Lewat Cita, Ia Berkarya
Bella Moulina 16 April 2014“Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu.”
Kalimat di atas bukan sembarang kalimat. Sakti dan ampuh, jika kita mau berusaha. Tuhan akan memeluk mimpi setiap umatnya jika kita mau bersungguh-sungguh. Ini pula yang saya yakini sebagai motto hidup saya. Tak heran ketika saya bertemu dengan berbagai orang yang memiliki mimpi, saya selalu semangat. Ada aura positif yang terpancar kepada saya bahwa saya pun juga harus meraih mimpi saya.
Salah satu orang yang saya temui ketika berbincang soal mimpi adalah Ibu Ensri Pellokila Adu. Beliau adalah seorang guru bagi siswa kelas V SD Inpres Onatali, Rote Tengah. Ia juga seorang guru bagi keenam anak-anaknya, menjadi panutan seorang ibu di keluarganya. Kami berbincang-bincang mengenai mimpi setelah beberapa bulan saya ditempatkan di Onatali. Waktu itu saya salut dengan keberanian Ibu Ensri, di sela-sela aktivitasnya yang padat sebagai seorang ibu dan guru, ia mengemukakan pendapatnya soal mimpi.
“Ibu Bella, saya itu orangnya aktif ketika masih remaja. Saya juga tidak bisa diam, selalu ada yang ingin saya kerjakan. Bahkan sampai sekarang saya punya mimpi untuk memiliki taman baca di rumah. Taman baca ini saya harap dapat berguna bagi anak-anak di lingkungan sekitar saya. Saya ingin memberika sesuatu kepada mereka, ya setidaknya mereka tidak hanya bermain ketika sore hari,” ujar wanita yang bersuamikan seorang polisi ini dengan berapi-api.
Saya mendengar penuturan beliau menjadi lebih bersemangat. Keinginan itu timbul dari lubuk hati beliau sendiri. Mimpi beliau melahirkan sebuah ide tulus bagi pendidikan anak-anak di Onatali. Sejujurnya ia bisa saja hidup nyaman dengan apa yang ia peroleh searang, tapi hidup Ibu Ensri tidak lengkap jika tanpa dibarengi mimpi. Bermula dari percakapan sederhana itulah, saya terus mendorong Ibu Ensri untuk segera mewujudkan mimpinya menjadi nyata.
Adalah Komunitas Anak Muda untuk Rote Ndao, yang membuat saya yakin bahwa impian Ibu Ensri akan menjadi nyata. Saya lantas mengajak beliau untuk bertemu dengan punggawa KAMU ROTE NDAO untuk saling berbagi ide dan mimpi. Setelah dua kali pertemuan, akhirnya Ibu Ensri mantap mewujudkan mimpinya. Ibu Ensri bekerja sama dengan KAMU ROTE NDAO untuk mewujudkan taman baca di rumahnya. Namun sebelum itu terlaksana, ia diminta untuk membuat struktur organisasi kepengurusan taman baca.
Hingga suatu hari, Ibu Ensri meminta saya datang ke rumahnya pada malam hari untuk ikut berdiskusi dengan masyarakat di rumahnya. Ya, Ibu Ensri mengajak masyarakat untuk bersama-sama merealisasikan mimpinya. Diskusi apik berselang tiga jam tersebut melahirkan sebuah ide. Struktur organisasi dan sebuah nama bagi taman baca telah lahir. Tamahena, bahasa Rote yang berarti harapan kita. Nama itu merupakan pemberian dari Opa Edo, seorang Maneleo (kepala suku dari beberapa marga di Rote) yang turut hadir dalam diskusi pada malam itu. Sinar harapan terpancar dari taman baca yang dibangun Ibu Ensri lewat cita-citanya.
Pada 5 November 2013, impian itu terwujud. Jika Agnes Monica berkata Dream, Believe, and Make it Happen, Ibu Ensri sudah melaksanakan poin ketiga. Pada saat cita-citanya terwujud itu, beberapa siswa SD Inpres Onatali, masyarakat sekitar, dan punggawa dari KAMU ROTE NDAO hadir disana. Sejak itulah, Ibu Ensri terus belajar dan mengembangkan taman bacanya agar selalu ramai dikunjungi oleh anak-anak. Saya dan Ibu Ensri kerap melakukan kegiatan di taman baca setiap hari Jum’at (selain hari Selasa, dimana kedua hari tersebut Ibu Ensri membuka taman bacanya). Berbagai permainan edukatif dan menyenangkan dan les bahasa Inggris adalah contoh kegiatan yang diadakan di Taman Baca Tamahena.
Kita bisa saja mengecam kegelapan atas pendidikan yang tidak sesuai dengan keinginan kita, namun Ibu Ensri telah lebih dahulu membuktikan bahwa ia menepis itu dengan melakukan sesuatu bagi daerahnya. Ia berkarya di daerah kelahirannya, membangun mimpi dan cita bersama anak-anak Onatali.
Ibu Ensri pernah berkata seperti ini kepada saya, “Saya ingin taman baca ini berkembang lebih baik. Saya kira menolong orang dalam hal positif adalah kebagiaan saya, jadi tidak ada keraguan dalam diri untuk berhenti berkarya. Pijakan awal ini telah menggapai cita-cita saya.”
Ya, lewat cita, Ibu Ensri berkarya untuk Indonesia.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda