Kenapa Jadi Pengajar Muda?

Bella Moulina 6 Desember 2013

                “Jadi pengajar muda memang tidak mudah, tetapi hidup sesungguhnya memang sesulit ini bukan? Jadi kenapa tidak memberi sekaligus membentuk diri?” - Hikmat Hardono -

                Beberapa waktu lalu, ketika Hari Guru Nasional diperingati, akun twitter @pengajarmuda bersama Bapak Hikmat Hardono, Direktur Indonesia Mengajar, memberikan penjelasan tentang Indonesia Mengajar. Sebelum saya menjawab pertanyaan dari judul tulisan di atas, ada baiknya teman-teman membaca konten twittalk yang telah dirangkum sedemikian rupa di bawah ini.

Q: Mengapa IM mengirim guru?

A: Cita-cita Indonesia Mengajar adalah seluruh masyarakat bergerak untuk memajukan pendidikan. Itu berarti bahwa tumbuh perilaku masyarakat yang kuat dan mandiri. Untuk membangun perilaku dibutuhkan penggerak yang intens dan bekerja nyata. Itu tidak mungkin hadir hanya karena buku atau pelatihan sesaat. Karena itu Indonesia Mengajar mengirim penggerak dalam tugas formal sebagai guru yang disebut Pengajar Muda. Guru sejatinya memang penggerak masyarakat.

Q: Bagaimana PM bisa menggerakkan masyarakat?

A: Cara menggerakkan yang paling mudah adalah dengan memberi contoh. Pengajar Muda hadir untuk memberi contoh dengan bekerja nyata yang dapat disaksikan kasat mata oleh masyarakat. Dan contoh harus diberikan intens, lama dan nyata. Karena itu Pengajar Muda bekerja setiap hari sepanjang tahun di desa dan kabupaten tersebut. Karena itu kualitas Pengajar Muda yang dicari adalah yang bisa memberi contoh dan kuat bekerja intens serta nyata. Uniknya kedua hal itu juga ciri kepemimpinan sejati.

Q: Apa pesan khusus bagi para PM?

A: Dengan menjadi Pengajar Muda, kita dilatih intens dan lama untuk terus berjuang dan jadi contoh nyata. Dilatih untuk sabar, tabah dan terus berjuang untuk kemajuan. Mendidik diri sendiri tidak pernah mudah dan nyaman. Tetapi demi masa depan, semua hal rumit harus berani kita lalui. Jadi Pengajar Muda memang tidak mudah, tetapi hidup sesungguhnya memang sesulit ini bukan? Jadi kenapa tidak memberi sekaligus membentuk diri?

Q: Apa yang diharapkan dari PM yang sudah selesai bertugas?

A: Pengajar Muda yang sudah kembali sesungguhnya telah memberi sekaligus membentuk diri. Karakter sudah dibentuk dan dicerna ketika mengabdi. Tidak perlu memberi beban kepada mereka. Tetapi mereka yang pernah memberi akan kecanduan untuk terus mengabdi. Mereka yang tabah membentuk diri, akan terus mengasah diri. Saya hanya berdoa, mereka terus sehat. Biarkan niat bersih dan cita-cita besar kita yang akan menjaga kita semua dan negeri ini ke depan.

                Menilik tulisan dari konten twittalk bersama Pak Hikmat di atas, kiranya saya dapat menjawab pertanyaan, yang mungkin bisa menghilangkan keraguan teman-teman untuk menjadi pengajar muda. Lantas, kenapa saya awalnya ingin menjadi pengajar muda?

                “Setelah saya membaca buku dan menonton film Laskar Pelangi, hati saya tergerak melihat perjuangan Ibu Muslimah dalam memberikan ilmu di tengah keterbatasan untuk 10 muridnya di SD Muhammadiyah Gantong, Belitong. Ternyata itu mengingatkan saya akan perjuangan meraih pendidikan di desa terpencil di Jambi, Nipah Panjang II. Waktu itu, untuk mendapatkan buku atau informasi lomba sangat minim. Saya tersentuh untuk memberi. Ya, menjadi guru adalah jawabannya. Selain memang karena saya seorang guru, saya juga ingin memberi sedikit apa yang saya miliki melalui pendidikan, terlebih lagi bentuk terima kasih kepada negara yang telah membuat saya seperti ini.”

                Apakah saat itu orang terdekat melarang atau bahkan menentang keinginan menjadi pengajar muda?

                “Mereka tidak ada yang melarang, tidak pula menentang jalan hidup saya. Hanya saja ada kekhawatiran yang timbul dari keluarga bagi anak perempuan satu-satunya ini untuk merantau di tanah orang yang jauh dari keluarga. Namun sejak itu pula saya berusaha meyakinkan orangtua agar saya diberi kepercayaan untuk daftar jadi pengajar muda. Perlahan-lahan saya mengubah diri lebih baik, sebagai bukti bahwa jika saya terpilih jadi pengajar muda, orangtua tidak ragu.”

                Setelah direstui oleh orangtua, apa yang membuat anda lebih yakin hidup anda akan lebih berarti setelah ikut program Indonesia Mengajar ini?

                “Niat tulus saya untuk berbagi melalui pendidikan di daerah yang bukan ‘jajahan’ saya adalah keyakinan penuh yang ada pada diri saya waktu itu. Tidak ada hal lain yang membuat saya ngebet jadi pengajar muda selain itu. Bagi saya, hidup saya terlalu nyaman di Jambi, saya sudah diberi banyak kemudahan oleh Allah Swt untuk meraih pendidikan yang saya inginkan yang telah mengubah karakter saya sekarang. Saya pikir, kenapa tidak saatnya saya yang kembali berbagi? Saya ingin benar-benar merasakan apa yang ditulis Gie dalam bukunya Catatan Seorang Demonstran, bahwa: “Mencintai Indonesia hanya dapat dilakukan jika kita benar-benar mengenal masyarakatnya lebih dekat.” Saya pun begitu.”

                Sekarang, setelah hampir 1 semester tahun pendidikan berhasil dilewati, apa yang anda peroleh dari program ini? Apa manfaat terbesar yang anda rasakan setelah menjadi pengajar muda?

                “Indonesia Mengajar change my life. Mungkin terdengar agak berlebihan, tapi memang itulah yang saya rasakan, apa adanya. Saya merasakan bahwa menjadi pengajar muda membuat hidup saya berubah lebih baik. Dari yang awalnya tidak bisa ini itu, eh jadi bisa. Awalnya tidak berani, lantas jadi lebih berani. Beberapa teman di Jambi mungkin tahu bahwa saya kurang lihai memasak. Nah, di Rote saya termotivasi dengan sendirinya (tanpa diomeli orangtua atau disaranin teman) untuk bisa memasak. Simpel sih, tapi ya lumayan lah, hehe. Saya pun menyadari bahwa waktu untuk beribadah di Rote membuat kedekatan saya denganNya menjadi hal terpenting. Berada di lingkungan yang mayoritas non muslim membuat saya memang harus mempertebal keimanan. Terlebih lagi saya juga ingin memperbaiki diri dari kesalahan. Saya juga lebih berani menghadapi apapun dan siapapun. Contohnya, ketika harus berhadapan dengan orang baru atau bahkan stakeholder, saya tidak kaku lagi. Berjalan sendiri atau di tengah gelapnya malam pun berhasil dilewati. Keberanian lainnya juga terlihat saat saya berhasil naik puncak bukit Batu Termanu, melihat laut dan Onatali dari puncak, serta merasakan angin berdesir kencang di tubuh saya, it was priceless!”

                Apa harapan anda setelah nanti selesai bertugas? Apa keinginan anda untuk menyempurnakan hidup setelah menjadi pengajar muda?

                “Saya ingin pengalaman hidup selama 1 tahun di Rote ini menjadi bekal saya di masa depan. Selesainya tugas ini bukan berarti tunai pula bakti saya kepada negeri. Saya ingin tetap menjalin tali persaudaraan dengan masyarakat dimana saya tinggal, terlebih lagi dengan ruang lingkup sekolah dimana saya ditempatkan, SD Inpres Onatali. Saya ingin setelah menjadi pengajar muda, saya ingin menggapai impian-impian saya lainnya. Saya menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Swt bagaimana hidup saya kedepan, namun saya juga tidak akan putus asa dalam menggapai mimpi selanjutnya. Jika memang yang terbaik bagi saya, saya akan ambil kesempatan itu.”


Cerita Lainnya

Lihat Semua