Sinar Harapan di Taman Baca Tamahena

Bella Moulina 6 Desember 2013

                “Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.”

                Saya mendapatkan kata mutiara di atas dari novel yang dijadikan film, Sang Pemimpi, lewat salah satu tokohnya, Arai. Ya berbicara tentang mimpi tidak akan pernah habis. Termasuk bertanya: “Apa mimpi kamu?”

                Adalah Ibu Ensri, rekan kerja saya sebagai guru di SD Inpres Onatali, beberapa waktu sebelum saya tiba di Onatali, sempat ditanya oleh Kak Nelly, PM 4 yang mengajar di SD sebelum saya masuk. Kak Nelly bertanya apa mimpi Ibu Ensri. Beliau menjawab: “Memiliki taman baca bagi anak-anak di sekitar rumah saya.”

                Keinginan beliau membuat saya tersentuh. Kenapa? Jarang sekali di jaman yang kata orang “siapa cepat dia dapat” ini ada orang yang berpikiran untuk berbagi dengan orang lain, apalagi kalau orang itu sudah nyaman dengan dirinya sendiri. Namun tidak dengan Ibu Ensri, ibu yang meski memiliki 6 anak ini tetap berpikiran untuk berbagi. Niatnya tulus, berbagi ilmu.     

                Sempat berdiskusi dengan Ibu Ensri, membuat saya semakin yakin Onatali beberapa tahun ke depan akan maju pesat. Ibu Ensri dengan lugas menyampaikan harapannya kepada saya agar anak-anak bisa mendapatkan ilmu tidak hanya di sekolah, tapi juga di luar sekolah. Ibu Ensri bahkan bermimpi taman baca bukan sekedar tempat membaca, namun juga tempat anak-anak belajar menulis, bahasa Inggris, dongeng, eksperimen sains, dan budaya Rote.

                “Anak-anak di sekitar rumah saya kebanyakan bermain kalau sore hari. Saya prihatin juga jika mereka kurang pengawasan orangtua jika banyak bermain. Saya ingin berbagi dengan mereka, agar pengetahuan mereka bertambah lewat buku, lewat ilmu yang ditransfer ke mereka.” Begitu kata Ibu Esnri pada suatu hari.

                Dalam waktu beberapa minggu sejak diskusi itu, saya mengajak Ibu Ensri untuk bertemu dengan pegiat Komunitas Anak Muda Rote Ndao (KAMU ROTE NDAO). Harapannya, Ibu Ensri bisa berkolaborasi dengan pegiat lokal juga. Tiga minggu setelah pertemuan dengan KAMU ROTE NDAO, niat Ibu Esnri semakin mantap. Ia mengumpulkan beberapa aktor lokal di sekitar rumahnya, ia berharap dukungan dari mereka agar cita-cita ini bukan hanya keinginan semata, tapi juga atas dasar kepedulian masyarakat. Usaha yang patut diacungi jempol menurut saya.

                Akhirnya pada 5 November 2013 lalu, Ibu Ensri berhasil mewujudkan impiannya. Berkolaborasi dengan KAMU ROTE NDAO dan masyarakat, sebuah taman baca bernama Tamahena itu pun terwujud. Tamahena merupakan nama pemberian dari Opa Edo, seorang Maneleo (kepala suku dari beberapa marga di Rote) yang juga masih keluarga Ibu Ensri, seorang budayawan Rote Tengah yang memiliki segudang cerita yang tidak cukup hanya didengarkan satu hari saja.

                Tamahena berasal dari bahasa Rote, artinya harapan kita. Sesuai dengan arti tersebut, taman baca ini diharapkan menjadi harapan anak-anak untuk menggali ilmu. Arti yang sarat makna bukan? Taman baca yang berasal dari niat tulus dari dalam diri itu kelak menjadi harapan bagi anak-anak yang ingin terus belajar dan belajar, menambah ilmu, dan menjadi kebanggan bagi orangtua mereka.

                Kini, taman baca Tamahena selalu ramai didatangi beberapa anak-anak, yang juga siswa/i SD Inpres Onatali. Disana mereka membaca buku. Saya melihat bahkan sebelum taman baca dibuka pukul 3, mereka sudah lebih dahulu datang. Ibu Ensri bahkan merelakan waktu tidurnya dalam membimbing anak-anak di taman baca, sekedar mengajak mereka berbicara, atau memberikan pelajaran les tambahan. Waktu berkunjung yang hanya 3 jam itu benar-benar dimanfaatkan anak-anak. Selasa, jum’at, dan minggu adalah waktu favorit yang dinantikan anak-anak, karena pada saat itulah mereka dapat membaca buku gratis. :’)

                Melihat Ibu Ensri memiliki taman baca, saya teringat kisah kecil saya yang juga memiliki taman baca di desa Nipah Panjang II. Taman baca yang berada disamping rumah itu juga membuat saya terpikirkan untuk mendirikan komunitas sekaligus taman baca bagi anak-anak di Jambi, yaitu Sahabat Ilmu Jambi (SIJ). Niat saya, relawan SIJ, dan Ibu Ensri tidak lebih dan tidak kurang, hanya ingin berbagi ilmu pengetahuan lewat membaca.

                Saat ini, taman baca tersebut telah mengadakan satu kegiatan. Pembelajaran bahasa Inggris setiap dua minggu sekali adalah kegiatannya. Saya didaulat Ibu Ensri untuk berbagi ilmu bahasa Inggris disana. Dengan senang hati saya sebagai sarjana Pendidikan Bahasa Inggris hadir setiap hari selasa sedari pukul 4 sore. Saya memotivasi anak-anak untuk semangat belajar bahasa Inggris, bermain dan belajar, serta aktivitas penambah ilmu lainnya. Harapannya kegiatan ini bisa diteruskan oleh aktor lokal lain ketika saya sudah tidak berada di Onatali lagi nanti. Ya, keberlanjutan adalah modal utama agar taman baca tidak terhenti.

                Taman baca yang dulunya warung kecil milik Ibu Ensri itu telah berubah menjadi tempat anak-anak mencari ilmu. Dindingnya yang berwarna biru dan setumpuk buku di rak menjadi pemandangan ketika kita masuk ke dalam taman baca itu. Pada tahun depan, kegiatan di taman baca Tamahena tidak hanya sekedar belajar bahasa Inggris, namun juga dongeng, eksperimen sains, atau kegiatan kepemudaan.

                Ibu Ensri, yang semangatnya selalu menggebu-gebu ketika berbicara mimpi dan pendidikan ini, menitipkan pesan kepada Pak Anies Baswedan beberapa waktu lalu di acara Kemah Pemuda Rote 2013. Ia ingin taman bacanya dapat difasilitasi oleh Indonesia Mengajar atau bahkan uluran tangan dari Pak Anies. Hingga kini Ibu Ensri berusaha menggalang buku dari teman-temannya dan donatur agar rak di taman baca tersebut terisi dan tidak melompong.

                Jika teman-teman ingin membantu Ibu Ensri dalam memfasilitasi buku, alat peraga pendidikan, atau permainan edukatif dapat menghubungi saya atau beliau. Mari buka hati untuk memberi. Mari berbagi ilmu lewat buku. Nyatakan pedulimu agar sinar harapan terus menyala di Taman Baca Tamahena!


Cerita Lainnya

Lihat Semua