Kisah Inspiratif dari Kampung Halamanku
Darwin Achmad Nursamsur 17 Desember 2017Kisah Inspiratif – Genap enam bulan, saya telah meninggalkan tempat yang saya sebut kampung halaman di Kalimantan Selatan. Ya kampung halaman, karena saya lahir dan besar di Jakarta sehingga saya tidak memiliki kampung halaman, namun pengalaman menjadi Pengajar Muda selama satu tahun di kabupaten Hulu Sungai Selatan telah banyak mengajarkan saya tentang makna rumah dan kampung halaman. Tak banyak yang saya lakukan untuk mereka, malah sebaliknya yang saya terima sehingga saat ini saya merasa kehilangan dan dirundung rindu ingin kembali ke kampung halaman saya di sana. Tak sabar rasanya saya ingin mendengar kisah inspiratif dari orang-orang yang saya cintai di sana, sekaligus mencurahkan rasa rindu kepada keluarga, teman, murid, dan alam di sana.
Pagi di awal bulan November kala itu sedang turun hujan, saya pun bergegas menginjak tuas gas kendaraan yang saya gunakan menuju kantor. Tak lama ponsel saya menyala tanda ada pesan yang masuk, saya pun membukanya “Win, akan ada RUBI di HSS, kamu datang kan ke sini? Kami rindu ingin melihatmu” (pesan ditulis dalam bahasa Banjar). Saya pun tertegun sesaat sekaligus bahagia mendengar bahwa akan datang para relawan RUBI (Ruang Berbagi Ilmu) ke HSS untuk membagikan ilmu kepada guru-guru di sana mengenai metode pengajaran yang kreatif. Sejurus kemudian, jari jemari saya pun mulai membalas pesan yang datang terlalu pagi itu “in shaa Allah bu, jika saya diijinkan oleh kantor. Karena sekarang karyawan baru tidak boleh banyak bolos dan cuti” kemudian percakapan pun berlanjut ke arah yang lebih luas, baik kabar pribadi maupun curhat urusan hati.
Singkat cerita, saya tidak bisa pergi ke HSS karena urusan pekerjaan yang mengharuskan saya tetap tinggal di Jakarta. Namun saya selalu berusaha membalas setiap pesan yang masuk ke ponsel saya, baik pesan yang berisi candaan, rayuan, dan masalah persiapan RUBI tentunya. Sejujurnya saya lebih tertarik untuk membalas lebih jauh tentang RUBI ini, karena dari situ saya dapat mengamati bahwa banyak perubahan positif yang terjadi di sana. Termasuk perubahan guru-guru di sana yang semakin hari semakin berani untuk tampil mengajarkan tentang metode pengajaran yang kreatif kepada guru-guru lainnya. Saya menyadari bahwa perubahan positif akan cepat terjadi jika masyarakat atau guru-guru di sana menerima dengan positif dan antusias, namun kali ini saya belajar hal baru dari kampung halaman saya. Di mana mereka bukan hanya menerima sesuatu dengan antusias dan positif, namun juga ingin melakukan lebih, dengan berkontribusi secara langsung sebagai relawan pemateri.
“Aku ingin guru-guru di sini juga semangat untuk mengajar murid dengan lebih kreatif, sehingga aku harus menjadi contoh bahwa orang daerah pun bisa menjadi pemateri seperti layaknya orang dari kota besar” tegas beliau menceritakan antusiasmenya dalam menyambut RUBI di HSS. Sejak saya di HSS, beliau memang selalu menjadi pelopor dalam berbagai bidang di dunia pendidikan, namun kali ini sungguh luar biasa. Karena beliau ingin menjadi role model atau contoh positif bagi guru-guru lain dalam melakukan perubahan. Persiapan materi untuk RUBI pun telah beliau persiapkan jauh-jauh hari, sesekali beliau bertanya kepada saya, apakah materi beliau relevan dengan kebutuhan guru di HSS? Namun apalah saya yang bukan seorang guru, sehingga saya selalu menjawab sekenanya sesuai dengan kapasitas ilmu yang saya miliki. Hingga tiba waktunya RUBI dihelat di HSS, dan beliau pun menyampaikan materi metode belajar kreatif dalam bahasa Banjar dengan lancar. Selapas acara beliau menghubungi dengan mengirim pesan singkat kepada saya “Alhamdulillah acara berjalan lancar win, semoga guru-guru dapat belajar dan menyerap ilmu dengan baik dari para relawan narasumber, sehingga kami dapat mendidik murid dengan lebih baik lagi” saya pun meng”ammiin”kan pesan singkat beliau sekaligus meminta gambar beliau bersama relawan RUBI lainnya agar saya dapat merasakan atmosfer semangat di sana.
Hal inilah yang saya rindukan dari kampung halaman saya, di mana semangat belajar mereka sangat tinggi dan sangat terbuka untuk setiap perubahan. Bahkan mereka tak segan untuk bertindak lebih demi kemajuan pendidikan di sana. Saya amat merasa bersyukur karena Tuhan telah menempatkan saya selama satu tahun di tempat yang dipenuhi oleh orang-orang yang positif dan berkeinginan untuk maju sehingga saya dapat belajar bagaimana proses adalah sebuah keharusan dalam hidup ini. Bagi saya, kampung halaman di sana adalah tempat belajar dan sumber ilmu pengetahuan di mana saya dapat harmonis dengan alam. Semoga suatu hari dapat kembali ke sana untuk langsung belajar dan bersilaturahmi. (Maaf saya tidak memberikan nama jelas pada cerita ini karena yang bersangkutan merasa keberatan jika namanya disebut) namun semoga tetap menginspirasi.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda