidak sebelum pulang sekolah biasanya Dewi selalu menyapu ruangan. Sedangkan Iwe adalah siswi yang biasanya sangat aktif ketika di dalam kelas, sehingga terkadang energi yang berlebih itu harus dikendalikan terlebih dahulu sebelum dia masuk ke dalam kelas.

Kamis pagi, setelah beberapa hari tidak ada pengontrolan dan operasi semut keliling, sudah banyak monster-monster plastik yang biasanya anak-anak katakan jika melihat sampah di halaman sekolah. Sampah kali ini kebayakan sudah mulai basah karena hujan beberapa hari sehingga saya  mengajak beberapa siswa kelas dua yang kebetulan sedang olahraga dan Iwe yang belum bisa masuk karena energi yang berlebih. Hal ini akhirnya saya ambil  untuk melakukan operasi semut melawan monster plastik.

Awalnya saya hanya mengintruksikan untuk memungut sampah di area halaman sekolah dan dekat bak sampah, beberapa siswa sudah mulai kecapekan saat mengambil sampah. Berbeda dengan dua siswa asal Bilo ini, mereka berdua sangat kompak mencari sampah bahkan di luar area yang sudah saya tentukan. Sampah yang dicari begitu banyak dan mereka bahkan tidak henti-hentinya terus mencari sampah atau monster plastik tersebut untuk segera dihancurkan di kolam api yang sudah saya buat.

“ Pak kalau sampah plastiknya dikumpulin terus dibakar, sekolah kita jadi bersih ya”, ucap Iwe sambil menarik ingus dari hidungnya.

“Ya nih, bersih dan tidak ada kuman jadi kita sehat”, balas Dewi spontan saat Iwe masih memberisihkan hidungnya.

Mereka berdua kembali tersenyum dan sambil menunjuk sebuah tempat dan meminta izin kepada saya, bahwa mereka mau mengambil sampah ke arah yang mereka tunjuk.

Saat ini sampah bukan lagi soal siapa yang membuangnya namun untuk bisa menjaga lingkungan dari bahaya sampah maka sekarang mulai membiasakan diri untuk peduli dan berteman dengan sampah. Mereka tersenyum saat mengambil dan membersihkan halaman dari sampah-sampah yang berserakan, setidaknya dua bocah luar biasa ini tidak mengeluh akan sampah dan bahkan mereka tertawa lepas saat akan melepaskan monster plastik tersebut ke dalam kolam api yang siap melelehkan monster tersebut.

 

askhhajjjajjhahahlzldkdhksdbkzdhisdhisdh

Cerita Lainnya

Lihat Semua